Jumat, Februari 01, 2008

Karya Ke-2

RUMAHKU ISTANAKU


Ada pepatah yang mengatakan rumahku adalah istanaku, begitu populer dan terkenalnya istilah tersebut terbukti kebenarannya bagi sebagian orang. Namun tak sedikit pula rumah menjadi neraka bagi penghuninya, mengapa hal itu terjadi ? pertanyaan yang selalu terlontar dan terlihat, namun begitu sulit untuk menjawabnya. Komunitas rumah merupakan komunitas yang sangat kecil tapi memiliki aturan yang sangat komplit, ringan bila aturan tersebut bisa dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat kecilnya yang terdiri dari ayah, ibu dan beberapa orang anak, namun terasa berat dijalankan apabila aturannya tidak mampu diterapkan dengan baik oleh komunitas kecil tersebut, timbul kembali pertanyaan kenapa hal itu bisa terjadi ?, padahal didalam rumah itu komunitasnya sangat sedikit dan memiliki sistem organisasi atau manajemen yang sangat sederhana pula namun tetap terasa sulit. Kemudian kita kembali pada satu pepatah yang juga cukup terkenal tak ada gading yang tak retak, tak ada komunitas keluarga yang tak bermasalah, permasalahan muncul lagi kenapa hal itu bisa terjadi ?, ternyata dari satu paragraf saja penulisan, sudah ada 3 pertanyaan yang saling terkait bagaimana jika kita lebih menelaah semakin mendalam mungkin ribuan pertanyaan akan muncul. Nah kemudian kita bertanya bagaimana caranya untuk menjawab pertanyaan itu ?. Kita bersama mengetahui pada saat kita mulai bisa melangkah atau seorang balita mulai bisa mengucapkan kata-kata, orang pertama yang di sebutnya adalah “Ibu” pada saat seorang anak mulai bisa melangkah orang yang mengajarinya adalah “Ibu” ternyata begitu seringnya seorang anak memanggil “Ibu”. Dari uraian itu kita langsung berpikir menuju ke peranan wanita dalam sebuah keluarga, ibu tiang dalam kepemimpinan sebuah keluarga, ibu lah penentu tingkah laku dan estetika dari seorang penerus bangsa, jadi wajar sajakan jika kita menempatkan wanita sebagai tombak pemegang sistem organisasi dalam keluarga. Sebagai wanita tentunya kita bisa berbangga hati ternyata wanita memiliki sebuah peranan yang sangat penting dan mulia, memang jika kita lihat dalam struktur organisasi umum wanita tidak pernah bisa mengunggulin laki-laki, pemerintahan yang berada di bawah tangan wanita tidak akan pernah bisa berjalan dengan mulus muncul pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi ? sebenarnya jawabannya sangat mudah dan simpel. Mungkinkah sebuah tiang bisa berdiri apa bila tidak ada yang mendirikannya dan memakunya dengan kuat ? jika kita berpikir secara logika tentu saja tidak mungkin, lalu siapakah yang akan mendirikan tiang tersebut jawabannyapun sangat mudah pasti lah “Pria” dari uraian itu kita bisa mengambil sebuah kesimpulan “Pondasi yang kuat dalam sebuah keluarga sangat di tentukan oleh “Ibu dan Ayah” mengapa saya menuliskan ibu kemudian ayah. Karena kita ketahui pada masa rasulullah seorang sahabat bertanya siapakah orang pertama yang harus dihormati dan Rasulullah menjawab “Ibu,ibu, dan ibu” dari tiga pertanyaan yang di lontarkan sahabat Rasulullah, ternyata begitu besarnya penghormatan islam terhadap seorang ibu (wanita). Jadi segala permasalahan dalam keluarga tidak terlepas dari peranan seorang wanita dan kepemimpinan seorang pria. Mengapa pepatah rumah ku adalah istanaku bisa menjadi begitu masyur dan benar, karena rumah merupakan tempat paling aman dan menyejukkan bagi sebuah jiwa dalam mencari kedamaian dan ketentraman, di rumah seorang pria bisa menikmati sebuah senyum tulus dari sang istri, di rumah seorang pria merasa begitu di butuhkan dan dihormati oleh istri dan anak, di rumah pula