Sabtu, Februari 02, 2008

Karya Ke-4

TITIAN TERAKHIR
( mencari jalan pulang )


Azan terdengar nyaring di persimpangan jalan perumahan dinas pertanian, jam menuju pukul 7 kurang beberapa pemuda berjalan cepat menuju mesjid agar tidak terlambat mengikuti shalat magrib berjamaah. Bella baru saja sampai ke rumahnya bersama seorang pemuda yang tak lain adalah pacarnya. Dian keluar dari rumah itu dengan mengenakan mukenah terlihat buru-buru mengejar magrib, langkahnya terhenti tak kala melihat bella bersama pacarnya masih terlihat berbicara manja dan mesra padahal waktu sudah magrib. “Bella sudah magrib.” Ucap dian seraya menuju arloji di tangannya. Dengan cuek dan mengerutkan keningnya bella membuang pandangan dari dian yang tidak asing adalah sepupunya. Melihat sikap bella dian pun bergegas pergi sebelum terlambat ke mesjid. Sepanjang jalan dian terus berpikir dan mengadu pada Allah atas sikap sepupunya dan berdoa gadis itu mendapat jalan keluar dari kekhilafannya.
Tak begitu lama bella masuk ke dalam pria itu pun bergegas pergi dari halaman rumah itu. Bella langsung kekamarnya dan menghidupkan radio dengan riang mulai mengganti pakaiannya dan pergi menuju kamar mandi sementara waktu magrib terus berlalu namun bella sama sekali tidak menghiraukannya. Bella merasa puas dan nyaman dengan gaya hidupnya yang terlampau bebas. Di rumah yang lumayan besar itu bella tinggal berdua dengan sepupunya dian maisarah, kedua orang tuanya berpindah tempat kerja dan 3 saudaranya telah menikah. Tanpa kehadiran orang tuanya bella bisa bersikap semaunya tanpa larangan, hanya kehadiran dian yang membuat bella kesal dan jengkel karena sering memberi nasehat menurut bella tidak penting.
Mereka tidur di kamar yang berbeda awalnya tidur berdua karena dian terlalu cerewet menurut bella maka gadis itu pindah kekamar orang tuanya. Meski tinggal serumah tapi bella selalu menghindari sepupunya. Usai makan malam bella bergegas masuk kekamar sementara dian membantu bibi yang bekerja di rumah itu memberesi makan malam itu. Dengan malas gadis itu membuka buku kuliahnya dan melihat tugas yang tadi pagi di berikan dosen. “ ih sebel banget dosen apaan jelasin materi aja gak ngerti.” Keluhnya mencampakkan buku itu dan merebahkan diri di tempat tidur, bella sama sekali tidak punya minat untuk menyelesaikan tugasnya. “ Ah besok nyontek saja sama dian.” Ucapnya dengan santai. Lalu dengan buru-buru diraih ponsel saat terdengar sebuah sms masuk. Bella membuka pesan itu dan sebuah senyum tersungging dari bibirnya sms dari sang pacar, memang itu yang di tunggunya dari tadi diapun mulai sibuk bersms ria dan melupakan tugas kuliah yang besok pagi harus di kumpulkan. Bosan bersms merekapun saling bertelponan, dian yang sedang menonton acara televisi beberapa kali mendengar suara tawa bella yang terlihat sangat bersemangat dan riang. Dian hanya terdiam bukannya tidak mau menolong tapi tiap nasehat yang di berikan pada bella sama sekali tidak di tanggapi gadis itu.
Tak begitu lama dian kembali kekamarnya karena terdegar azan dia pun bergegas mengambil wudhu dan menyelesaikan tugas-tugas di campusnya. Sekitar jam 7 pagi saat dia sedang merapikan kamarnya bella masuk kedalam dengan wajah memelas dan manja dengan senyum hangat dian menatap sepupunya. “ Ada apa bella ?” tanyanya lembut. “ Eemm, kamu sudah siap ngerjain tugas ?” Tanya gadis itu berharap dian mau meminjamkan padanya. Dian mengangguk bergegas mengambil tugasnya dan memberikan pada bella. Dengan senang hati bella mengambilnya. “Makasih ya,” ucapnya bergegas keluar dari kamar dian.
