Sabtu, Februari 09, 2008

Pilihan Dian

PILIHAN DIAN


Seperti biasa cuaca pagi ini terlihat cerah, secerah wajah dian yang selalu semangat menuju kecampus kesayangannya. Sambil menunggu bus dian melihat sekeliling semua terasa biasa-biasa saja seperti hari sebelumnya begitu pun dengan dirinya yang masih terlihat sama. Beberapa menit berlalu buspun belum terlihat dari kejauhan dian mendengar suara teriakan yang makin mendekat. “pagi dian !” sapa gadis yang mengendarain sebuah mobil mewah berwarna merah. “laras,” ucap dian memperhatikan mobil mewah itu curiga. Dengan bangga dan sedikit genit laras keluar dari mobil itu. “keren kan ?” tanyanya. Dian membisu. “kamu beli mobil ?” Tanya dia lugu. Spontan laras tertawa terbahak-bahak. “aku beli mobil, uang dari mana dian.” Ucap laras. “ini mobil dani, aku pinjam darinya” ucap laras. “laki-laki akan melakukan apa saja untuk membuat wanita yang dicintainya tetap disampingnya.” Jelas laras menatap dian. Dian hanya diam seribu kata membalas tatapan temannya. “ayo bareng denganku dari pada telat.” ajak laras. Dian keberatan tapi laras menyeretnya ke mobil mewah itu. Selama dalam perjalanan laras mengoceh tak habis-habisnya sambil mengajari dan menceritakan banyak hal pada dian, namun bagi dian semua itu hanya angin lalu karena dian dan laras memiliki sifat dan karakter yang sangat berbeda tapi dian tak pernah membenci dan mencibir sahabatnya yang memiliki kehidupan sangat bebas itu. Dian menasehati laras sebisanya sesuai dengan kemampuannya namun dia tak mungkin mengatur kehidupan gadis itu, tapi dian tetap berharap suatu saat laras menyadari semua perbuatannya yang berlebihan itu dan bisa kembali menemukan ketenangan.
Suasana kampus tidak begitu menyibukkan lagi buat dian karena ini merupakan semester terakhir dia berada berada di kampus untuk menyelesaikan skripsinya, dian gadis dengan kehidupan biasa tanpa gejolak apapun, di tengah keasikannya melihat beberapa lembaran buku dian dikejutkan oleh sahabatnya ratih. “lagi sibuk ya ?” Tanya gadis itu. Dian hanya tersenyum kecil menutup bukunya. “enggak ?” jawab dian. Ratih tersenyum manja. “bantuin aku ya ” minta ratih. “bantuin apa ?” Tanya dian. Ratih duduk di samping gadis itu dan mulai cerita. “Ngasih laporan KP ?” Tanya dian bingung. Ratih mengangguk. “kenapa gak ngasih sendiri aja.” Ucap dian. Ratih mulai gelisah. “please dian, kalau bisa ngasih sendiri gak mungkin minta bantuan kamu.” Jelas ratih. Dian enggan namun sahabatnya terus memaksa sampai dia menyerah dan mengambil laporan KP itu. “baiklah besok aku serahkan, sebelum kekampus.” Ucapnya mengambil laporan itu. “makasih dian kamu baik dech.” Ucap ratih senang berlalu dari hadapan gadis itu. Terus menghela nafas dian selalu tak mampu untuk menolak permintaan temannya meski kadang hal itu sangat menyulitkannya. Dian melihat laporan KP ratih dan melihat beberapa lembar isi laporan itu.
Seperti janjinya pada ratih, pagi-pagi dia sudah berada di perusahaan itu dia menemui resepsionisnya dan menitipkan laporan itu pada resepsionis itu, seorang laki-laki paruh baya datang hingga pandangan resepsionis itu beralih ke pria paruh baya berpakaian rapi itu. “selamat pagi pak.” Ucapnya sopan. “pagi.” balas pria itu ramah. “oya pak ini ada mahasiswa yang pernah praktek di sini mau memberikan laporan untuk bapak.” Jelas pria itu melihat kearah dian, pria paruh baya itu melirik dian dan berusaha mengingat wajah gadis itu namun sepertinya dia belum pernah mengenalnya sama sekali. “Anu, yang praktek di sini bukan saya tapi teman saya ratih, saya cuma di suruh titip laporan ini.” Jelas dian. “ooo, jadi teman ratih, ada apa dengan ratih ?” Tanya pria itu tampak peduli. “dia ngak bisa datang, ada seminar di kampus.” Jelas dian sesuai dengan apa yang sudah ratih katakan. “ya sudah kalau begitu, oya bagaimana kalau adik ini tunggu sebentar ada yang mau saya titipkan untuk ratih, apa adik ini buru-buru ?” Tanya bapak itu. “gak pak, saya bisa menunggu.” Ucap dian, dian pun menunggu titipan pria itu. Dian duduk sendiri ternyata lama juga, akhirnya dia mengeluarkan sebuah buku dan membacanya. Tak begitu lama seorang laki-laki duduk di sampingnya, dian keasikan dengan bacaannya sampai dia tidak menyadari kehadiran laki-laki itu. Melihat sikap dian yang terlihat cuek, laki-laki itu mulai memperhatikan dian diam-diam.
