Senin, Agustus 25, 2008

Karya ke 5

RINDUKU


Hatiku menjerit
Memanggil-manggil nama_Mu
Ya Rabbi….Ya Rabbi…Ya Rabbi
Kurindukan_Mu dalam sepinya malamku
Kuharapkan uluran tangan_Mu
Lewat pintu hidayah_Mu
Lalu setetes air sejukkan hatiku
Ketika ku basuh anggota tubuhku
Demi tuk mengharap satu belas kasih_Mu
Lewat sujudku 5 kali dalam sehari
Di sana kutemukan ketenangan
Rindu di hatiku
Menjerit menyebut nama_Mu
Tanpa henti ku tak ingin berhenti
Agarku tetap dekat dengan_Mu
Ya Rabbi…Ya Rabbi…Ya Rabbi…
Bukakan tukku pintu Hidayah_Mu
Melepas semua kerinduanku
Saat hati, mulut dan jiwaku sebut nama_Mu
Memujamu tanpa henti itulah rinduku
Ya Rabbi…Ya Rabbi…Ya Rabbi…
Semaikanlah Rinduku pada_Mu di hatiku



By : Fitri















RAMADHAN YA RAMANDAN



Aku nantikan sepenuh jiwa
Aku dambakan sepanjang tahun
Bertemu denganmu dalam sehat
Demi menunaikan sebuah ibadah
Ramadhan Ya Ramadhan
Bulan penuh berkah
Pintu tobat terbuka lebar
Bulan penuh rahmat
Mendekatkan diri pada sang khaliq
Indah tak terkira
Lapar haus tak jadi kedala
Demi untuk melaksanakan ibadah
Bekal berharga di akhir nanti
Ramadhan Ya Ramadhan……….
Ku tunggu penuh debaran
Menantikanmu penuh bahagia
Hingga kau menyapa di tahun ini
Ku sambut penuh haru





By : Fitri

Jumat, Agustus 22, 2008

karya 4

KISAH ACEH

Ini adalah sebuah kisah tentang bumi yang terus dihunjam darah.
Darah menetes dari luka tangan yang tersayat pisau
Darah menetes dari luka dada yang tertembak peluru
Darah menetes dari luka-luka tubuh yang terhantam letusan “bom”
Darah terus mengalir, menggenang, dan mengering di tanah rencong.
Tak hanya ber-tahun, tapi telah berabad lamanya.
Luar biasa amukan orang berperang hingga sekian lama
Hingga tak ada kain pel yang bisa menyeka darah setebal kitab.
Hingga laut mencoba bicara tentang arti kesucian diatas bumi
Lautpun bergemuruh
Untuk membersihkan darah diatas bumi yang tertanam tulang-tulang manusia.
Abaikan teriakan mulut kita yang terus bertasbih.
Semua orang menjadi terluka.
Luka…. luka…. Terasa perih….
terkoyak reruntuhan kayu dan hantaman batu.
Lukaku perihku, perih dilukaku, menjadi borok bernanah tak terjamah.
Burung kematian bernada parau mengelilingi, suaranya seirama erangan kesakitan
orang-orang, hingga tercipta alunan yang menyayat, menjadi orkestrasi erangan yang menggetarkan.
Serambi mekahku mengaduh bersamaan deras air mataku, bersama deras darahku. Nyeri daging dan tulang menjadi satu.


Acehku bersimbah darah
Menetes tanpa henti dari sayatan pisau keangkuhan
Melumurin tanahku yang suci nan elok
Tanpa henti tanpa tau kapan kan berakhir
Darah terus mengalir, menggenang dan mongering di bumiku aceh
Kian lama waktu tlah berlalu
Senjata tlah menrenggut kedamaian
Tumpahkan darah kotori serambi mekah
Lautpun bergemuruh, mengerang, menjerit hantarkan protes
Menghantam apapun yang menghadang,
Membanjiri dataran yang menjerit
Bersihkan noda diatas bumi
Jiwa menjerit mulut bertasbih mata menangis
Tangisi jiwa yang terluka
Perih…….perih…perih luka di badan
Terhantam amukan gelombang
Serpihan kayu batu perihkan luka
Jiwa menjerit…..menjerit…berteriak….sakit…perih luka di badan
Amukan ombak hanjutkan jiwa
Abaikan teriakan tasbih tak henti
Laut panggil ombak menyapu bersih genangan darah.
Amuk Ombak bergelung di atas badan,
Jiwa-jiwa bergelimpangan tiada nyawa di badan
Burung kematian senandungkan syair, mengelilingingi jiwa-jiwa tak bernyawa
Erangan kesakitan makin lirih menyayat sanubariku
Serambi mekahku menangis air mataku menetes sanubariku terusi
Dalam jerita jiwa aceh tercintaku