Mereka kuliah di fakultas yang sama, dan mangambil beberapa kelas yang sama. Kehidupan bella sebelumnya tampak wajar dan baik-baik saja tapi semua berubah saat gadis mulai memasuki bangku kuliah dia seperti kehilangan jati dirinya dan terbuai oleh gaya hidup moderen yang terlalu berlebihan sehingga melupakan kodratnya sebagai seorang wanita muslimah. Terlebih lagi setelah kedua orang tuanya berpindah tempat kerja bella mulai bisa bertindak semaunya dan membangkang semua orang yang melarangnya. Hanya dian yang tak bosan-bosannya menasehati gadis itu meski kadang-kadang bella suka mengeluarkan kata-kata kasar sebagai bukti kejenuhannya terhadap nasehat yang di berikan dian.
Jam menuju pukul 10 pagi bella sudah terlihat rapi dan cantik, ponselnya berdering yang menandakan sang pacar sudah datang menjemputnya. Dengan terburu-buru bella meraih tasnya dan berlari keluar secepatnya, wajah bella terlihat berseri-seri melihat sang pacar merekapun bergegas berangkat ke kampus bersama-sama. Mata kuliah pertama 2 SKS jadi tidak begitu lama tapi bella tampak mulai jenuh berulang kali dia melihat arlojinya, pandangannya beralih ke dian gadis itu tampak begitu serius dan sangat menikmati perkuliahannya. Tak begitu lama dosenpun menutup pemateriannya dengan memberikan waktu pada mahasiswanya untuk mengajukan beberapa pertanyaan, sepuluh menit kemudian perkulihan benar-benar berakhir bella langsung mengeluarkan ponselnya dan mengetik beberapa sms.
Dian hanya melihat kepergian sepupunya buru-buru sama sekali tidak menoleh kearahnya dan menitipkan pesan apa-apa padanya. Sementara dian memutuskan menuju ke pustaka sebelum pulang ke rumah karena di rumah itupun dia sendiri tidak tahu harus mengerjakan apa, hingga dia memutuskan untuk singgah sejenak ke pustaka. Menjelang siang dian pulang dan membantu bibi memasak di dapur. Bella seperti biasanya hanya pulang waktu menjelang magrib. Tiba-tiba terdengar suara bell pintu dian bergegas untuk membukanya, dia kaget melihat bella yang pulang lebih awal tapi wajahnya terlihat muram tanpa senyum dan sedikit lesu. Langsung masuk kekamarnya tanpa mengatakan apapun. Seharian itu bella menghabiskan waktu di kamarnya. Menjelang malam pun bella sama sekali tidak keluar kamar saat makan malam.
Dian menuju kekamar bella. “ Bella, makan dulu yuk.” Ajak dian mengetuk pintu kamar itu. “ Udah duluan aja, bella belum lapar.” Ucap gadis itu tampak lesu. Dian pun kembali ke meja makan. “ Mana bella ?” Tanya bibi melihat dian sendirian.” Katanya belum lapar, dian di suruh makan duluan.” Jawab dian tampak khawatir memikirkan sepupunya. “ Ada apa ya dengan non bella, kok kelihatannya lesu ya, terus pulang nya juga lebih cepat tidak seperti biasanya ?” Tanya si bibi penasaran. “ Dian juga gak tahu bi, bella sepertinya gak mau cerita apa-apa sama dian.” ucap dian tampak bingung juga. “ Non bella berubah setelah jadi mahasiswi, dulu anaknya kalem juga alim pakaiannya rapi dan santun tapi sekarang jadi seperti ini, tetangga-tetangga juga sering membicarakannya, apa lagi tiap pagi pergi sama laki-laki trus pulangnya telat-telat sama orang yang beda-beda lagi, kalau nyonya tahu pasti sedih sekali.” Ucap bibi tampak prihatin dengan tingkah laku bella. Dian terdiam dia bingung dengan cara apa lagi harus menasehati sepupunya.