Dian merasa lelah dengan posisi duduknya dian pun menggerakkan tubuhnya sedikit dan baru lah dia menyadari seseorang yang duduk di sampingnya, dian melempar senyum biasa ke laki-laki itu. Dia kembali melirik bukunya. Melihat bacaan dian laki-laki itupun mulai membuka percakapan, dan dian meresponnya. Buku yang menarik ucap pria itu. Dian hanya tersenyum sipu. “mahasiswa kedokteran atau justru bu dokter ?” Tanya pria itu basa basi. Dian menggeleng “bukan kedua-duanya.” Ucapnya. “oya,” balas pria itu tampak kaget. Dian tertawa melihat kekagetan pria itu sambil menggeleng. “Lalu apa dong ?” tanyanya ingin tau. “saya kuliah di teknik sipil.” Jelas dian laki-laki itu makin kaget. “teknik toh, hebat.” ucapnya terlihat kagum. Dian makin merasa malu. “biasa saja .” Ucapnya tersipu. Laki-laki itu mulai bertanya dan terus mengajak dian ngobrol dia menjawabnya datar-datar saja. Tak begitu lama pria setengah baya yang sedang ditunggu dian keluar, dian beranjak dari duduknya mendekati pria itu. Pria itu menitipkan sebuah amplop untuk ratih. Dan dia meminta nomor ponsel dian, setelah itu dian keluar dari kantor itu. Begitu ke kampus dian langsung memberikan amplop itu untuk ratih ternyata sejumlah uang yang dititipkan pada dian.
Hari-hari yang di lalui dian semakin sibuk dia ingin segera menyelesaikan skripsinya dan bekerja di bidang yang diingnkannya. Namun judul skripsi yang rumit membuat dian sedikit kewalahan dalam memahaminya hingga dia harus rajin untuk mengembangkannya sendiri di tambah lagi dengan pekerjaan sampingannya yang ternyata cukup menyita waktu. Kelelahan mulai di rasakan oleh gadis itu. Di tengah lamunannya dian terkejut dengan suara ponsel yang berbunyi tiba-tiba. Dian pun melihat sebuah nomor baru masuk sejenak dian melihat sampai suara deringnya berhenti, tiba-tiba berbunyi lagi dianpun mengangkatnya. “Assalammualaiku.” Ucapnya sedikit penasaran dengan nomor baru itu. “waalaikumsalam, ini dengan dian.” Tanya suara di balik ponsel dian. “iya, ini dengan siapa ?”Tanya dian tak mengenali suara itu. Terdengar suara tawa kecil di balik ponsel itu. “menurut kamu siapa ?” Tanya orang itu. Dian terdiam, terlalu kaku tuk diajak bercanda seperti itu. “Saya tidak tau.” Ucapnya polos. Suara tawa di balik telepon itu makin menjadi hingga dian mulai merasa berang dan kesal. “Maaf mungkin anda salah nomor, saya lagi sibuk.” Ucap dian ketus. Ingin mematikan ponselnya namun terdengar suara larangan dari balik ponsel tersebut. Si penelpon pun menjelaskan identitasnya hingga dian merasa tenang ternyata bukan orang usil atau kurang kerjaan, percakapanpun di mulai mereka bicara cukup asik sampai dian lupa akan masalahnya yang membuat kepalanya serasa mau pecah.