By : Fitri/Prakoso

Sabtu, Agustus 16, 2008

Karya 3

MENANTI SANG FAJAR DI BULAN RAMADHAN


Aku menatap langit mendung masih menutup cerahnya langit siang ini, gerimis belum juga turun udara terlihat sejuk tidak sepanas biasanya. Seperti biasa aku duduk di perpustakaan kampusku sambil terus melihat lalu lalang mahasiswa yang sibuk bolak balik masuk perpustakaan. Beragam ciri khas terlihat dari mereka menunjukkan begitu ramainya khas rupa dari daerahku, pandanganku tak hanya menatap mereka aku menatap tingginya langit biru disebelah barat aku lihat langit begitu mendung dan hitam pasti hujan telah turun dengan deras di sana, memang akhir-akhir ini curah hujan di daearahku sedikit terganggu setelah peristiwa maha dasyat menggempar seluruh wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aku melihat kembali arlogi di tanganku satu jam setengah telah berlalu, aku bergegas kembali memasukan buku dan laptopku kedalam ransel jarak perpustakaan dari rumahku tak begitu jauh sehingga aku bisa berjalan kaki pulang dari pustaka di tambah lagi dengan cuaca yang sejuk membuat perjalananku semakin nyaman.
Ternyata cuaca memang sangat buruk dan tidak stabil, baru beberapa langkah aku berjalan hujan mengguyur sang bumi dengan deras tanpa isyarat apapun juga, spontan aku berlari kencang mencari tempat perlindungan hal pertama yang harus aku lindungi adalah laptop dan bukuku karena kedua benda itu adalah masa depanku saat ini, untungnya aku membawa jaket didalam tasku sebagai antisipasi kalau hujan tiba-tiba turun tapi sayang aku mengabaikan pepatah sedia payang sebelum hujan ( hehehe…), aku berteduh di bawah kursi beton yang tak jauh dari perpustakaan untuk menghindari hujan, langit yang tadi terlihat agak cerah kini menjadi hitam pekat hujan turun dengan derasnya. Aku mulai merasakan kedinginan tapi terus terang hal itu sama sekali tidak menggangguku karena aku paling suka jika hujan turun, rasanya begitu sejuk dingin dan segar asal jangan di suruh belanja saja ke pasar karena becek di mana-mana dan aku paling benci jika pakaian yang aku kenakan terkena lumpur atau percikan air kotor dijalananan karena kendaraan aku pasti akan jengkel dan kesal jika tak sendiri aku pasti akan merajuk dan mengomel tak habis-habisnya pada temanku (Heemm…hal buruk yang harus segera aku hilangkan).
Tak begitu lama aku berdiri di bawah lindungan atap tempat duduk dipustaka, aku mendengar suara azan aku kembali melihat arlogiku ternyata waktu sudah masuk untuk sholat dzuhur. Mau tidak mau aku harus segera bergegas pulang meski hujan belum berhenti karena aku tidak mau melewati waktu dzuhurku lebih telat, akupun mengambil ancang-ancang untuk segera pergi kedekat halte aku naik angkot jadi tidak akan kebasahan karena rumahku tak begitu jauh dari pinggir jalan. Siap-siap mengambil ancang-ancang seseorang menyapaku dari belakang
“Hei Nassyria mau kemana ?” Tanyanya ramah aku segera menoleh kebelakang
“Bang saed !” Ucapku kaget salah seorang abang lettingku di campus
“Mau pulang tapi hujan belum berhenti.” Ucapku lagi
“Ya udah naik saja di belakang motor abang, biar abang antar pulang.” Tawarnya ramah. Terus terang aku menjadi kebingungan sendiri antara naik dan tidak selama ini aku belum pernah naik di belakang motor laki-laki yang belum aku kenal kecuali ayah, saudaraku atau teman-teman yang sudah cukup aku percayai, bukannya aku tidak mempercayai bang saed tapi bagiku dia masih asing karena kami belum begitu dekat.
Sejenak aku terdiam tanpa mengatakan apa-apa.
“Kenapa ? Takut ada yang marah ?” Godanya menahan tawa.
“Bukan sih, tapi….!” Jawabku kebingungan
“Belum pernah boncengan sama cowok ya ?” Tanyanya lagi sambil tertawa jahil.
Mukaku mulai merengut dan kesal akan godaan bang saed.
“Kalau gak naik keburu telat dzuhurnya.” Ucap bang saed pandangan menuju ke mesjid.
“Iya dech…” Ucapku segera naik kebelakang motor bang saed
Aku duduk menyamping
“Pegangan yang kuat.” Godanya kembali
“Huh, sory ya basi.” Balasku ketus
“Hahahaha…! Terdengar suara tawa lepas darinya sambil menyalakan motor.
Tak begitu lama sampailah di depan supermarket ibu kosku, rumah kosku tidak menerima tamu laki-laki sehingga apapun yang berhubungan dengan kampus harus dilakukan di luar rumah untuk kaum adam, sebagian temanku protes tapi buat aku dan kakakku semua itu memberikan kenyaman tersendiri apa lagi dengan kondisi kami yang jauh dari rumah, aku mengangap itu sebagai sikap antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bang saed menghentikan motornya di depan supermarket ibu kosku, dari mesjid sudah terdengar qamat bang saed menoleh kearah mesjid.
“Tuh kan gara-gara nassyria telat abang ke mesjid “ Ucapnya menatapku lekat-lekat.
“Maaf bang…” Ucapku nyesal
“Hehehe…bercanda kok, udah dulu ya abang ke mesjid.” Ucapnya kembali menghidupkan motor.
“Makasih bang ya hati-hati di jalan, sekali lagi maaf.” Ucapku makin merasa bersalah.
Bang saed hanya tersenyum bergegas pergi ke mesjid, aku segera berlari kedalam rumah dan bersiap-siap untuk sholat sebelum telat.
Usai sholat aku masih memikirkan bang saed ternyata orangnya sangat ramah pikirku, tapi setauku bang saed tipe laki-laki yang sangat jarang sekali terlihat dengan perempuan, di kampus dia dikenal dengan julukan jomblo sejati padahal tampangnya ganteng juga pinter tapi entah apa yang ada dalam benaknya aku jadi bertanya-tanya wanita seperti apa ya kira-kira yang bisa membuat dia jatuh cinta (hehehe…) pastinya bukan seperti aku, lagian untuk seorang saed kebanyakan mereka menikah dengan keluarga sendiri itupun sistem jodoh dan tidak aneh jika misalnya sekarang ada seorang wanita yang sudah dijodohkan dengannya waduh ngapain juga aku mikirin dia lebih baik mikirin diri sendiri ajalah.
Aku melihat jam diatas mejaku, udara yang sejuk membuat mataku tidak mau berkompromi padahal aku ingin menyelesaikan skripsiku tapi sepertinya aku harus mengalah dengan rasa ngantukku akupun merebahkan diriku diatas ranjang dan langsung tertidur pulas.
Tak begitu lama aku mendengar suara ketukan pintu, bergegas aku membukanya alangkah kagetnya aku melihat tamu yang datang.
“Bang Saed !!” teriakku histeris mata terbelalak kaget.
Dia langsung menerobos masuk dan duduk di sofa ruang tamuku lalu tersenyum dengan ramah kearahku.
“Sini duduk di samping abang.” Ajaknya
Aku makin kalang kabut melihat keluar apakah ibu dan bapak kos ada, melihat aku masih berdiri bengong bang saedpun berdiri mendekatiku lalu dia meraih tanganku mengajak duduk disampingnya, aku makin shock dan menjerit histeris lalu…..terbangun !!
“Haahh !!”
“Mimpi !!” Ucapku ngos-ngosan saking kagetnya
Aku cepat-cepat menggenggam erat tanganku nafasku masih tersenggal-segal kok bisanya dia muncul dalam mimpiku pikirku, suara azan asharpun berkumandang secepatnya aku kekamar mandi dan mengambil wudhu lalu sholat ashar dan berdoa tapi pikiranku masih juga mengingat mimpi aneh itu.
“Mimpi aneh, aku jadi lapar !” Keluhku bergegas kedapur dan melihat adakah makanan yang bisa aku makan.
Tak begitu lama kakakpun pulang aku sama sekali tidak menceritakan apapun tentang mimpiku padanya biasanya aku suka bercerita apapun pada kakak, apa lagi melihat wajah kakakku cemberut aku yakin pasti dia ada masalah di kantornya jadi habis magrib dia pasti akan menceritakan masalahnya padaku. Aku tinggal bersiap-siap saja.
Seperti dugaanku kakak langsung menceritakan masalahnya begitu habis magrib kekesalannya di kantor sudah bertumpuk-tumpuk tapi aku lihat dia enggan keluar dari kantor tersebut entah kenapa, yang pasti beberapa hari kemudian kekesalannya pasti akan lenyap begitulah kakakku.
Aku melihat kalender di meja belajarku beberapa minggu lagi menjelang bulan puasa, terlintas dalam benakku tentang niat di hatiku beberapa saat yang lalu, aku tau mungkin suara hatiku terlalu berat untukku hadapi saat ini karena itulah Allah menunda semua yang ada dalam benakku. Aku tersenyum dan menepis semua angganku lalu mengambil pulpen merah dan melingkari tanggal aku pulang ke rumah tuk megang.
Kehidupanku biasa saja aktifitas sehari-hari hanya kuliah selebihnya aku banyak menghabiskan waktu di rumah, ingin bekerja tapi tidak yakin aku takut malah skripsiku makin keteteran lagi, jadi aku harus bersabar untuk beberapa saat menunggu kuliahku selesai meski banyak tawaran yang datang tapi aku takut untuk mengambilnya. Jadi untuk sementara aku jadi pengangguran yang sok aktif (hehehe…).
Aku menarik gorden jendela di ruang tamu kulihat langit mendung kakakku sedang bersiap-siap kekantornya, akupun harus segera bersiap-siap menuju kekampus untuk konsultasi dengan pembimbing Tugas Akhir (TA).
Di kampus aku bertemu dengan beberapa temanku yang juga lagi sibuk dengan TA nya mereka jadi terkesan cuek dan sok sibuk (Maklum semua ngejar target wisuda bareng), aku nunggu dosen pembimbingku di Lab. Struktur keasikan sendirian bang saed muncul.
“Halloo nassyria !” Sapanya riang