Usai makan malam dian kembali kekamarnya, sekitar pukul 10 saat dia sedang melihat-lihat makalahnya yang baru saja selesai di ketik tiba-tiba bella masuk ke kamar dian. “ Maaf, bella mengganggu ya ?” Tanyanya tampak lesu dan butuh teman bicara. Dian menggeleng. “ Enggak kok masuk aja.” Suruh dian ramah. Bella pun masuk dan duduk di samping dian di tempat tidur, bella memperhatikan seluruh isi kamar itu sama sekali tidak berubah masih sama seperti waktu mereka masih tidur sekamar. Tapi sekarang terlihat lebih rapi karena dian selalu rajin merapikannya. “ Dian enggak berubah ya.” Ucap bella memperhatikan dian, dian balas menatap sepupunya. “ Ada apa bella ?” Tanya dian, bella hanya diam membisu sambil memainkan jari-jarinya. “ Dian, bella sudah berubah ya ?” Tanya gadis itu tampak lesu. Dian menatap sepupunya. “ Iya, bella sudah berubah kenapa bella ?” Tanya dian membenarkan. “ Gak tau lah, semua terjadi begitu saja.” Jawab gadis itu tampak mulai limbung dan matanya mulai berkaca-kaca menahan tangis. “ Ada apa bella, cerita sama dian ?” minta dian. “ Kita sudah kayak kakak adik masa bella enggak mau berbagi cerita ke dian mana tahu dian bisa Bantu.” Ucap dian membujuk bella. “ Dulu waktu umi masih di sini bella selalu rajin ke mesjid seperti dian, sering ikut pengajian dan selalu mengenakan busana-busana muslim yang sopan rasanya sangat nyaman.” Cerita gadis itu teringat beberapa tahun yang lalu. Lalu umi sama abi pindah kerja bella males pindah sekolah akhirnya tinggal sama kak yani gitu kak yani menikah tinggal sendiri lagi terus masuk kuliah punya teman-teman baru karena teman bella kebanyakan kuliah di luar daerah, sejak saat itu bella mulai suka pakai baju-baju ngepas awalnya Cuma coba-coba tapi lama kelamaan malah jadi kebiasaan sampai sekarang, kemudian bella pacaran sampai keterusan kalau di pikir-pikir pacar bella sekarang sudah banyak putus satu cari lain hal itu terus berulang.” Cerita bella tampak begitu limbung antara senang dan sedih. Dian bisa melihat ada dua sisi pribadi yang sedang bertarung dalam diri bella, hanya saja dian takut kalau sampai sisi buruk itu yang menang bella akan tersesat.
“Dari pacaran itu banyak hal yang sudah bella pelajari, makanya dian jangan pacaran kadang kita enggak tahu bagimana sikap kita menanggapi sesuatu ada yang bisa menepis hal buruk ada juga yang bisa terbawa arus.” Cerita bella lagi.
“ bella, boleh dian Tanya sesuatu ?” Tanya dian menatap sepupunya. Bella mengangguk. “ Apa yang kamu dapat dari pacaran itu ?” Tanya dian. Sejenak bella diam. “ Perhatian, kasih sayang dan materi.” Ucap bella. Dia tersenyum “ Apa semua itu bisa membahagiakanmu ?” Tanya dian lagi. Dengan yakin bella mengangguk. “ Sejauh mana ?” Tanya dian lagi. “ Sepanjang bella berada di luar rumah.” Jawabnya lagi. “ Kamu bahagia ?” tanyanya lagi. Bella menggangguk lagi. Dian pun berhenti bertanya. “ Sebenarnya dian enggak berhak menceramahin bella tapi, sesama muslim bukankah kita harus saling menasehati.” Ucap dian. “ Mungkin bella merasa bahagia saat berada bersama laki-laki itu, tapi apa kebahagian itu sejati, pernahkan bella merasa terluka olehnya dian yakin pasti pernah.” Ucap dian. “ Manusia itu gak ada yang sempurna bella, kita sering berbuat khilaf, dian, bella, orang tua kita, kerabat kita, sahabat-sahabat kita, semua pernah berbuat salah tapi pada akhirnya kita pasti kembali ke titik penyesalan, bella tahu apa itu artinya ? itu berarti Allah masih memberi kita petunjuk, dan kita harus bisa mengambil hikmah dari semua kesalahan itu.” Nasehat dian bella tampak diam membisu. “ Tapi dian, bella sayang banget sama dia, dian sama sekali enggak mengerti perasaan mencintai seseorang karena dian enggak pernah mengalaminya.” Teriak gadis itu berang.