Pertemuan dian dengan laki-laki bernama andry itupun kembali terjadi, dian merasa canggung dan was-was karena laki-laki itu merupakan orang asing yang sama sekali belum di kenalnya namun setelah berbicara beberapa jam ternyata dia orang yang cukup menarik dan berwawasan luas hingga dian merasa nyaman berbicara dengan andry. Andry berada di kota tempat dian tinggal karena ditugaskan oleh kantornya kekota kecil tersebut awalnya andry merasa jenuh dan bosan karna di kota itu sama sekali tak memberinya hiburan dan tempat-tempat menarik tuk bisa refresing sampai dia bertemu dian gadis berjilbab yang terlihat sopan dan santun, ingin dia mendekati dian untuk menghilangkan rasa suntuknya dan ingin melihat sisi-sisi tertentu dari gadis itu, sementara dian terlalu polos untuk mencurigai orang macam-macam. Akhirnya terjalinlah persahabatan diantara mereka. Dian sering bertukar pikiran dengan andry, andry pun melakukan hal yang sama dan lama kelamaan hal itu membuat andry merasakan nyaman dan tenang berada di dekat gadis itu. Tanpa dian sadarin andry diam-diam punya perasaan lebih dari sahabat pada dian, namun dia terlalu segan untuk mengungkapkan perasaannnya, hingga andry merasa bertepuk sebelah tangan.
Jam menuju pukul 5 sore dian baru saja keluar dari ruangan dosennya, hari sabtu dia sudah bisa di seminarkan dian merasa lega, sekarang dian bergegas pergi menuju ke tempat janjian dengan andry, dian melihat pria itu duduk sabar menunggunya. “Maaf telat.” Ucap dian terlihat ngos-ngosan tergesa-gesa menuju ke tempat andry. “gak apa-apa, gimana konsultasinya.” Tanya pria itu. “Alhamdulillah sabtu ini bisa di seminarkan.” Jelas dian senang. “Oya, selamat ya bagus bisa cepat kelar nih.” Ucap pria itu, dengan wajah terbinar-binar dian mengangguk tanpa di sadarinya dia makin membuat andry tertarik padanya. “Oya, katanya ada yang penting mau di omongin ada apa ya ?” Tanya dian penasaran. “Gimana kalau kita cari tempat yang lebih nyaman.” Ajak andry senyum. “heeemmm, oke dech.” Jawab dian setuju. Mereka ke sebuah cafĂ© yang jarang di kunjungin orang. Mencari tempat yang nyaman dan andry mulai bicara dengan sehati-hati mungkin agar tidak membuat dian merasa canggung atau kaget.
Pertama dia bercerita pada dian kalau tugasnya di kota itu akan segera habis hanya tinggal beberapa minggu lagi, mendengar cerita itu ada sedikit perasaan kehilangan yang dirasakan dian. kemudian andry mengatakan pada dian kalau dia tertarik pada seseorang, dian mulai merasa cemburu namun dia tidak menyadarinya. Hanya saja andry mengatakan kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya pada dia. “menurutmu bagaimana caranya dian ?” Tanya andry terlihat kebingungan. “Seperti apa orangnya ?” Tanya dian tanpa agak lesu merasa hubungan persahabatan mereka pasti akan segera berubah kalau andry sudah punya kekasih. “Sejauh aku mengenalnya, dia gadis yang baik, ramah dan taat dia bicara dari hati itu yang aku sukai darinya, tapi aku bingung bagaimana kalau seandainya dia menolak aku.” Jelas andry tampak resah. “Bagaimana kamu bisa tahu sedangkan kamu sama sekali belum mengungkapkannya, jangan menyerah sebelum bertarung dong.” Ucap dian sembari menyemangati andry. Andry menatap wajah dian, dian segera membuang pandangannya dari andry. “kalau aku jadian dengan dia kamu cemburu gak ?” Tanya andry. Spontan dian kaget dan salah tingkah. “Ma, maksud mu apa ?” tanyanya gugup. Melihat respon dian andry merasa aneh “Jangan-jangan anak ini juga suka sama aku.” Pikirnya pede. “gak ada Cuma Tanya saja.” Ucap andry tertawa kecil. Wajah dian mulai cemberut. “apa sih, mau ngerjain dian yah.” Keluhnya merasa malu. “enggak, tenang ok.” Suruh andry menahan tawa.