Aku menoleh secepatnya, aku dengar suaranya agak serak-serak dia pasti sakit karena kehujanan kemaren.
“Bang saed sakit ya !” Tanyaku
“Cuma pilek biasa ko, lagi ngapain di sini ?” Tanyanya
“Mau jumpain pembimbing.”
“Oia, sampai mana udah Tanya.”
“Masih panjang perjalanannya bang.”
“Itulah pasti gak di buat, kesibukan pacaran sih.” Cetus bang saed
“Pacaran ! siapa juga yang pacaran !” Teriakku kesal bang saed malah ketawa melihat reaksiku.
“Hahaha…! Pantang di pancing hehehe…” Ucapnya.
Aku jadi terdiam cemberut
“Jangan ngambek-ngambek ntar TA nya gak selesai tuh.” Ucap bang saed
“Saed, bentar lg presentasi mahasiswa” Ucap salah satu teman bang saed bergegas keruang seminar.
“Udah dulu ya adik kecil, abang mau lihat mahasiswa abang presentasi dulu, jangan lupa TA nya segera di selesaikan.” Ucapnya
Gak sopan masa bilangin orang adik kecil cetusku dalam hati, aku berusaha untuk cuek sambil menunggu dosenku datang. Tak begitu lama dosenku datang aku langsung konsultasi. Ternyata lama juga hampir satu jam aku konsultasi dengan dosenku. Aku keluar dari ruang dosenku tiba-tiba diatas meja ruang tunggu Lab. Struktur aku melihat sebuah flash dist aku baca inisial nama di flash dist tersebut tertulis SAED, aku langsung berpikir mungkin ini punya bang saed terjatuh waktu tadi ngejekin aku “ Huh…!! Tau rasa kualat makanya jangan suka ngerjain orang !!” Cetusku dalam hati senang tapi tiba-tiba aku merasa iba dan kasihan jangan-jangan di flash dist ini ada data kuliahnya yang penting.
Secepatnya aku pergi mencari bang saed. Aku keruang seminar tapi bang saed tidak ada di sana, aku mencoba mencari-cari teman bang saed tapi tetap juga tidak ketemu seorangpun, nomor ponselnya juga aku tidak tau akhirnya aku berputar-putar di sekitar kampus seharian kelelahan akupun pulang. Tapi pikiranku belum tenang aku masih memikirkan flash dist bang saed.
Hingga esoknya aku keruang Lab. Struktur lagi, aku tanyain bang saed di mana pada salah seorang pengurus Lab. Struktur.
“Ada perlu apa sama bang saed ?” Tanya salah seorang dari mereka
“Ini kemarin flash dist bang saed tinggal di atas meja.” Ucapku
Tiba-tiba mereka semua pelototi aku dengan tajam.
“Jadi flash distnya bang saed ada sama kamu, kok gak bilang-bilang sih !!” Teriak mereka ketus aku jadi kaget.
“Tau gak, gara-gara kamu bang saed gagal jadi salah satu calon beasiswa S2 ke jerman !!” teriak mereka lagi, aku semakin tidak karuan dan bersalah juga tidak mengerti apa benar semua kesalahanku.
“Kenapa gak langsung ngasih ke kami atau kamu sengaja ya !!” Teriak mereka lagi makin memojokkanku.
Aku menjadi kebingungan sendiri tanpa sadar air matapun mulai mengucur di pipiku, aku terdiam tervonis untuk sesuatu yang aku tidak mengerti dan aku merasa bersalah tidak sanggup menahan semua tuduhan itu akupun keluar dari Lab. Struktur dan mereka semua menyorakiku, aku pergi keluar sambil menghapus air mataku dan bergegas pulang kerumah. Sedih rasanya di pojokkan seperti itu tapi apa boleh buat aku juga bersalah harusnya aku segera mengembalikan flash dist itu tapi aku sudah berusaha mencari bang saed atau teman-temannya tapi gak ketemu apa aku masih pantas disalahkan juga, mengingat semua itu air mata kembali tumpah ruah di pipiku aku menangis dengan kerasnya.
Aku terdiam setelah lelah menangis, mataku bengkak dan wajahku terlihat sembab secepatnya aku ke kamar mandi membasuh wajahku agar kembali tenang sebelum kakak pulang nanti dia bisa bertanya macam-macam jika melihat mataku bengkak. Aku kembali membuka diaryku, kubaca kembali dengan seksama semua impian dan cita-citaku tercatat dalam diary tersebut. Kadang aku menangis jika membaca diary tersebut kadang tertawa rasanya jadi lucu sendiri, satu hal yang selalu membebaniku sampai saat ini, sang fajar aku belum menemukan sang fajar di hatiku padahal aku sangat menantikan sang fajar di bulan ramadhan ini namun semua masih menjadi rahasia yang kuasa aku hanya bisa ikhtiar semoga mendapat yang terbaik.
Aku menutup kembali diaryku dan bergegas keluar rumah aku pergi kesuatu tempat dan duduk menyendiri di tempat itu, ponselku berbunyi begitu kulihat sebuah nomor baru aku malas mengangkatnya kubiarkan saja berbunyi sampai berhenti sendiri. Tiba-tiba sebuah sms masuk aku membukanya
“Nassyria angkat ya ini bang saed, lagi di mana sekarang ?” isi sms tersebut. Aku enggan untuk membalasnya aku takut dia akan marah-marah padaku karena aku tidak segera mengembalikan flash distnya, aku jadi kebingungan sendiri. Suara ponselku kembali berbunyi bang saed menelphon kembali aku masih enggan untuk mengangkatnya, tapi ponsel terus berbunyi sampai aku memberanikan diri untuk mengirim satu pesan sms pada bang saed.
Aku mengatakan posisiku berada padanya lalu sms balasan segera masuk dia menyuruh aku untuk tetap di tempatku sekarang karena dia akan kesini. Aku tidak membalas lagi sms dari bang saed, aku masih terus duduk melamun di tempatku. Tak begitu lama bang saed sampai, aku menatapnya dengan sedih lalu segera memalingkan wajahku darinya. Diapun tidak mengatakan apa-apa hanya duduk diam tak begitu jauh disampingku.
Aku segera mengeluarkan flash dist bang saed dari tasku.
“ Maaf bang nassyria telat balikin flashnya bang saed, gara-gara nassyria bang saed gak jadi S2 keluar negeri.” Ucapku sendu.
“Nassyria, bang saed yang harus minta maaf karena teman-teman abang marahin kamu waktu itu, kamu gak salah kok abang sendiri yang ceroboh.”
“ Harusnya flash abang segera nassy balikin.” Ucapku
“ Iya kalau kamu punya nomor ponsel abang dan bisa tanya posisi abang di mana, tapi kamu kan gak punya nomor ponsel abang jadi pasti kesulitan nyari abang benarkan ?” Tanyanya lebih bijak dari pada teman-temannya.
Aku menjadi sedih sendiri.
“ Nassy dah coba nyari teman abang tapi gak ada, akhirnya nassy pulang karena udah kecapean mutar-mutar sekitar kampus.” Jelasku sedih
“ Tapi nassy malah di marahin sama teman-teman abang.” Ucapku tanpa sadar air mata mulai menetes di pipiku.
“ Nassy maafin teman-teman abang ya, udah nassy gak usah nangis nassy gak salah yang salah itu abang.”
“ Tapi gara-gara nassy abang gak lewat seleksi tuk S2 di jerman padahal di flash itu semua berkas untuk S2 ke sana.” Ucapku makin menyesal
“ Abang memang gak lulus S2 di jerman tapi abang masih punya pilihan lain kok abang bisa ambil S2 di inggris.” Jelas bang saed.
Aku menatap kearah pria itu.
“ Maksud abang ?” Tanyaku penasaran.
“ Abang pikir kalau lewat beasiswa ke jerman awal agustus ini abang bisa segera berangkat ke sana, makin cepat makin bagus. Sementara di inggris nanti setelah lebaran makanya abang coba tes juga yang di jerman itu.” Jelas bang saed
“ Kalau memang gak lewat di jerman ya sudah gak masalah kok kan ada peluang di inggris, lagian setelah abang pikir mungkin lebih baik perginya habis lebaran jadikan abang masih bisa puasa bersama keluarga kalau di jerman pasti sendirian gak ada yang masakin tuk buka puasa, juga gak ada yang bangunin sahur nantinya kecuali nassy mau ikut abang hehehe…” Ucapnya ketawa.
Aku langsung murka kembali.
“ Apaan sih, mau usilin nassy lagi ya.” Cetusku kesal.
“ Siapa yang usil, mang kalau benaran gak boleh ya ?” Nanya bang saed
Aku terdiam tanpa kata-kata lalu aku menunduk, aku tau bahwa diriku bukanlah orang yang tepat buat bang saed tapi mendengar seseorang berkata seperti itu dan mengharapkanku rasanya sangat bahagia.
“ Di awal tahun ini nassy bercita-cita bahwa puasa kali ini nassy tidak sendiri lagi, nassy berharap bisa berbagi dengan seseorang di bulan puasa ini. Berbagi keindahan bulan ramadhan itu impian nassy tapi ternyata sang fajar yang nassy nantikan belum muncul Allah masih menunda impian nassy meski nassy merasa yakin siap untuk berbagi dengan seseorang tapi mungkin Allah tau nassy belum siap sama sekali hingga nassy harus menerima kenyataan bahwa impian nassy masih tertunda.” Jelasku panjang lebar. Aku malu dan heran kok bisa menceritakan impianku pada bang saed
“ Bang saed pasti ketawa dengar cerita nassy !” Ucapku
Bang saed hanya terdiam lalu tersenyum, akupun makin malu
“ Bagaimana kalau sang fajar yang nassy nantikan itu ada di samping nassy saat ini, apa nassy siap untuk berbagi dengannya di bulan puasa ini.”
Aku menoleh secepatnya kearah bang saed mendengar ucapannya. Aku terdiam tanpa kata-kata.
“ Kalau siap, bang saed mau berbagi keindahan bulan ramadhan ini dengan nassy.” Ucapnya
Tanpa pikir panjang akupun secepatnya bergegas pergi dari hadapan bang saed.
“Ingat nassy abang serius, bulan sembilan kamu harus segera selesai kuliah karena kita akan pergi ke inggis sama-sama.” Teriaknya
Aku tidak menghiraukannya aku secepatnya mengambil motorku dan pergi namun dalam hati aku tersenyum dan bahagia sekali mendengar ucapan bang saed, begitupun bang saed terlihat begitu gembira dengan apa yang dikatakannya padaku. Selanjutnya aku tidak tau apa yang akan terjadi hanya Allah yang tau bagaimana perkembangan hubunganku berikutnya dengan bang saed.