seorang pria bisa menumpahkan semua amarah dan kekesalannya tanpa dendam kemudian mencari jalan keluar dari masalahnya, adakah tempat yang paling menyejukkan selain rumah, namun hal itu tidak bisa diperoleh begitu saja tanpa usaha dan pengorbanan, dari sini diperlukan lah sebuah pemikiran dari kedua individu yang saling melengkapi itu. Kesalahan kadang terjadi tanpa kita sadari, baik itu dari pihak istri sebagai pendidik atau suami sebagai panutan dalam keluarga namun mencari solusi untuk bisa menyatukan kedua pemikiran agar dapat mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut tidaklah mudah, semua harus dilakukan dengan sabar dan tulus yang didasari oleh keiklasan, jika kita bertanya pada diri sendiri berapa banyak kah individu yang bisa melihat sisi-sisi itu, jaman sekarang mungkin sangat sukar dan langka tidak ada seorang individu manapun yang bisa dan rela kehilangan sedetik kesenangan dunia yang hanya akan membuat goyah hidupnya, sehingga istilah rumahku bisa berubah menjadi nerakaku. Pada masa sekarang istilah itu sangat popular dan semakin menjadi tenar dikalangan masyarakata kita, gaya hidup moderen yang diadopsi secara labil memacu adanya penyimpangan dan pemikiran yang sangat kritis mengenai bagaimana sebuah rumah menjadi komunitas yang nyaman menjadi kacau dan amburadur. Istilah neraka merupakan segala ketidak nyamanan yang ada dan buntu tanpa jalan keluar, dalam sebuah rumah hal itu bukan tidak nyata tapi masa sekarang hal itu menjadi sangat nyata dan populer, yang menjadi pemicu utamanya adalah ketidak nyamanan antara anggota komunitas kecil yang disebut keluarga, hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya ekonomi, namun bagaimana dengan orang yang ekonominya menengah keatas juga tidak sedikit yang bermasalah dengan keluarga, apakah faktor ekonomi itu mutlak menjadi penyebabnya, rasanya sangat tidak etis jika hal itu jadi tolak ukur. Berapa banyak komunitas masyarakat dari kelas menengah keatas yang mengalami keretakan rumah tangga hitungannya tidak lebih kurang dari ekonomi kelas bawah, jika kita menelaah kembali dan berpikir secara matang mungkin kita bisa menemukan sebuah penyebab dan jeli dalam hal mencari solusi jalan keluar dari problem tersebut, karena tidak sedikit dari masyarakat kelas bawah yang serba kekurangan malah bisa menikmati kenikmatan dalam rumahnya meski di luar terlihat hanya gubuk reyot tapi dalamnya adalah sebuah istana bagi penghuninya, begitupun sebaliknya sebuah gedung berpuluh-puluh lantai dengan pelayan dan semua fasilitas tersedia lengkap namun dalamnya ternyata malah seperti neraka bagi penghuninya, dimana antara satu sama lain seperti orang asing dan tidak saling mengenal. Jadi faktor ekonomi tidaklah mutlak menjadi penyebab keretakan rumah tangga, kemudian kita kembali melihat pada sisi anggota-anggotanya. Misalnya kita uraikan kembali pada peranan seorang wanita (ibu) dalam rumah tangga, dalam istilah rumahku istanaku tentunya kita sudah bisa membaca sosok seperti apakah wanita atau (ibu) yang berada dalam istilah itu, jika kita mengatakan wanita yang cantik dan menawan dengan fisiknya tidak juga, glamour dan stylis sangat tidak juga atau kaya raya juga tidak, namun wanita sederhana dengan aklaq yang baik sebagai pendidik itu lah sosok wanita yang berada di sana. Dengan kesederhanaannya dia mampu mendidik generasi-generasi yang berkualitas, generasi yang melihat kehidupan duniawi dengan mata hati, generasi yang mampu menghadapi semua rintangan dan hambatan kehidupan dengan iklas, generasi yang bisa menyamankan segala kehidupan dalam rumahnya karena dari dalam rumahlah seorang anak memulai sebuah kehidupan