“terus siapa yang bang andry suka ?” Tanya dian penasaran. Andry menatap dian lagi sambil menghela nafas. “dia cukup dekat dengan abang, awalnya abang pikir Cuma temanan biasa, gak tahunya makin lama makin menjadi.” Jelas andry sejenak terdiam kembali. “terus, siapa orangnya ?” ulang dian bertanya. “Dian mau tau ?” balas andry bertanya. Dian mengangguk “Yakin ?” ulang andry bertanya lagi. Dian mengangguk lagi. “Baiklah tapi sebelumnya abang punya permintaan dian jangan marah ya.” Minta andry. “Kenapa dian marah itukan hak bang andry mau suka sama siapa.” Ucap dian. “Iya abang tau Cuma, orang yang abang suka itu……….” Andry berhenti bicara. “Siapa sih ?” Tanya dian makin penasaran. Andry menatap dian “ Yang abang suka itu cewek berjilbab yang bernama dian maisarah.” Ucap andry. Dian terkaget dari rasa penasarannya. Dian maisarah itukan dia, dian kehilangan kata-kata. “ Tuh kan, abang udah bilang kalau dian jangan marah.” Ucap andry melihat respon kaget yang di tunjukkan dian. “Kenapa abang suka dian ?” Tanya gadis itu. “Dian kok jadi takut begitu, kamu kenapa dian ?” Tanya pria itu kaget melihat respon dian yang ketakutan. “Dian gak kenapa-kenapa.” Ucapnya berusaha untuk menenangin diri. “abang kan Cuma bilang suka, dian jadi ketakutan begini.” Tanya andry heran, sambil berpikir jangan-jangan dian punya masa lalu yang suram. “ Memangnya dian gak pernah pacaran ?” Tanya pria itu. Dian menggeleng. Andry makin kaget dan merasa lucu. “gak pernah pacaran ?” Ucapnya nahan tawa. “Ampun dian umurmu udah berapa sih ?” Tanya pria itu yang tak asing lagi dengan dunia pacaran. Setetes air mata mengalir di pipi gadis itu.
Andry mulai merasa bersalah “ Maaf dian abang gak bermaksud ngeledek dian, dian jangan marah ya?” minta andry menyesal. Dian menggangguk sambil menghapus air matanya. “Dian kenapa, cerita sama abang ?” Tanya andry. Dian menggeleng. “Dian, dian gak percaya sama abang ?” tanyanya lagi. “Dian percaya.” Ucap dian. “ Terus kenapa gak mau cerita.”Tanya andry ingin tahu masa lalu dian. “Kalau dian cerita dian makin sedih, tolong abang jangan tanya apa-apa lagi.” Minta dian melihat sikap gadis itu andry pun tidak memaksa. “Lalu bagaimana dengan pernyataan abang di terima ngak.” Tanya andry. “Di terimakan ?” Tanyanya lagi. Dian diam membisu. “Dian terima tapi dengan syarat abang harus bisa menjaga dian.” ucap gadis itu. Andry kaget dia ngak menyangka dapat jawaban secepat ini. “Dian yakin ?” Tanya pria itu lagi. Dian mengangguk. “gak menyesal, soalnya abang sudah gak lama lagi di sini jadi kita akan jauh, nanti abang usahain kapan ada waktu datang ke sini.” Ucap andry. “gak masalah buat dian, asal abang bisa percaya dian, begitu juga dengan dian.” ucap dian tampak simple saja dengan permintaannya. “yah, kalau Cuma itu insya Allah abang bisa jaga.” Ucap pria itu sanggup. Dian tersenyum “berarti kita berdua.” Ucap dian malu-malu. andry tertawa. “iya,” jawabnya. Dian semakin malu. Sejak hari itu mereka pun jadi pasangan.
Hari seminar pun tiba, dian belajar dan bersiap-siap semaksimal mungkin untuk dapat hasil terbaik dan dian berhasil judul yang di ajukannya di terima. Dian pun mulai menyusun buku untuk sidang jadi semakin sibuk, masa tugas andry pun makin singkat. Sampai hari itu andry datang untuk mengatakan pada dian kalau minggu depan dia kembali ke Jakarta. Ada sedikit beban dia hati pria itu, kalau dian sudah tamat mungkin lain ceritanya tapi gadis itu masih sedang nyusun skripsi tidak mungkin andry mengajak dian bersamanya. Tapi andry tidak mungkin mengelak untuk kembali ke jakarta, hubungan jarak jauh tidak akan memberi perbedaan buat mereka karena hubungan keduanya datar-datar saja tanpa gejolak apapun. Mungkin perbedaannya saat dian butuh teman curhatan dia harus puas hanya melalui telpon, email dan sms-an.