TAMAT

AYAH HARUSKAH AKU KEHILANGANMU

AYAH HARUSKAH AKU KEHILANGANMU


Aku hanya bisa katakan betapa polos dia betapa rapuh dirinya bocah berusia 2 tahun dan 4 tahun keduanya perempuan, dia menangis keras dan menjerit tanpa henti saat sang nenek datang berkunjung ke rumahnya. Si kakak hanya terdiam dan mangut saja saat sang nenek menjemput tapi sang adik menangis histeris sambil menjerit-jerit tidak mau ikut bersama sang nenek. Tangisnya membuatku kaget saat itu aku masih bocah berusia 8 tahun hinggaku berlari secepatnya dan melihat bocah yang sedang menangis itu katakanlah dia bernama riana gadis cilik dengan paras cantik dan menawan, riana menangis keras kedua tangannya memeluk erat kaki ranjang di kamarnya aku terdiam tanpa kata-kata dan bertanya pada kakakku kenapa riana menangis, dengan gaya bahasa yang sangat polos kakakku yang masih berusia 11 tahun mengatakan bahwa riana mau diambil neneknya dan tinggal bersama ayahnya. Aku terdiam kaget antara mengerti dan tidak akan duduk persoalan yang sedang dialami orangtua riana dan cindy kakak riana yang kutau ayahnya tak pernah lagi pulang kerumah mereka dan setahuku riana tak pernah melihat ayahnya sejak dia lahir sampai berusia 2 tahun. Aku masih ingat dengan jelas tentang ayah riana dan cindy, pernah aku dekat sekali dengan laki-laki itu kemanapun dia pergi aku selalu mengikutinya di belakang saat itu aku masih berusia 5 tahun betapa aku akrab dan dekat dengan ayah mereka, setiap dia pulang dan makan siang di rumah aku dengan rajinnya selalu duduk di sampingnya dan melihat dia makan saat dia menawarkan makan siang aku malah mengeleng dengan polosnya, lalu cindy lahir dan aku punya adik yang sangat aku sayangi dan cantik sejak cindy mulai tumbuh besar dan paman ian tinggal bersama saudara laki-lakinya aku mulai jarang bertemu dengannya cindy dan juga bunda arfah mama cindy. Aku hanya berkunjung beberapa kali kerumah baru mereka jika ada acara keluarga saja, lalu entah apa yang terjadi bunda arfah kembali kerumahku kami kembali tinggal bersama aku melihat bundaku menjadi kurus namun aku tak pernah bertanya kenapa karena saat itu yang kutahu hanya bermain saja dengan cindy yang masih kecil. Bunda kembali kerumah nenek hampir saja memori itu hilang dari ingatanku. Tak begitu lama aku melihat perut bunda kembali membuncit ternyata saat itu bunda sedang mengadung riana. Jarak rumah nenek dan rumahku yang jauh membuat aku jarang bertemu dengan bunda sampai aku masuk sd dan aku tinggal di rumah nenek saat itu aku kembali dekat dengan cindy dan bunda.
Semakin hari perut bunda semakin membuncit sampai kemudian aku punya seorang adik lagi, aku sering bertanya pada mama dari mana adik muncul lalu mamaku mengatakan semalam pesawat datang lalu menjatuhkan seorang adik untuk kami lewat atap rumah dengan polosnya aku percaya pada cerita mamaku yang penting bagiku saat itu, bukan dari mana adik datang tapi punya seorang adik membuatku sangat senang dan gemas. Tiap hari sepulang sekolah aku selalu duduk di samping bunda lalu melihat riana yang masih bayi kulitnya merah jambu pipinya merona merah aku sangat geram dan gemas sering aku memegang tangannya yang mungil dan setiap dia menangis aku selalu jadi histeris sendiri, masa kecil yang sangat berharga saat aku masih menjadi seorang bocah. Meski aku sedang dilalaikan oleh kehadiran riana yang cantik aku selalu terheran-heran dan bingung melihat paman ian tak pernah pulang ke rumah hanya saja aku tak pernah bertanya pada bunda karena aku sudah terlalu senang dengan kehadiran riana tapi masih jelas dalam ingatanku paman ian tak pernah hadir saat riana lahir sampai kemudian riana berusia 1 tahun, meski samar tapi aku ingat paman ian pulang lalu dia pernah melihat riana dalam pelukan mamanya tapi riana menangis dan dia berpaling dari tatapan ayahnya jika ingatan itu kembali dalam pikiranku aku merasa sedih mengapa bayi yang begitu mungil dan cantik yang harusnya berada dalam limpahan kasih sayang kedua orangtuanya kini harus kehilangan kasih sayang itu aku tidak mengerti tapi itulah yang dirasakan bunda. Meski aku tidak pernah melihat bunda menangis tapi aku tau bunda pasti sangat sedih dengan semua yang dilakukan suaminya meninggalkan dia sendirian saat dia sangat membutuhkan suaminya di sisinya aku sedih membayangkan bunda sendirian dan menangis, namun meski apapun yang terjadi bunda mampu bertahan sendiri dan aku melihat ketegaran itu dalam dirinya. Hingga riana 2 tahun dan cindy berusia 4 tahun, neneknya selalu datang menjemput mereka ke rumah untuk bertemu dengan ayahnya, cindy tidak menolak karena dia memang tidak mengerti arti penolakan tapi riana menangis histeri begitu asing baginya nenek dan ayahnya malah seluruh anggota keluarga ayahnya.
Aku tidak pernah tau kalau saat itu bunda arfah dan paman ian sedang dalam proses perceraian, aku juga tidak tau duduk persoalan yang sebenarnya terjadi yang kutahu paman ian telah menyakit bunda arfah cindy dan riana paman ian telah menelantarkan mereka sejak mereka masih bayi dan sampai sekarang. Hingga aku dewasa dan saat itulah aku mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada bunda arfah dan paman ian. Bunda arfah bercerai dengan suaminya saat anak-anak mereka masih sangat kecil aku tidak begitu ingat lagi usia cindy dan riana waktu itu yang kutahu mereka belum duduk di bangku SD mereka masih sangat kecil dan mereka kehilangan ayahnya saat itu. Aku sedih membayangkan nasib mereka, bunda wanita yang baik dan sangat sabar dia selalu bisa menerima semua perlakuan suami dan keluarga suaminya dengan tabah itu yang aku lihat dari bundaku aku kagum dengan ketegarannya. Setelah mereka bercerai bunda kembali tinggal bersama nenek dan kakek yang saat ini sudah meninggal, nenek dan kakeklah yang menanggung kehidupan cindy dan riana sementara ayahnya sama sekali lepas tanggungjawab, paman ian tidak pernah memenuhi tanggungjawabnya pada putri-putrinya sampai cindy dan riana bersekolah hampir seluruh biaya sekolah mereka menjadi tanggungjawab kakek dan paman dari saudara laki-laki tertua mamaku, aku bersyukur meski ayah mereka menelantarkan mereka tapi keluarga kami masih peduli pada cindy dan riana. Sampai akhirnya mereka dewasa dan menjadi remaja yang cantik-cantik, ayah mereka menikah lagi dan punya anak dari istri keduanya tapi laki-laki semua. Ternyata semakin mereka dewasa mereka semakin bijaksana karena saat ini cindy dan riana masih mau mendatangi ayahnya jika sang ayah memintanya dan mereka mau tinggal bersama ibu tirinya jika mamanya berpergian, namun satu yang aku tidak habis pikir sampai detik ini paman ian tidak pernah menunjukan tanggungjawabnya pada kedua putrinya, apalagi mengenai pendidikan yang sering membantu pendidikan cindy dan riana justru adik dari ayah mereka sendiri sungguh aku melihat bahwa figure seorang ayah sama sekali tidak ada pada diri paman ian dia gagal mencintai dan menyayangi kedua putrinya hingga mereka terlantar, aku tau bagi cindy dan riana sangat sedih menerima perlakuan ayahnya namun mereka tetap bersabar dan tabah meski kadang aku sering melihat kesedihan dan mata yang berkaca-kaca saat cindy bercerita tentang ayahnya “haruskah cindy kehilangan ayah cindy kak” seolah-olah kata itulah yang keluar dari mulutnya sementara riana aku sering melihat kecuekan darinya buat riana dia seperti tidak pernah memiliki seorang ayah “Karna ayah memang tidak pernah menyayangi kami” kata-kata seperti itu lebih tepat menggambarkan perasaan riana pada ayahnya.
Sungguh berat kehilangan salah seorang orangtua bagi anak-anak, mereka ibarat sebuah bangunan yang tidak pernah direncanakan beban gempa sehingga sedikit tergoncang mereka menjadi tidak stabil, tapi bagi cindy dan riana juga bunda arfah apa yang dialami mereka tidak menjadi boomerang bagi mereka untuk membenci jalan takdirnya mereka tetap yakin mungkin mereka memang kehilangan kasih sayang dari ayahnya bagi cindy dan riana dan bunda arfah merasa di sia-siakan oleh orang yang dicintainya tapi tapi Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambanya dan Allah selalu menyayangi hamba-hambanya itulah yang menjadi pondasi dan kekuatan cindy, riana dan bunda arfah dalam bertahan menghadapi kemelut hidupnya Alhamdulillah mereka tetap merasa bahagia karena masih banyak orang lain yang menyayangi mereka. Sementara paman ian sendiri sampai saat ini tidak pernah berhasil dalam merintis usahanya apapun usaha yang di kerjakannya pada akhirnya selalu membawa kegagalan, aku jadi ingat bukankah Allah itu sudah mengatur rezeki untuk setiap anak hingga orangtuanya tidak perlu khawatir keberadaan anak-anaknya akan membuat mereka miskin, lalu apa yang akan mereka rasakan jika mereka menyia-nyiakan anak-anak itu tentu saja Allah juga akan menyia-nyiakan orangtua seperti itu. Semoga saja kita semua terlindung dari keburukan itu. Itu merupakan salah satu kisah yang ada dalam kehidupanku, kisah yang mengajarkanku untuk bisa menjadi wanita yang kuat dan tegar. Semoga bermanfaat buat yang membacanya.

Tak Ada yang Perlu di Khawatirkan Hidup itu Indah

Tak Ada yang Perlu di Khawatirkan Hidup itu Indah


Aku tersenyum saat melihat para sahabat di sampingku, wajah yang tampan dan cantik kini berkerut terlihat kacau dan kebingungan, begitu berat beban yang mereka pikul, berulang kali mereka menghela nafas lesu akupun tersenyum menatap mereka sambil bertanya “ Ada masalah apa kenapa terlihat lesu.” Mereka membalas tatapanku harap-harap cemas, seolah berharap ada keajaiban yang mampu meruntuhkan segala beban pikiran yang memberatkan pundaknya. Aku hanya menunggu waktu untuk mereka menceritakan masalahnya padaku karena aku yakin pada saat mereka bercerita mereka sudah merasa yakin untuk mempercayaiku dan mereka juga membutuhkan saran dan masukan dari seorang sahabat untuk meringankan beban mereka mencari cara terbaik dan bijaksana untuk menyelesaikan masalah yang membebani mereka. Ternyata tak begitu lama merekapun mulai memberiku kesempatan untuk bisa membantu mereka hingga akupun mendengar bermacam keluhan yang keluar dari benak mereka, menyedihkan, kasihan dan sangat disayangkan mungkin kata-kata itu ingin meluncur keluar dari mulutku tapi aku rasa kata-kata itu bukanlah sesuatu yang pantas aku keluarkan dari mulutku, mengapa ? karena tidak ada hal menyedihkan di dunia ini jika kita mampu menghadapi semua masalah dengan lapang dada. Kuingin katakan pada mereka apa itu yang dinamakan kekuatan hati, mental dalam jiwa kita dan kebijaksanaan dalam mengambil tindakan semua itu akan mempermudah seseorang untuk mencapai tahap hidup yang paling tinggi derajatnya yaitu kesabaran, rasa syukur dan iklas itulah tombak paling ampuh untuk membunuh penyakit hati dalam versi hidup manusia. Lalu aku bercerita panjang lebar pada mereka memberi mereka bermacam-macam contoh masalah dan kepahitan hidup agar semangat dan keyakinan kembali tumbuh dalam hati mereka, awalnya mereka mendengar dengan seksama lalu terlihat senyum di bibir mereka sambil mengatakan “Benar juga ya masalah yang aku hadapi belum seberapa di bandingkan masalah mereka.” Aku tersenyum dan lega ternyata semua yang kukatakan bisa meresap kedalam hati mereka, hingga mereka kembali merasa optimis dan yakin bahwa tidak ada masalah yang bisa menggoyahkan pertahanan mereka dalam menghadapi problema hidup.
Tapi ternyata semua tak berjalan sesuai dengan yang aku harapkan dan yang mereka harapkan, semua curhatan yang tadi terlihat berguna ternyata malah menjadi sama sekali tidak berguna lagi setelah beberapa hari kedepan. Semua yang pernah aku katakan seolah-olah hilang seketika dalam benak sahabat hingga mereka datang lagi dan mengadukan kembali hal yang sama, aku jadi bingung apa yang harus kukatakan ? ingin marah rasanya mustahil dan tidak tega, terlalu tegas pada mereka malah mungkin akan menyakiti mereka, menolak menjadi teman curhatan mereka lebih parah lagi. Satu-satunya cara yaitu membiarkan mereka kembali menceritakan masalahnya dari awal lalu aku bisa melihat adanya perubahan dalam cerita tersebut perubahan yang menunjukan kelemahan diri kita sendiri yaitu tidak siap menerima kenyataan dalam hidup apalagi kenyataan pahit itulah yang terjadi. Saya sadar kita semua mengalami hal itu termasuk saya sendiri tapi haruskah semua itu jadi beban seumur hidup rasanya sangat merugikan diri kita menurut saya. Bukankah kehidupan kita terus berjalan selama nyawa masih di kandung badan, lalu haruskah setiap detik perjalanan itu dilalui dengan kesedihan rasanya sangat kasihan saya hanya perlu mengatakan pada sahabat tak ada yang perlu dikhawatirkan hidup itu indah karena itu petiklah keindahan itu oleh tangan kita sendiri karena orang lain tidak mungkin bisa memberikan keindahan seperti yang kita inginkan selain diri kita sendiri. Tak perlu menyesali masa lalu karena semua sudah berlalu, yang harus dilakukan menjadikan masa depan itu indah, tak ada yang perlu di benci karena kita semua sama-sama makhluk tuhan punya kelebihan dan kekurangan jadi nikmati apa saja yang menjadi milik kita yang diberikan oleh Allah SWT dengan begitu hiduppun akan terasa indah karena kita telah menjadi diri kita sendiri secara utuh sehingga siapa menghadapi semua kemelut dalam kehidupan hiduppun menjadi indah.