dan kemudian menerapkan semuanya dalam kehidupan bermasyarakat. Didikan baik dalam rumah membuat dia tidak mudah untuk terjerumus dalam segala bentuk keburukan dimasyarakat. Kemudian tingkah laku suami juga sangat dipengaruhi oleh istri kenapa saya mengatakan demikian, karena saya sangat yakin jika seorang istri mampu membuat kenyamanan bagi suami, anak dan rumahnya insyaAllah tidak ada kekuatan lain yang mampu menggoyahkan keharmonisan rumahnya. Seperti yang kita ketahui pada jaman sekarang wanita kebanyakan terlalu disibukkan oleh aktifitas mereka masing-masing kebanyakan dari mereka tidak bisa mengatur waktunya dengan baik sehingga keluarga terlantar karena kesibukan mereka, sangat sedikit kita lihat wanita yang bisa mengatur keduanya keluarga dan kariel, mereka mulai berpikir ektrim dan ingin menang sendiri, sehingga apabila mereka tidak berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan mereka akan memperlihatkan sikap kemarahan dan acuh tak acuh, hal ini lah penyebab utama keretakan keluarga. Sikap lemah lembut dan santun menjadi sesuatu yang sukar dilakukan, ucapan di lontarkan dengan kata-kata kasar dan tindakan kekerasan tak jarang pula terjadi hingga jadilah rumahku adalah nerakaku. Kejadian seperti ini acap kali terjadi karena kurang kuatnya dasar-dasar dalam memulai sebuah keluarga, sehingga pada saat kondisi-kondisi yang tidak mereka inginkan terjadi mereka menjadi khilaf dan dikuasai amarah dan tidak mampu untuk mengontrol emosi masing-masing hingga terjadilah tindakan-tindakan antar anggota keluarga yang tidak di inginkan, sangat di sayangkan jika kemudian semua akan berakhir dengan perceraian dengan alasan tidak sanggup bertahan lagi, padahal nyatanya mereka sama sekali tidak mencoba untuk memperbaiki diri. Jadi bukankah sebaiknya untuk memulai sebuah keluarga terlebih dahulu kita mengetahui apa tujuan dan fungsi dari pernikahan/berkeluarga itu, tujuannya untuk bisa mengatur tatana kehidupan yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama dan menjadikan sebuah rumah itu sebagai landasan dari sebuah ibadah bukan hanya untuk memuaskan nafsu semata. Hal ini karena sebuah rumah itu akan terus berkembang dan anggota-anggotanya akan terus bertambah seiring dengan perjalanan waktu, karakter tiap anggota keluargapun tidak akan sama oleh karena itu sangat di perlukan kejelian dalam melihat semua kondisi. Sudah sewajarnya tiap rumah itu menginginkan kesejukan dan kenyaman, hal itu cuma bisa diperoleh apabila sesama anggotanya bisa hidup rukun, setiap masalah bisa di musyawarahkan mencari solusi bersama-sama, sehingga semua anggota keluarga merasa saling membutuhkan satu sama lain.
Beda halnya apabila anggota keluarga saling cuek dan tidak peduli. Kemudian dengan wajah polos dan tidak bersalah mereka bertanya kenapa keluarga saya bisa seperti ini ? hal ini sering terjadi dan sering kita lihat mereka seperti orang bodoh yang sedang berusaha mempermalukan diri sendiri, mengapa saya katakan demikian. Karena mereka melontarkan pertanyaan pada orang lain, harusnya mereka bertanya pada diri sendiri. Kenapa keluarga saya seperti ini, padahal jika kita lihat dialah segala sumber dari semua masalah dalam rumah, tidak heran jika semua anggota keluarga bisa bersikap seenaknya atau hidup dalam tekanan. Kasus yang paling sering terjadi misalnya, kecerewatan, tuntutan istri yang terlalu berlebihan, dan sikap suami yang terlalu cuek atau gila kerja bisa membuat seorang suami atau istri berpaling ke perempuan atau laki-laki lain, masalah seperti ini sering terjadi kenapa tidak seorang pria atau wanita sudah kehilangan keharmonisannya dalam rumah sehingga rasa