Berselang beberapa hari andry pun kembali ke Jakarta dia hanya memberi dian sebuah cincin dan berjanji secepatnya kembali ke aceh dan memberikanya cincin yang asli, ucapan andry menjadi semangat dan penantian untuk dian dan dia cukup mampu menjaga diri untuk setia. Namun terasa sedikit perbedaan, saat andry ada di aceh meski mereka tidak melakukan apa-apa dian masih bisa menatap wajah pria itu, tapi sekarang dia hanya puas mendengar suaranya saja, sampai andry datang lagi ke aceh. Hari demi haripun berlalu dian semakin dekat dengan waktu sidangnya dan janjinya pada andry untuk segera wisuda, itu menjadi semangat tersendiri buat dian dan juga keinginannya untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Dian berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsinya, hingga dian rela harus mengurangi jatah tidurnya setiap malam dan kesibukannya dalam bekerja. Pagi itu dian buru-buru keluar dari rumah untuk menemui dosennya untuk konsultasi yang terakhir agar mendapat persetujuan untuk segera di sidangkan. Andry sering menelpon dan bertanya kapan dia akan sidang, dian bermaksud merahasiakannya pada andry, saat dia wisuda dian akan memberitahukan pada andry.
Dengan semangat dian menuju ke kampus langsung menjumpai pembimbingnya dan mendapat persetujuan untuk segera di sidangkan. Begitu dian keluar dari ruangan dosennya dian bernafas lega dan secepatnya pergi untuk mengurus segala persiapan untuk sidang, beberapa orang teman yang di temuinya mengucapkan selamat dan sukses dianpun semakin bersemangat. Begitu semua masalah di kampus selesai dian langsung bergegas pulang kerumah, jalanan tampak sepi tak satupun kendaraan lewat hingga dian bisa membawa motornya dengan santai, namun maut datang tak terduga sebuah kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi saat dian melewati tikungan hingga dian tak bisa mengelak dan dian terserempet mobil tersebut dan jatuh terpelanting ke aspal, dian masih sadar, samar-samar dia melihat dirinya berlumuran darah sampai akhirnya dian kehilangan kesadarannya.
Dian bermimpi dalam mimpinya dia terus berlari mengejar cahaya namun dian sama sekali tidak bisa mendekati cahaya itu sampai akhirnya dian tersadar, dian melihat kedua orang tuanya, mereka tampak begitu sedih bercampur senang anaknya telah sadar kembali. “umi, abi !” panggil dian suara lemas. “Iya nak.” Ucap uminya mendekati anaknya. “Apa yang terjadi ?” Tanya dian tak mampu mengingat apa yang di alaminya. “dian kecelakaan, saat pulang dari kampus.” Jelas ibunya prihatin. Dian berusaha mengingat semuanya dia hanya teringat saat melewati tikungan sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. “ Ibu bantu dian duduk.” Minta gadis itu berusaha mengangkat tubuhnya sedikit, tiba-tiba dian merasakan ada sesuatu yang aneh pada bagian kakinya. Sejenak dian terdiam sambil mencoba meraba kaki kirinya dari atas selimut namun dian sama sekali tidak menemukan apapun, ibunya sudah tidak tahan lagi menahan tangis. “ Ibu, dian ?” Tanya dian begitu menarik selimutnya dian menjerit histeris dan menangis tersedu-sedu, ibunya langsung memeluk dian. “dian sudah gak punya kaki lagi ibu.” Tangis gadis itu perih. “dian cacat ” rintihnya terus menangis. “Sabar nak, ini cobaan buat dian, dian harus bisa menghadapi semua ini nak.” Nasehat sang ibu . “kenapa semua terjadi sama dian, kenapa, ini gak adil.” Keluh dian. “ightifar nak, semua cobaan dian harus sabar.” Nasehat ibunya lagi. Dian terus menangis beberapa hari yang lalu dian merasa menjadi gadis paling bahagia di dunia namun hari ini dian merasa begitu menyedihkan dan memprihatinkan. Dian berusaha menerima semua yang di alaminya meski air mata berulang kali menetes di wajahnya, ponselnya tak henti-hentinya berdering dan pesan sms dari andry sudah tak terhitung lagi, dian memutuskan untuk tidak berkomunikasi lagi dengan andry tidak mungkin dia bisa memperlihatkan dirinya yang sekarang pada pria itu.
Beberapa temannya datang mengunjunginya, memberi dian semangat namun dian sudah terlalu shock dan down. Fatma kakak dian mendengar suara dering ponsel adiknya tak berhenti-henti. “dian ada telpon tuh.” Ucap kakaknya mengambil ponsel itu. “dari siapa ?” Tanya dian tak bersemangat. “andry.” Ucapnya. Fatma sama sekali tidak tau siapa itu andry begitu pun seluruh anggota keluarga dian. “biarin aja di situ.”ucap dian ngak peduli. “Dian siapa andry ini, sepertinya dia sering sekali menghubungi kamu ?” Tanya fatma. “Udah, gak usah tanya-tanya.” Jawab dian ketus. Fatma hanya diam mengerti kondisi adiknya. Lagi-lagi dian meneteskan air matanya berpikir apa yang harus dikatakannya pada andry dengan kondisinya sekarang, tak seorang pun mau menerima gadis cacat seperti dirinya, hal itu terus mengusik diri dian sampai membuatnya stress dan frustasi ,sehingga kondisi fisiknya makin hari makin melemah membuat dian terbaring seperti orang lumpuh.