Kamis, Juli 03, 2008

MYDIARY

MY DIARY

Pagi hari yang cerah tanggal 23 juni 2008 aku pergi jalan-jalan dengan kakak sepupuku dan dua orang adik kelasnya dikampus. Maklum kakak sepupuku sudah bekerja di salah satu instalasi pemerintah, berhubung ada penataran di kota kebanggaan mahasiswa aceh di banda aceh seharian itu kami pergi berjalan-jalan bersama mereka. Kami singgah di mesjid raya untuk melakukan sholat zhuhur tapi berhubung dua orang diantara mereka memakai celana jins akhirnya kami terpaksa harus pergi karena tidak diijinkan masuk. Kakak sepupuku sempat protes karena tujuan kami ke mesjid untuk menunaikan ibadah tapi tatacara pengusiran yang dilakukan seorang satpam sangat mengecewakan kami, kenapa saya katakan seperti itu karena si satpam sama sekali tidak memiliki etika untuk menjelaskan kenapa kami harus diusir, dia mengusir kami seperti mengusir seekor kucing yang sedang berusaha mencuri ikan tentunya hal itu sangat mengecewakan.
Akhir kata kami kembali, aku yang memakai rok juga harus undur diri untuk mencari mesjid lain untuk menunaikan ibadah sholat zhuhur. Akhirnya kami singgah ke mesjid lamprit yang baru saja selesai dibangun dan ini pertama kalinya kami memasuki mesjid tersebut, di mesjid ini tidak ada pengusiran yang dilakukan seperti di mesjid Raya Baiturrahman kamipun melaksanakan sholat zhuhur berjamaah suasana di dalam mesjid cukup sejuk dan tenang. Adik kelas kakakku masih teringat dengan peristiwa pengusiran yang kami alami barusan sampai dia berulang kali mengatakan baru kali saya di usir dari mesjid katanya. Apa lagi dia seorang mahasiswi yang berasal dari luar aceh, adik kelas kakakku berasal dari jawa timur, dia berada di aceh ikut bersama kakaknya yang dipindah kerja ke banda aceh. Baginya itu merupakan pengalaman pertamanya yang membuat dia merasa sedikit terheran-heran dengan pengusiran tersebut.
Usai sholat zhuhur kami berpisah dengan adik kelas kakak sepupuku karena dia harus kembali kekampus untuk bertemu dosennya, kamipun menunggu di dalam mesjid suasana di dalam mesjid yang ramah dan tenang membuat kami sangat nyaman. Usai semua masalah di kampus adik letting kakakku selesai kami pergi berjalan-jalan ke ulee lheu, salah satu pantai yang cukup terkenal di aceh kami berkeliling pantai ulee lheu kemudian melihat dermaga tempat merapatnya kapal barang kami singgah dan duduk di tempat tersebut sambil menikmati tenangnya air laut tersebut yang sama sekali tidak berombak di kawasan kolam tempat merapatnya kapal. Banyak perubahan yang aku lihat jika di bandingkan dengan beberapa minggu terakhir saat aku berkunjung ke pantai tersebut meski pembangunan pelabuhan tersebut belum selesai sepenuhnya. Kami duduk berempat sambil terus memandang laut menunggu waktu sampai tiba untuk berbuka puasa karena hari itu kami kebetulan semua sedang berpuasa sunah senin.
Aku melihat langit mulai sedikit mendung meski sinar mentari masih terlihat cerah namun cuacanya tidak begitu panas dibandingkan beberapa jam yang lalu, gerimis mulai berjatuhan kami berempat bersiap-siap pergi untuk mencari tempat yang tepat untuk berbuka puasa. Namun kedua adik letting kakakku sempat singgah sebentar di garis pantai ulee lheu dan merasakan senjuknya air laut yang beriak agak tenang karena berada di dalam kawasan pemecah ombak. Mereka kelihatan begitu asiknya bermain air dan membiarkan riak-riak kecil menerjang kaki mereka lalu mereka berlari kecil menghindari riakan ombat tersebut agar tidak membasahi pakaiannya, tak begitu lama kami pergi mencari tempat berbuka puasa.
Kami singgah di sebuah café terdekat karena waktu berbuka puasa tinggal beberapa menit lagi tidak terkejar jika kami pergi ke tempat tujuan pertama. Kami singgah di café tersebut segera memesan makanan tentunya di dahulukan dulu sebotol aqua untuk berbuka puasa, lalu kami berempat segera melakasakan sholat magrib. Setelah semua kewajiban selesai kami duduk menunggu pelayan membawakan pesanan kami. Beberapa kali mereka lewat membawakan makanan ternyata pesanan itu bukan untuk kami, sementara kami sudah cukup kelaparan karena terus berkeliling sejak tadi pagi.
Saat duduk itulah kami melihat sekeliling café tersebut semua terlihat berpasang-pasangan kelihatan begitu mesra dengan pasangannya masing-masing. Kami berempat yang semuanya perempuan berusaha untuk mengabaikan mereka namun sesekali pandangan kami tetap teralih pada mereka, kakak sepupuku mulai jenuh melihat pasangan-pasanagan tersebut dia mulai bicara dengan sindiran-sindiran pedas kami berusaha meredamnya. Sebenarnya kami sendiri juga merasa jenuh dan jengkel melihat pasangan-pasangan itu namun apa boleh buat mereka sendiri tidak perduli pada diri sendiri, rasa malu sama sekali sudah memudar dari jiwa mereka. Mereka bisa berbuat seperti itu di depan umum padahal jelas mereka tau bahwa aceh telah memberlakukan syariat islam namun kenapa hal-hal seperti itu bisa terjadi. Kita jadi bertanya di mana saat ini syariat islam, kenapa syariat islam tidak mampu menjangkau tempat-tempat tersebut. Kakak sepupuku dan adik lettingnya jadi berkata tadi kita ke mesjid di usir kenapa sekarang malah di jam magrib pasangan-pasangan itu bisa bersikap seperti itu seenaknya, mana lagi kami melihat mereka sama sekali tidak melakukan sholat magrib. Kami bisa maklum mungkin si cewek sedang datang bulan lalu bagaimana dengan cowoknya apa dia juga sedang datang bulan kalau memang iya berarti ini peristiwa langka dong.
Sampai akhirnya kami pulang aku melihat pasangan tersebut masih juga berduaan, tanpa malu mereka memperlihatkan kemesraannya di depan umum rasanya sangat tabu untuk daerah aceh namun apa boleh buat hal seperti itulah yang saat ini sedang merajalela di aceh, mereka mempermalukan dirinya sendiri dengan sadar dan bangga dengan budaya barat begitulah meraka.
Akhir kata itulah pengalaman perjalananku hari ini, aku yakin yang aku lihat itu hanya sebagian kecil dari beberapa keganjalan yang ada di aceh, masih banyak keganjalan-keganjalan lainnya yang luput dari pandanganku dan begitu terisolir oleh jangkauanku, aku hanya berdoa semoga setiap perbuatan seperti itu Allah memberi petunjuk dan mengetuk pintu hati mereka untuk kembali bercermin diri dan melihat siapakah diri kita sebenarnya, sebelum semuanya terlambat.
Ctt: 6/23/2008 (18.40 Wib)