“ Perasaan itu sangat istimewa dian, membahagiakan setiap ucapannya itu begitu berharga dan penting.” Jelas bella dengan seriusnya. “ Tapi, kadang memang ada saat-saatnya kita bertentangan dengan hati nurani dan hal itu sangat pahit, seandainya dia juga bisa memahami semua itu pasti semua akan sempurna.” Tangis bella mendadak. Dian menjadi heran dan penasaran. “ Bella kenapa ?” Tanya dian melihat sepupunya tiba-tiba menangis. “ Dian selama ini bella memang sudah berbuat dosa dan khilaf , bella tahu itu dosa tapi bella enggak mampu untuk melawan bella lemas.” Ucap gadis itu. “ yang ada di kepala bella Cuma satu membuat orang yang bella cintai bahagia, hanya saja perasaan kuat itu baru bisa bella rasakan sekarang dari dia sedangkan sebelumnya bella bisa putus sambung dengan siapa saja tanpa beban tapi sekarang enggak bisa, bella sayang dia.” Jelas gadis itu tersedu-sedu. “ Bella harus bagaimana ?” Tanya gadis itu. “ Kalian bertengkar ?” Tanya dian ingin tahu. Bella menggangguk. “ Kenapa ?” Tanya dian. bella menghapus air matanya , alasannya enggak bisa bella katakan sama dian, hanya saja bella sadar mungkin bella memang sudah hancur berubah tapi seperti yang dian bilang tiap manusia masih bisa kembali untuk mencari jalan tobat, mungkin saat itu bella harus mampu menahan luka di hati ini ?” ucap bella meletakkan tangan di dadanya. “ Mungkin ini hukuman Allah atas semua kesalahan yang pernah bella lakukan, dan bella harus mau mengakuinya.” Ucap gadis itu berusaha menahan isak tangisnya. “ Sudahlah, bella puas sudah bicara sama dian, setidaknya air mata ini memang harus di keluarkan.” ucap gadis itu lagi beranjak dari duduknya bergegas keluar dari kamar dian.
“ Bella kenapa gak mau cerita sama dian, ada masalah apa antara kamu dengan pacarmu ?” Tanya dian. “ Lebih baik dian tidak usah tahu, semua itu bukan hal yang patut di ceritakan sama dian, lagian bella ingin bertarung dengan diri bella sendiri mungkin ini titian terakhir bella mencari jalan pulang.” Ucap gadis itu membuka pintu kamar dian dan keluar. Dian semakin di buat bingung oleh sepupunya itu.
Keesokan paginya seperti biasa pacar bella menjemputnya lagi, sebelum berangkat bella menemui sepupunya. “ Dian kalau nanti sore atau malam bella belum pulang di bawah jam 10 pintu pagar rumah tidak usah di buka lagi ya, kalian tidak usah menunggu bella lagi, terus dian jangan mendekati bella ya.” Peringat gadis itu seolah-olah dia pergi tidak akan kembali lagi. “ Sudah ya, bella pergi assalammuaaikum.” Ucapnya bergegas pergi. “ Wa’alaikumsalam.” Balas dian makin kebingungan. Bella berlari keluar menuju ke mobil pacarnya. Laki-laki itu menyambutnya dengan senang, sebuah ciuman ingin mendarat di wajahnya tapi bella menghindar. “ Hari ini kita biasa-biasa saja ya sebelum malam.” Ucap bella duduk sedikit menjauh padahal beberapa waktu yang lalu sikapnya sangat manja dan mesra terhadap pria dewasa itu. Mereka pun pergi entah kemana.
Seperti pesan bella dian makin uring-uringan dan cemas mengingat ucapan bella tadi pagi, dian terus menunggu sepupunya pulang, tiap detik berlalu dan dian makin cemas sampai-sampai dia menghubungi teman-teman terdekat mereka tapi tidak juga dapat kabar apapun, sementara waktu terus berlalu. Sampai jam menuju pukul sepuluh lewat dan dian terkejut dari tidur ayamnya saat mendengar suara kendaraan, sebuah taksi terparkir di halaman rumah itu, secepatnya dian keluar dan melihat sepupunya berdiri dengan mata bengkak dan air mata mengucur deras tanpa henti. “ Bella,” panggil dian. tapi bella tidak peduli secepatnya bella bergegas masuk dan lari kekamar mandi lalu membenamkan dirinya di bawah pancuran sambil terus menangis terisak lalu berlari kekamarnya buru-buru dan mengambil semua pakaiannya yang ada di lemari itu menghamburkannya keluar. “ Bella kamu kenapa ?” Tanya dian melihat keanehan sepupunya. “ Sudah jangan ganggu aku pergi sana, biar aku bakar semua ini biar musnah semuanya.” Teriak bella berlari kebelakang membawa tumpukan baju itu dan belari ke dapur mengambil korek api dan membakar semua barang-barang yang di kenakannya setelah dia berubah dari gadis santun dan muslimah menjadi gadis kota liar yang suka gonta-ganti pasangan.