Hampir 2 mingguan dian berada di rumah sakit dokter belum juga memberi ijin pulang, hal itu sedikit menyulitkan ekonomi keluarga dian namun demi anaknya mereka iklas melakukan apa saja. “ Umi maafin dian ya, dian gagal banggain umi sama abi ?” ucap dian lemas. “Dian ngomong apa, umi sama abi bangga punya anak seperti dian.” ucap wanita itu memberi semangat pada anaknya. “Dian juga udah buat abi sama umi kesulitan karena dian di rumah sakit terus.” Ucap gadis itu air mata mulai menetes di pipinya. “Dian jangan berpikir seperti itu ya nak, abi sama umi ingin dian sembuh seperti semula.” Ucap wanita itu lembut. “Semua sudah gak mungkin umi dian gak mungkin seperti dulu.” Keluh dian makin menangis sedih. “itu tidak benar nak, dian tetap sama seperti dulu tidak ada yang berubah dari dian.” jelas wanita itu dian menangis keras dalam pelukan ibunya.
Dering ponsel yang selalu berbunyi itu membuat fatma makin ingin tau siapa laki-laki bernama andry itu hingga dian menolak menerima kabar darinya, fatma tau adiknya sering membaca pesan dari laki-laki itu lalu menangis. Hari itu dian berada di luar kamarnya, fatma sedang merapikan pakaian dian yang baru saja di bawanya. Ponsel dian berdering lagi, fatma melihat dari andry lagi. Dia pun mengangkatnya “assalammualaikum.” Ucapnya. Terdengar jawaban salam dari balik ponsel itu. Andry tahu yang mengangkat bukan dian diapun bertanya siapa, fatma menjelaskan kalau dia kakaknya dian. andry bertanya apa yang terjadi pada dian, setelah tahu status andry dan dian fatmapun menjelaskan pada andry tentang kondisi dian. Tersentak andry mendengarnya sampai dia tak mampu tuk berkata apapun lagi. Akhirnya andry tau apa yang di alami dian tanpa sepengetahuannya.
Dian tidur d ranjangnya tak banyak yang bisa dilakukannya sekarang dia hanya membaca yasin, zdikir dan beberapa ayat al-quran lainnya tuk menguatkannya agar tetap sabar dan tabah menghadapi apa yang di alaminya. Kadang saat dian teringat pada andry dia suka berhayal sendiri dan yakin laki-laki itu pasti sudah tidak menyukainya lagi karena apa yang telah menimpanya, memikirkan hal itu cukup membuat dian sedih, tapi dia harus kuat menerimanya. Namun andry bukanlah pria seperti yang dian pikirkan, dia mencintai dian tanpa pernah melihat fisik gadis itu. Mendengar apa yang terjadi pada dian andry pun bergegas datang ke aceh. Sebelum bertemu dian dia bertemu fatma dari fatma dia mendengar semuanya apa yang telah menimpa dian, sedih cukup sedih perasaan andry saat mendengarnya, mengetahui gadis yang di cintainya menderita sendiri tanpa dia di sampingnya, dan dukungan darinya. Fatma menyarankan agar andry jangan mengganggu dian dulu karena adiknya saat ini masih membutuhkan ketenangan. Andry keberatan namun dia harus bersabar melihat dian sekarang sangat mudah bersedih apa lagi menyangkut orang yang di sayanginya.
“Anak gadis gak boleh melamun terus.” Ucap fatma melihat dian larut dalam lamunan. “apa yang di pikir dian, cerita sama kakak.” Minta fatma mendekati adiknya. Dian hanya menggeleng. “kak, kalau dian pergi gimana ya.” Ucap dian, fatma marah mendengar ucapan adiknya itu. “Dian kamu ini ngomong apa sih.” Keluh fatma. “Dian hanya nyusahin umi dan abi.” Ucap dian putus asa. “Dengar dik, umi, abi, kakak, semua sayang sama dian, kalau dian terus seperti ini kami sedih dian.” jelas fatma sedih. “dian, kalau dian sayang sama kami jangan pernah berpikir seperti itu lagi mengerti.” Minta fatma, “Iya kak, maafin dian.” ucap gadis itu. Dari balik pintu andry melihat dian secara diam-diam, ingin sekali dia berdiri di hadapan dian dan memberinya semangat tapi andry mencoba untuk bersabar.