cerpenqu

HARUSKAH CINTA MEMILIH



Jam kuliah usai Fitri bergegas memasukkan semua peralatan menulisnya ketas ransel dan buru-buru turun kebawah tanpa menghiraukan teman-temannya yang lain. Begitu sampai kebawah segera berdiri di tiang gedung bangunan kampusnya, padangan menuju kearah mushola yang berada pas di depan gedung teknik itu. Ada senyum yang tersungging dibibir gadis itu kala menatap sosok yang sangat dikaguminya, abang lettingnya di fakultas teknik sipil seorang ihwan yang sangat taat pria yang sangat dikaguminya sejak pertama dia memasuki kampus tersebut.
Namun sampai sekarang Fitri hanya mampu menatap pria itu dari jarak jauh, sebesar apapun kekagumannya pada sang laki-laki, dia harus puas hanya mengagumi pria itu apa lagi dengan sosoknya yang biasa-biasa saja bukan seorang akhwat seperti rahmi sepupunya gadis yang juga mengagumi pria yang sama dengannya.
Ada beban yang dirasakan Fitri saat menatap pria itu, kerinduan akan sosoknya yang begitu teduh dan berwibawa dengan akhlaknya yang sangat terpuji sungguh laki-laki yang begitu jauh dari jangkauannya, Fitri hanya puas menatap laki-laki itu dari kejauhan meski semua menyisakan kesedihan tapi dia rela hanya mengagumi pria itu dan hanya mimpinya saja jika bisa meraih pria itu.
Kebiasaannya menatap pria itu sudah berlangsung hampir satu tahun setengah, perasaan itu menjadi rahasia tidak ada seorangpun yang tau dan Fitri pastinya tidak akan membiarkan seorangpun tau, dia tau dirinya tidak akan pantas berdampingan dengan laki-laki bernama fajar itu. Dia anak mushola taat beribadah ramah dan tidak sombong, tapi Fitri terlalu pemalu untuk mendekati laki-laki itu. Apa lagi pakaiannya meski dia tidak mengenakan baju pas atau ketat yang membungkus aurat tapi dia masih mengenakan jins meski longgar caranya berpakaian membuat Fitri tidak percaya diri mendekati laki-laki itu, Fitri yakin fajar pasti sangat menyukai seorang akhwat yang taat, jika memikirkan itu Fitri menjadi stress sendiri dan sering menangis karenanya haruskah cinta memilih pikirnya.
Fitri tinggal bersama pamannya di banda aceh sepupunya rahmi juga tinggal bersama mereka, mereka tinggal di daerah kaju memang agak jauh dari kampus. Tapi paman dan bundanya sangat menyayangi mereka. Pasangan itu sudah hampir 3 tahun menikah tapi belum dikarunia anak.
Fajar sosok laki-laki yang mereka kagumi tidak lain adalah tetangga mereka jadi tidak heran jika waktu magrib kedua gadis itu rela harus berjalan sejauh 200 meter untuk bisa melaksanakan sholat magrib di mesjid karena di mesjid itu fajar sering mengalunkan azan dan kadang-kadang mengaji suaranya terdengar sangat indah dan merdu.
“Fit bagaimana ya, rahmi suka sekali sama bang fajar tapi gimana caranya biar bisa jadian ?” Tanya gadis itu manja.
“Nyatain saja perasaan rahmi langsung”. Saran fitri
“Gila, rahmi kan perempuan malu tau”. Keluh gadis itu
“Ya sudah tunggu bang fajar nyatakan saja kalau gak”.
“Fit kan satu kampus sama dia bantuin dong”.
“Fitri gak dekat sama dia rahmi kenal saja gak, kalian kan sama-sama anak mushola pasti lebih kenal”.
“Iya sih tapi”.
“Fitri lihat kalian sering bareng, dia juga kenal rahmi”.
“Masalahnya bang fajar itu pendiam banget, ngomong kalau ada perlunya saja”.
Fitri menatap kearah sepupunya yang lagi mengeluh, dia merasa kesal dan iri pada rahmi kenapa tidak rahmi cantik dan seorang akhwat yang taat, pakaiannya beres berjilbab besar dan tidak memakai jins, pintar lagi mahasiswa kedokteran. Jika di bandingkan dengannya seperti langit dan bumi.
“Rahmi jangan mengeluh berdoa saja sama Allah, semoga semua keinginan rahmi terkabul”. Saran Fitri
“Iya Fit, tapi yang namanya hati kadang-kadang juga bisa lengah”.
“Itulah manusia, insan lemah apa lagi mengenai masalah hati”. Ucap Fitri menatap sepupunya.
“Ya sudahlah, rahmi mau tidur besok ada kuliah jam 8 pagi, met malam Fitri”. Ucap rahmi membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
“Malam juga”.
Fitri kembali melihat tugas kuliahnya, banyak yang harus diberesi menjadi anak teknik memang harus banyak menghitung-hitung.
Ditengah keseriusannya mengerjakan tugas, Fitri menatap sepupunya rahmi lalu dia melamun jauh membayangkan fajar. Rasa sukanya pada laki-laki itu sama seperti rahmi tapi Fitri tidak mau kalau sampai rahmi tau.
“Ya Allah, salahkah jika aku juga mengaguminya, seharusnya aku tau bahwa aku tidak pantas mengangumi sosok sepertinya”. Keluh Fitri dalam hatinya.
“Tapi aku juga mengharapkan sesosok insan yang bisa mendamaikan hatiku, salahkan itu Ya Allah”. Ucap Fitri.
Fitri merasa terbebani dengan semua yang dialaminya. Dia mengagumi seseorang secara diam-diam, ingin melupakan sosok itu tapi hatinya menolak karena apapun yang dimiliki laki-laki itu merupakan sosok yang sangat dia harapkan. Tapi jika terus memelihara perasaan itu cepat atau lambat Fitri akan melukai dirinya sendiri, apa lagi karena dia begitu yakin bahwa fajar tidak mungkin akan melihatnya.
Diruang pustaka Fitri duduk sendiri sambil membaca beberapa buku mekanika teknik, begitu menoleh kedepan Fitri langsung merasa kaget jantungnya berdegup kencang. Laki-laki yang dikaguminya berada tidak jauh dari hadapannya.
Melihat Fitri menatapnya fajarpun melempar sebuah senyum, dengan malu Fitri membalas senyum laki-laki itu lalu secepatnya kembali membuka bukunya, jantungnya berdebar-debar kencang. Fitri merasa senang sekali.
Tak begitu lama rahmi menelphonnya mau mengajak pergi ke kota bareng.
Fitri segera beranjak dari pustaka padahal kalau lebih lama lagi di pustaka dia bisa melihat laki-laki itu lebih lama. Rahmi mendapatkan jatah persiapan untuk keperluan diskusi mahasiswa kedokteran mereka sering membuat acara diskusi bersama-sama, masalah yang dibahas tidak hanya mencakup masalah perkuliahan tapi kadang-kadang kondisi remaja-remaja putri yang ada diaceh dan lain sebagainya. Tak jarang mereka mengundang para pemateri yang ahli dibidang yang menjadi topik bahasan misalnya mengenai psikologi remaja jaman sekarang mereka akan mengundang seorang psikolog sebagai pematerinya, hal itu biasanya dilakukan 4 minggu sekali.
“Tadi Fitri lihat bang fajar di pustaka loh”. lapor fitri pada rahmi
Rahmi langsung mengerem motornya mendadak, Fitri kaget.
“Rahmi, kamu mau bunuh kita ya ngerem kok mendadak sih”. Protes gadis itu secepatnya turun dari motor.
“Habis Fitri mendadak sih ngomongin bang fajar, rahmikan kaget”. keluh gadis itu.
“Sudah deh, rahmi turun biar Fitri saja yang bawa motornya. Kalau kamu yang bawa bisa-bisa kita gak pulang dengan selamat nanti”. Ketus Fitri
Rahmi merengut turun dari motornya.
“Memang bang fajar ngapain di pustaka ?” Tanya gadis itu
“Ya belajar donk, baca buku, pinjam buku masa di pustakan pacaran”. Cetus Fitri
“Fitri kok gitu sih jawabnya”. Keluh gadis itu
Sudah kita berangkat sekarang nanti ketelatan pulang. Merekapun segera menuju kekota, Belanja semua keperluan rahmi dan bergegas pulang.
Rahmi termasuk mahasiswi yang aktif dikegiatan kemahasiswaan dia salah satu aktifis PKS, beda dengan Fitri yang kurang tertarik dengan dunia politik dan lembaga kemahasiswaan. Statusnya murni sebagai mahasiswa, kalau pamannya lagi ada job membuat gambar CAD atau menghitung rab Fitri sering ikut membantu sang paman dari pekerjaan itulah dia mendapatkan uang saku tambahan. Paman mereka juga seorang sipil arsitek sama seperti Fitri.
“Fitri lusa ada pengajian di mushola, mau ikut gak ?” Tanya rahmi.
“Ngapain aja nanti ?” Tanya Fitri.
“Paling ngaji sebentar trus ada ceramah dan kita diskusi mengenai kampus, banyak yang hadir kok semua fakultas, mau ikut gak ?” Ajak rahmi.
“Nanti Fitri harus pakai rok ?” Tanya gadis itu
Rahmi tertawa terpingkal-pingkal
“Kamu itu aneh Fit, kayaknya kamu gak Pede sama pakaian kamu kenapa sih ?”
“Padahal menurut rahmi pakaian Fitri sopan”.
“Tapi Fitrikan gak pakai rok ?” Ucap Fitri minder mendekati anak mushola dengan pakaiannya.
“Anak mushola juga ada kok yang pakai celana, udah deh jangan berpikir terlalu berlebihan pakaian Fitri sudah beres kok”. Ucap rahmi membenarkan cara pakaian sepupunya.
“Jadikan ikut hari sabtu nanti”.
Fitri mengangguk, kenapa tidak nanti dia bisa bertemu dengan idolanya di sana.
Hari minggupun tiba Fitri dan rahmi pergi ke mushola, banyak akhwat dan ihwan yang datang, semua akhwat memakai rok pakaiannya begitu muslimah. Fitri menatap dirinya pakaian dan jilbab yang dikenakannya tidak beda dengan para akhwat itu tapi dia masih memakai jins, ada rasa canggung dalam dirinya apa lagi melihat beberapa ihwan menatap kearahnya Fitri merasa risih.
Rahmi langsung memberi salam sesama akhwat begitupun dengan Fitri ikut bergabung dengan mereka. Acara dimulai pembukaan di buka dengan pembacaan ayat al-qur’an yang akan di bacakan oleh fajar. Setiap mendengar pria itu mengaji ada rasa damai dan sejuk yang dirasakan oleh para pendengarnya memang suaranya sangat merdu.
“Ya Allah beruntungnya perempuan yang bisa mendapatkan bang fajar”. Dalam hati Fitri
Perempuan-perempuan yang tertarik pada fajar bukan hanya mereka berdua, masih banyak gadis-gadis yang lain juga memiliki perasaan yang sama terhadap laki-laki itu, tapi sikapnya yang sangat pemalu membuat dia begitu jauh dari kaum hawa. Hatinya murni untuk ibadah mengagungkan rabbnya sepenuh hati itulah cinta sejati fajar, namun tidak berarti dia memusuhi kaum hawa. Fajar percaya akan takdir Allah dan dia selalu menjalananin kehidupannya dengan sabar.
Usai membacakan ayat al-qur’an tersebut seorang ustaz mulai memberikan pemahaman dan arti dari ayat yang dibacakan oleh fajar, mereka mendengar dengan seksama. Kemudian adanya Tanya jawab antara setiap anggota yang hadir. Fitri melihat begitu kompaknya mereka, berada di tengah-tengah mereka membuat hatinya terasa sejuk, dia sangat menyukai situasi itu.
Rahmi menanyakan beberapa pertanyaan pada ustaz tersebut. Sesekali Fitri mencuri pandang menatap fajar ternyata hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa akhwat yang hadir di pada acara tersebut, wajar saja dia memang pantas dikagumi oleh mereka.
Setelah sholat ashar berjamaah mereka semua bubar, sebelum bubar rahmi masih bersilaturrahim dengan teman-temannya. Fajar melintas dihadapan mereka
“Apa kabar rahmi ?” Tanya laki-laki itu
“Alhamdulillah baik-baik saja, bang fajar bagaimana ?” Balasnya bertanya
Mereka bicara sejenak, ada kecemburuan dari akhwat yang lain terhadap suasana akrab itu. Fitri sendiri merasa cemburu tapi apa boleh buat, dia harus bisa menahan semua perasaan cemburunya.
Akhirnya mereka segera pulang sepanjang perjalanan rahmi terus memuji fajar, Fitri hanya terdiam.
“Kok kamu diam saja Fit, kamu suka tidak dengan acara tadi ?” Tanya rahmi
“Suka”. Jawab Fitri datar
“Kenapa sih jawabannya cuma begitu ?”
“Lah terus aku harus jawab gimana donk, apa aku harus histeris begitu”.
“Apa sih”. Keluh rahmi memukul punggung sepupunya
“Hahaha, sakit tau !” cetus Fitri sambil tertawa.
“Fitri suka acaranya, menyenangkan ya. Idola kamu hebat suaranya merdu sekali sama dengan yang selalu kita dengar di mesjid”. Puji fitri.
“Pasti donk, senangnya jika bisa menjadi pendamping bang fajar”. Ucapa rahmi
“InsyaAllah bisa, jangan lupa mohon ridho dari Allah semoga di satukan”. Nasehat Fitri, meski hatinya cemburu mendengar apa yang keluar dari mulut sepupunya tapi Fitri tetap menjaga perasaan rahmi.
Bagaimanapun juga rahmi yang pertama mengatakan padanya kalau rahmi tertarik pada fajar, sehingga Fitri harus mundur. Lagipula jika Fitri berpikir mungkin dia bukan pasangan yang pas untuk fajar, meski dia tetap mengagumi laki-laki itu. Fitri selalu berdoa semoga Allah memberinya jalan keluar, untuk mengatasi perasaannya itu.
Perjalanan hari demi hari berlalu Fitri melihat kalender di dinding kamarnya. Tanggal 25 hari sabtu mereka libur tanggal merah, jum’at Fitri juga tidak ada kuliah jadi bisa pulang ke aceh utara pikirnya hari minggu segera balik lagi ke banda. Fitri menggaris merahi tanggal 24 dan menulis catatan kecil pulang kampung.
Di tengah lamunannya itu Fitri mengambil secarik kerta lalu menulis beberapa kalimat dikertas itu, dia ingin sekali menyatakan perasaannya pada fajar meski bertepuk sebelah tangan. Dia tidak mengharapkan pria itu harus membalas perasaannya dia hanya ingin fajar mengetahui bahwa ada seorang gadis yang sangat mengaguminya itulah yang ingin disampaikan Fitri kekagumannya pada laki-laki itu.
Usai menulis surat itu Fitri memasukkannya ketas, keraguan masih ada dihatinya apakah harus memberikan surat itu atau tidak, meski mereka bertetangga tapi Fitri jarang melihat fajar di rumah dia selalu aktif dengan kegiatan kampusnya, lagipula sangat tidak mungkin Fitri memberikan surat itu langsung pada orangnya atau titip pada orang rumahnya bisa ketahuan siapa pemilik surat itu.
Alternative terakhir cuma melalui pos, dengan segenap keberanian Fitri mengeposkan surat itu untuk fajar. Setelah melakukan hal itu dia mulai uring-uringan dan deg-degan semoga saja fajar tidak berpikir yang aneh-aneh tentang dirinya.
Kegiatan di campus semakin padat, midtest mulai diberikan dosen Fitri harus rajin-rajin belajar untuk bisa dapat nilai bagus. Yang paling membuatnya kesal hari jum’at ada kuliah tambahan jadi Fitri terpaksa harus membatalkan acara pulang kampung.
“Sebel”. Keluhnya
“Sudahlah ngapain pulang kampung, nanti tolong ajarin kami Mekanika rekayasa V ya please”. Minta teman-temannya.
“Iya”. Jawab Fitri lesu.
“Sudah jangan lesu begitu, sebentar lagi juga liburan akhir semester”. Ucap teman-teman Fitri.
Dengan lesu Fitri pulang ke rumah dan mencoret kembali garis merah di kalendernya.
“Gak jadi pulang kampung ya ?” Tanya rahmi menggoda sepupunya
“Gimana mau pulang libur cuma satu hari, senin juga ada mindtest”. Keluh Fitri kecewa
“Kecian dech loe hahaha”. Ucap rahmi
“Iiihhh, orang lagi sedih bukannya nyemangati malah diledekin gimana sih sepupu ini”. Keluh Fitri.
“Iya dech sorry sepupu”. Ucap rahmi.
“Rahmi, Fitri makan dulu”. Terdengar panggilan dari bunda mereka istri sang paman
“Iya bunda”. Sahut rahmi
“Makan yuk, laper ni”. Ucap rahmi menarik lengan Fitri
Mereka berdua bergegas keluar langsung menuju ke ruang makan.
“Fitri jadi pulang ke lhokseumawe ?” Tanya sang bunda
“Gak jadi bunda, liburannya cuma 1 hari”.
“Ya sudah bentar lagi juga liburkan, nanti sekalian aja puas-puasin pas lagi liburan akhir semester”. Ucap sang bunda
“Iya bunda”.
“Paman minggu depan ada kerjaan lagi untuk kamu, apa sempat dikerjakan ?” Tanya sang paman
“Banyak gak paman ?”
“Cuma rab saja, kalau mengganggung belajar Fitri gak usah saja biar paman suruh sama orang lain”.
“Gak apa-apa paman bisa kok Fitri kerjakan gak akan mengganggu kuliah”. Jawab gadis itu
“Ya sudah minggu depan paman bawa pulang gambarnya”.
Fajar sudah menerima surat dari Fitri, malam itu dia membuka surat itu untuk dibacanya.