kesepiannya akan kenyamanan membuatnya bisa berpaling dengan mudah ke perempuan atau laki-laki lain, dalam masalah ini kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan laki-laki atau perempuan saja beda kasusnya apabila laki-laki itu memang tukang main perempuan atau perempuan itu memang tukang selingkuh, dan hal paling menariknya adalah seorang pria dengan hobby miring itupun bisa berubah apabila seorang wanita mengetahui dan pintar dalam berpikir serta jeli melihat kesempatan untuk bisa mengubah pribadi itu kembali, saya sangat yakin bahwa seorang perempuan pada dasarnya memiliki kekuatan besar untuk bisa mengubah seseorang dari arah ke neraka menuju ke surga, tapi sayang wanita jaman sekarang sudah sangat sedikit yang seperti itu berpikir saja seperti itu mereka enggan mereka terlalu disibukkan oleh kehidupan duniawi padahal kita ketahui dunia itu cuma sementara kita hidup didunia hanya sebentar. Semoga saja wanita-wanita sejati yang bisa membuat rumahku adalah istanaku akan terus bertambah dan istilah itupun bisa tetap menjadi populer. Karena kita tau pada hakikatnya berumah tangga itu menjadi tujuan dan cita-cita semua insan baik cepat atau lambat. Memiliki rumah yang nyaman adalah kelanjutan dari cita-cita tersebut meski kadang banyak hambatan yang dilalui tapi tidak sedikit juga insan yang terus mempertahankan keharmonisan rumahnya. Seperti beberapa pendapat yang disampaikan para sahabat saya pada saat saya menyampaikan konsep mengenai penulisan ini, beberapa dari mereka mengatakan saya menuliskan hal-hal yang rumit atau saya selalu berpikiran rumit sedangkan mereka menganggap cara pikir mereka lebih sederhana dan simpel, kemudian pada saat saya memasukkan kasus broken home mereka malah mengatakan broken home itu tidak ada hubungannya dengan rumah, terus terang saat itu saya hampir tercekik karena menahan tawa. Padahal hal itu sangat terkait dengan rumah tapi memang benar tidak semua orang harus memiliki prinsip dan pola pikir seperti yang saya tuliskan dalam memulai sebuah keluarga, jika orang berpikir mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk bisa memulai sebuah keluarga jika menerapkan aturan seperti ini, padahal menurut pemahaman saya hal-hal seperti ini tidaklah sulit tapi pemikiran seperti ini memang sudah tertanam pada jiwa tiap wanita/pria mereka hanya perlu menjalankannya saja. Tapi kalau memang berpikir saja tidak mau bagaimana mau menjalankannya, ya sudah ikuti arus saja mungkin. Mengikuti arus bisa saja asal jangan terbawa arus karena kalau sudah terbawa arus maka tamatlah sudah riwayatnya (Innalillahi wa innailaihi rajiun) hehehe………..sampai ketemu lagi di tulisan berikutnya semoga membawa manfaat bagi yang membacanya. Amiiiiinn.......................



Writted by Fitria



3 komentar:

sudirman mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
sudirman mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
sudirman mengatakan...

berkeluarga bukan hal sulit. tapi juga jangan digampangin. membangun keluarga tidak sekadar perlu komitmen antara pria dan wanitanya, tapi juga sangat butuh kesadaran keduanya.

mengutip pernyataan seorang "guru", sadar di sini bak sebuah kapal. ia tidak berada di atas lautan, tapi air lautnya yang ada di dalam kapal.

komunikasi yang baik, kecocokan sifat, seks, ekonomi, anak, cara mengatasi masalah, sikap religius dan menjaga silaturrahmi merupakan cara dari sekian banyak cara membangun keluarga yang baik.

jika cara ini diterapkan dengan baik dan saling sadar antar keduanya, saya yakin, jika kelak Fitria ditanya bagimana kondisi rumah tangganya, maka, dia akan segera menjawab, "Baiti jannati"