Namun melihat kondisi dian andry jadi tidak sabaran, dian menjumpai fatma lagi. “tolong ijinkan saya menemui dian.” minta andry tampak putus asa, fatma tidak tega melihat andry dia tau andry sangat mencintai adiknya tapi dia takut kalau dian bisa shock meski dia tau dian sangat ingin bertemu andry. “saya tau dian mungkin keberatan kalau saya tahu bagaimana kondisinya sekarang, tapi buat saya itu bukan masalah saya mencintai dian kalau saja dia sudah menyelesaikan kuliahnya saat saya masih di sini saya pasti akan mengajaknya ikut bersama saya.” Jelas andry serius. “tapi saya masih bisa bersabar, saya tidak inginmenyakiti dian, dia sudah cukup menderita.” Ucap andry. Melihat kesabaran laki-laki itu fatma merasa kagum, tapi kenapa adiknya tidak pernah menceritakan tentang andry. Fatma bisa memakluminya dian bukan gadis yang mudah menerima orang memasuki hatinya setelah apa yang pernah di alaminya kehilangan orang yang pernah menaruh harapan padanya.
“Andry, ada sesuatu yang mau kakak katakan padamu, dian tidak pernah bercerita tentang kamu pada kami, kamu jangan salah faham.” Minta fatma. “saya mengerti, kakak mau menceritakan pada saya tentang dian, saya tahu mungkin dian sulit mempercayai saya.” Jelas andry. “Dian pernah kehilangan orang yang sangat dekat dengan dia, semua karena orang tua kami, maklum lah orang di sini suka jodoh-jodohin anaknya, akhirnya dian juga ikutan di jodohin tapi waktu itu dian baru saja menamatkan SMU nya dian kehilangan laki-laki itu dia meninggal, sejak itu lah adik kakak memutuskan untuk terus menjaga kenangannya sampai dia bertemu kamu, sekarang dia juga harus bersabar lagi.” Jelas fatma. “terima kasih andry kamu sudah begitu baik pada adik kakak.” Ucap fatma tulus. “justru saya yang beruntung bertemu dian, tapi saya merasa bersalah pada saat dia membutuhkan saya di sampingnya saya malah tidak ada.” Keluh andry menyesal. “Sudahlah, semua akan baik-baik saja.” Ucap fatma menyemangati andry. Setidaknya andry sudah tahu beberapa hal tentang dian.
Dian berbaring di ranjangnya apa pun makanan yang di sodorin sama sekali tidak membuatnya lapar, dia hanya melamun dan diam sementara kondisi tubuhnya semakin lemah, membuat orang tuanya takut . Dian melihat ponselnya ada selembar foto andry yang disimpannya berulang kali dia menatap foto itu dan air matanya tak pernah berhenti mengalir, betapa dia ingin melihat dan bercerita serta mengadu pada andry tapi dia tidak mau andry tahu kondisinya yang sangat menyedihkan. Kelelahan dengan semua beban pikirannya dian tertidur dari balik pintu andry terus memperhatikan dian, begitu dian terlelap pelan-pelan andry memasuki kamar dian, berjalan pelan-pelan melihat gadis itu dari dekat. Betapa rindunya dia akan dian, dian begitu kurus, rapuh dan sedih melihat dian andry merasa sangat sedih perih terasa hatinya. “dian, maafin abang gak ada di samping dian saat dian butuh.” Bisik laki-laki itu pelan agar tidak membangunkan dian. “kamu pasti sangat menderita, percayalah abang tidak peduli dengan apa yang dian alami abang tetap mencintai dian.” bisik andry lagi.