Malam itu bella membakar semuanya, setelah mengganti bajunya yang basah dengan mengenakan jubah mandi yang besar bella duduk di temani dian melihat semua benda-benda itu terbakar, sama seperti hatinya yang juga ikut terbakar air mata terus mengucur di pipinya. “ Semua sudah habis terbakar.” Ucapnya menghapus air mata berulang kali. Dian terus mengelus kepala sepupunya itu, malam yang panjang buat bella dan paling berharga buat bella saat dia berani mengambil keputusan untuk kembali bertobat, ada kesedihan namun ada juga kebahagiaan meski saat ini sulit untuk di sadari tapi akan ada waktunya, selama hamba Allah masih mau bertobat, hal itu yang selalu membuat bella mampu bertahan kehilangan seorang pria yang di cintainya karena dia menolak meyerahkan dirinya pada pria itu yang hanya mengejar fisik bella.
Butuh waktu untuk menyembuhkan luka namun luka pasti akan bisa di sembuhkan selama insan mau menyembuhkannya. 2 tahun kemudian setelah semuanya dapat di lalui bella dengan sabar. Kini dia menjadi ustazah dan mengajari anak-anak di sekitar tempat tinggalnya mengaji. Bella sudah menemukan kembali ketenangan dan sekarang hatinya terasa jauh lebih tentram seolah tak pernah ada kesedihan apapun yang di hadapinya.
Di pagi yang cerah itu bella sedang menyapu halaman rumahnya, daun-daun kering tampak berserakan karena beberapa hari belakangan angin selalu bertiup kencang. Dian keluar membawa sampah kering, kertas-kertas yang tidak terpakai lagi sewaktu mereka kuliah karena sebulan yang lalu mereka baru saja di wisudakan. “ Apa itu dian ?” Tanya bella melihat dian membawa kardus kertas dengan ngos-ngosan bella bergegas membantu sepupunya. “ Sampah masa lalu.” Ucap dian tersenyum bella jadi nyegir. “ itu tuh, kertas-kertas yang tidak di pakai lagi waktu kuliah dulu.” Jelas dian, mereka berdua melihat kembali kertas-kertas bekas itu lalu tertawa geli membayangkan masa lalu, meski sudah berlalu 2 tahun bella kadang masih suka mengingat semua itu, ada kesedihan namun dia merasa bersyukur bisa sadar kembali sebelum terlambat dan tidak melakukan sesuatu yang fatal yang akan membuatnya menyesal seumur hidup. Itulah kisah titian jalan terakhir yang di hadapi bella, pada masa sekarang banyak sekali terjadi tindakan asusila yang merongrong dan menghancurkan jiwa muda yang polos dan murni, mereka mengikuti arus dan terbawa oleh arus itu sampai ke dasar lubang hitam yang akhirnya menghancurkan dirinya. Bella salah satu gadis yang terbawa arus itu, namun berkat kekokoh imannya yang masih bersinar dia mampu untuk melawan arus dan kembali menjadi juara, akankah semua remaja dan wanita-wanita muslimah bisa bertahan sekuat itu di jaman sekarang kuncinya hanya satu menuju kemenangan itu cintailah Tuhanmu diatas segalanya yang bisa kamu cintai maka dengan bangga kamu bisa mengatakan bahwa kamu pemilik cinta sejati.
Writted By Ftirie

1 komentar:

sudirman mengatakan...

Kepada Bella, semoga cepat dapat jodoh. Yang baik menurutmu, keluarga, sahabat dan teman-temanmu.

Kepada Dian, berbagi kasih itu indah, sepanjang hubungan itu sehat. coba kalau tak percaya?

Ngomong-ngomong, Fitria sudah punya, ehm .... (ngarti, kan?)