Banda Aceh, 21 Desember 2004
Assalammualaikum Wr.Wb.
Kepada yang terhormat bang fajar

Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik dan melindungimu dalam setiap langkah perjalanan hidup ini, dengan segenap keberanian yang aku miliki aku menulis surat ini sebagai catatan kecilku untuk menyampaikan rasa kagumku kepadamu, sebelumnya aku minta maaf jika semua perasaanku yang tercurahkan dalam tulisan ini membuat bang fajar terbebani tapi sungguh aku tidak punya maksud apa-apa terhadap bang fajar apa lagi untuk menambah beban pikiran bang fajar.
Setiap hari aku menatap langit cerahnya langit masih sama, malam haripun masih tetap sama meki kadang langit begitu gelap gulita tanpa hadir sang bintang dan rembulan, begitupun dengan perasaanku. Ada rasa kagum yang tumbuh dihati tanpa terasa rasa itu kini semakin kuat, aku melihat sesosok insan sejati pada diri bang fajar, kekokohanmu dalam mempertahankan kekuatan sejati dalam dirimu tanpa pernah merasa lengah dan kalah oleh deburan kefanaan dunia.
Duri kehidupan tidak pernah mampu menghambat langkahmu kamu memiliki sinaran sejati dalam dirimu, karena itulah aku kagumi sosokmu. Tak perlu mendekati dari kejauhanpun kamu telah menorehkan tinta-tinta emas dalam setiap langkah yang aku lalui membuat aku mengerti begitu besarnya kekuatan di balik jiwamu yang kokoh itu. Meski aku melihatmu dari kejauhan tapi semua tak menghalangi rasa dihati ini tumbuh berkembang dan mekar dengan sendirinya, aku tak pernah merasakan duka meskipun ada duka namun bukan duka kepahitan karena sosokmu tak harus kumiliki cukup hanya mengangumimu membuatku merasakan sebuah sejatinya hati.
Bang fajar, aku selalu berharap disuatu hari nanti aku bisa menatapmu dari jarak dekat, aku bisa mengatakan padamu bahwa aku merasa bahagia bisa melihatmu meski kamu tak mengenalku tapi aku mengenalmu itu semua sudah cukup untukku. Berulang kali aku mencoba menepis semua angan dihatiku tapi kutak mampu, karena sesungguhnya ini bukanlah sebuah angan tapi nyata yang memenuhi hatiku.
Bang fajar aku berharap semua rasa ini suatu hari akan menemukan tempat berteduh, untuk memekarkan bunga hatiku semua tak terlepas dari keridhaan Allah yang maha pengasih dan penyayang, aku berharap akan ada sosok sejati yangkan mengisi hatiku disuatu hari nanti, namun saat ini hatiku telah terisikan oleh namamu maafkan aku jika semua ini terjadi tanpa ijin darimu, ternyata aku hanya insan biasa yang tak mampu menahan rasa dihati, tolong maafkan aku bang fajar jangan membenciku karena rasa ini.
Kini semua suara hatiku telah aku curahkan dalam surat ini, meski kamu tidak pernah mengenal siapa diriku tapi aku bahagia sekali bisa mengenal dan melihatmu. Kuharap coretan disurat ini terbaca olehmu terima kasih bang fajar telah hadir dalam kehidupanku.