Tiba-tiba dian membuka matanya, begitu melihat andry mulailah dia panik dan berteriak-terika shock. “Dian tenang, abang tidak bermaksud apa-apa.” Ucap andry berusaha menenangi dian tapi dian tetap berteriak dan menangis tersedu-sedu sampai membuat beberapa orang datang melihat kekamar itu. Ingin andry memeluk dian dan menenanginya tapi tidak mungkin. Seorang perawat masuk dan melihat apa yang terjadi. “Maaf, apa yang ada lakukan pada pasien ini ?” Tanya perawat itu marah. Andry kebingungan dia sudah terlalu shock melihat penolakan dian. “Suruh dia keluar, saya tidak mau melihat dia.” Tangis dian. “keluar jangan ganggung dian.” Tangis dian makin menjadi. “Dian, kenapa dian seperti ini, beri abang kesempatan buat menemani dian, abang sayang dian.” ucap andry sedih. “Keluar dian sudah tidak sayang lagi sama bang andry pergi.” Teriak dian berat melakukan semua itu. “Kenapa dian, apapun yang terjadi pada dian perasaan abang tidak berubah, abang mohon dian mengerti.” Pinta andry. Dian berusaha mengabaikan semua itu. “Keluar !!” Teriak dian lagi. Andry tidak punya pilihan dia pun keluar, kemudian bercerita pada fatma.
Saat mengunjungi adiknya fatma bercerita pada dian bagaimana tiap harinya andry terus memperhatikan dian secara diam-diam, sekuat tenaga dian mencoba mengabaikan semua cerita kakaknya dia tidak mau tahu dan tidak mau peduli. “Dian jangan begitu, sayang andry dian.” nasehat fatma. “Kakak diam saja, semua tidak ada hubangannya sama kakak.” Ucap dian ketus. “Ya sudah kalau itu keputusan kamu kakak tidak mau bilang apa-apa lagi, kamu keras kepala sayang andry.” Ucap fatma. Berat bagi dian berkata begitu pada kakaknya dia sangat menghormati fatma hanya saja dia tidak punya pilihan lain. Andry tidak menyerah kali ini dia datang terang-terangan menemui gadis itu meski dia terus menolak. Hari ini di usir, besok dia datang lagi hal itu terus saja berulang dan berulang sampai akhirnya dian menyerah dan menerima kehadiran andry. “Dian bukannya benci bang andry, cuma dian tidak sama seperti dulu. Sekarang dian sudah cacat.” Tangis gadis itu pilu. “ Dian, apapun yang terjadi pada dian bang andry tidak peduli, abang ingin di samping dian menemani dian.” ucap andry. “ Tapi pekerjaan abang di Jakarta.” Ucap dian. “abang sudah bela-belain minta di tugas kan lagi disini alhamdulillah teman abang ada yang mau kembali ke jakarta jadi posisi dia sekarang abang yang gantiin, jadi abang bisa terus di samping dian.” jelas andry. Dian terharu dengan semua ketulusan andry padanya. “terima kasih bang andry sudah mau menerima dian meski sudah begini.” Ucap dian. “ Dian semua kehendak yang maha kuasa, kita harus sabar menghadapinya, sekarang abang cuma minta satu hal sama dian, dian jangan pernah berpikir rendah atau apa pun karena kondisi dian, dian masih sama seperti dulu mengerti.” Nasehat andry. Dian mengangguk dan berusaha menerima semua apa yang di katakan andry.
“ Bagus, sekarang biar abang ikut menemani dian ya ? Pinta andry. “ Iya bang andry, terima kasih masih mau menerima dian.” Ucap dian tegar. Andry tersenyum. “ Iya dian, abang senang bisa bertemu dian lagi, bisa berguna untuk dian.” ucap andry. “ Iya bang, untuk selanjutnya bang andry bersedia menemani dian sampai dia benar-benar sembuh dan pantas berdampingan sama bang andry kan.” Pinta dian. “ Tentu saja dian dengan senang hati, mulai hari ini apa pun yang terjadi katakan pada abang ya.” Ucap andry. Sambil tersenyum dian menjawab. “Iya.” Dian terus berdoa semoga apa yang di alaminya mampu di hadapinya dengan sabar dan tabah karena dia tidak sendirian masih banyak orang-orang yang menyayanginya dan mengharapkannya. Itulah akhir cerita dari perjalanan hidup dian dalam menghadapi cobaan yang menimpanya dan berharap hari esok kan terus lebih baik meski apa pun yang di hadapinya manusia tidak boleh menyerah dan berputus asa.


TAMAT

by Fitrie

1 komentar:

irosyadie mengatakan...

Hidup ini adalah misteri ilahi yang siapapun tidak ada yang bisa mengetahuinya, karena itu adalah milik Allah SWT. saya sangat terkesan sekali dengan cerita ini karena begitu mengena dihati, hidup tidak boleh cengeng dengan anugrah yang diberikan Allah, harus optimis dengan segala yang kita cita-citakan... tidak perlu takut apapun yang bakal terjadi selama perbuatan kita didasari kejujuran dan ketulusan...

he..he... hidup ini indah...loh..