Wassalam, dari pengagummu

Usai membaca surat itu fajar jadi bertanya-tanya siapa gadis yang menuliskan surat ini, dia mulai mengingat satu persatu teman-teman wanita yang agak dekat dengannya. Tapi rasanya mustahil salah satu dari mereka.
Fitri mulai terlihat uring-uringan, berulang kali menghela nafas lesu. Hingga kuliah tambahan dihari jum’at itu terasa begitu lama. Harusnya sekarang dia dalam perjalanan pulang ke lhokseumawe.
Tak begitu lama perkuliahanpun usai, teman-temannya pada sibuk semua mempersiapkan acara untuk nanti malam. Mereka rencana mau membuat acara tapi Fitri menolak untuk ikut, dia lebih senang dirumah istirahat dan mendengar laki-laki yang dikaguminya mengalunkan ayat suci di mesjid terdengar sampai ke rumahnya.
Usai kuliah Fitri kepustakan sebentar sebelum jum’atan dia ingin meminjam beberapa buku kuliah, lalu mampir ke toko buku furqan untuk membeli bacaan buku baru. Usai membeli buku langsung bergegas pulang, rahmi masih sibuk di kampus, dia biasanya pulang sore. Jum’atan pasti mampir kerumah temannya.
Fitri terus berpikir suratnya sudah di baca apa belum, dia jadi penasaran. Begitu sampai kerumah langsung masuk kekamar dan merebahkan diri diranjang, pandangannya menatap kelangit-langit. Beberapa hari ini entah kenapa ada keresahan dihatinya rasa resah itu juga yang membuat Fitri menuliskan surat itu, padahal dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk mendukung rahmi sepenuhnya. Tapi di surat itukan dia tidak membuat nama jadi bang fajar pasti tidak akan tau.
“Siapa sih yang tidak akan mengagumi bang fajar, pintar, saleh rajin sholat sudah hafal al-qur’an lagi, beruntungnya gadis yang akan berdampingan dengannya tapi itu bukan aku”. Keluh Fitri.
Air mata mulai berlinang di pipi gadis itu
“Aku sudah berusaha untuk mendekatinya tapi aku belum berhasil, akankah dia mengingat aku, mengetahui ada seseorang yang mengangumi dirinya seperti ini. Pedih rasanya hati ini jika membayangkan dia bersama gadis lain, tapi aku tidak boleh seperti ini aku harus yakin jika memang dia di takdirkan untukku tidak akan ada siapapun yang bisa mengambilnya dariku kecuali Allah pemilik semua makhluk didunia ini, Ya Allah kuatkanlah hatiku”. Ucap Fitri dalam hati menutup muka dengan kedua tangannya, mencoba menepis semua kegundahan itu.
Bergegas keluar membantu bundanya di dapur
Rahmi pulang tergesa-gesa langsung memanggil Fitri histeris.
“Ada apa sih rahmi kamu kok menjerit-jerit gitu ?” Tanya Fitri terheran-heran
“Gawat Fitri, tadi pas ketemu teman-teman kami bicara mengenai bang fajar ternyata teman rahmi juga ada yang naksir dia”. Keluh gadis itu
“Rahmi musti gimana dong ?” Tanyanya pada Fitri
“Nyatain saja perasaan kamu kedia”.
“Gak mungkin, rahmikan perempuan jaga imej dong”. Ucap gadis itu
“Ya sudah bersiap-siap saja di rebut orang lain”.
“Kok Fitri bicara begitu sih”. Keluh rahmi
“Terus Fitri musti gimana, apa harus Fitri yang datang dan bilang sama bang fajar kalau kamu suka sama dia”. Ucap Fitri
“Memangnya kamu berani ?”
“Kalau berani dari dulu juga udah Fitri sampaikan”.
“Padahal rahmi dekat sama bang fajar, masa sih kamu gak bisa menebak hati dia”.
Rahmi hanya terdiam mendengar ucapan sepupunya.
“Rahmi malu Fit”.
“Rahmi, kalau dia memang jodoh kamu gak bakal diambil orang lain kok”. Ucap Fitri
“Iya ya Fit”.
Rahmi kembali bersemangat.
Mereka berdua kembali melihat keluar jendela dari kamarnya, pandangan mereka menuju kekamar fajar. Tapi biasanya mereka berdua tidak pernah melihat fajar ada dikamarnya kecuali waktu tidur mungkin.
Tiba-tiba Fitri dan rahmi melihat laki-laki itu membuka jendela kamarnya
“Hah !!” teriak mereka shock secepatnya menunduk
“Dia ada dikamarnya”. Bisik mereka berdua
“Aduuhh malunya”. Ucap keduanya
Merekapun mencoba mengintip pelan-pelan
“Aduh dia masih berdiri di jendela”. Bisik Fitri
Fajar tertawa melihat reaksi kedua gadis itu dia tau mereka berdua sering melihat kearah kamarnya, makanya fajar jarang mondar-mandir di kamar. Sekarang ketangkap basah dech. Fajar masih juga tertawa melihat kedua gadis itu.
Pagi sabtu liburan kedua gadis itu pergi jalan-jalan sepanjang pantai lhok nga dan ulee lheu bersama paman dan bundanya. Ramai orang yang berkunjung kepantai itu, mereka hanya duduk sebentar menikmati udara pagi di pantai lhok nga, lalu bergegas ke ulee lheu. Fitri dan rahmi melihat beberapa pasangan kelihatan begitu mesra, itulah dunia pacaran.
“Sepertinya pacaran itu gak cocok buat kita ya ?” Tanya rahmi
“Iya”. Jawab Fitri
“Paman sama bunda saja gak pacaran tapi nikah juga”.
“Iya ya bunda”.
“Jangan terpengaruh dengan budaya tidak benar”. Nasehat paman mereka.
“InsyaAllah paman, kami akan tetap menjaga kesadaran kami”.
“Amin”. Ucap mereka.
Mereka terus menikmati indahnya pantai ulee lheu dengan ombaknya yang beriak begitu perkasa, besok pasti dipantai ini akan dipadati oleh pengunjung karena hari minggu, hari sabtu saja sudah ramai.
Menjelang siang mereka kembali ke rumahnya.
Malam minggu nanti malam natal buat kaum nasrani, buat mereka sekeluarga kegiatan hanya di rumah seperti biasanya, entah kenapa sebagian orang ada juga yang peduli dengan hari itu padahal mereka muslim. Rahmi dan Fitri jadi merasa aneh semua terlalu mengikuti trend moderen.
“Fit, hari senin rahmi akan menemui bang fajar dan menyatakan perasaan rahmi padanya, menurut kamu bagaimana ?” Tanya gadis itu
“Ya Fitri dukung”.
“Tapi malu Fit, masa perempuan yang ungkapin sih”. Keluh gadis itu
“Rahmi sebaiknya untuk sementara rahmi tenangkan diri dulu ya, biarkan semua mengalir apa adanya. Bang fajar sepertinya tidak akan mengatakan cinta pada siapapun karena saat ini dia sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri, perlu waktu untuk dia memikirkan seorang wanita apa lagi dengan pribadi dia yang sama sekali tidak tertarik dengan pacaran, coba bayangkan seandainya kamu menyatakan perasaan kamu padanya lalu dia menolak dengan alasan tidak berpacaran kamu pasti kecewakan, tapi jika kamu bersabar sambil terus mempelajari karakter dia bukan tidak mungkin kalau suatu saat dia memilih salah satu dari teman akhwatnya dan bisa saja itu kamu, bang fajar akan membawa kamu ke mighrab pernikahan apa kamu tidak merasa bangga ?” Tanya Fitri
Rahmi terdiam mendengar ucapan sepupunya, dia tidak menyangkan Fitri yang cuek bisa bicara seperti itu.
“Benar juga ucapan Fitri, mungkin saat ini rahmi sedang mendapat ujian kesabaran, makasih ya Fitri rahmi akan lebih bersabar dan akan terus berdoa pada Allah”. Ucap gadis itu semangat
Fitri tersenyum melihat semangat sepupunya.
“Heemm, adem sekali kalian di kamar jomblo abadi semua anak gadis seusia kalian sudah pada keluar jalan-jalan sama pacarnya, masa sih keponakan bunda yang cakep-cakep ini gak dapat gebetan satupun”.
Mereka berdua tertawa.
“Habis yang dikejar tetangga sih kapan dapatnya”. Goda sang bunda
“Iihh bunda usil itu mah rahmi bukan Fitri”. Protes Fitri
“Dua-duanya kan juga gak apa-apa lebih banyak saingan lebih seru”.
“Bunda….!” Teriak rahmi
“Hahaha…” wanita itu tertawa melihat keponakannya langsung mukanya memerah paling pantang di godain.
Mereka bertiga keluar dan menikmati siaran televisi siarannya tidak ada yang bagus akhirnya mereka berempat cuma mendengarkan lantunan ayat suci al-qur’an dari DVD. Jam sepuluh keduanya masuk kekamar tidur.
“Rahmi, Fitri selamat tidur ya nak”. Ucap sang bunda begitu lembutnya
Fitri sempat merasa keheranan memang bundanya sangat baik tapi malam ini terlihat begitu berbeda.
“Jangan lupa baca doa ya, ingat di sini paman sama bunda orang tua kalian”. Sambung pamannya.
Fitri sama rahmi semakin terheran
“Itu pasti paman, selamat malam juga buat paman dan bunda”.
Kedua gadis itu bergegas masuk kekamarnya
“Paman dan bunda aneh ya, rahmi jadi terharu padahal kita sering nyusahin mereka”.
“Iya, kita beruntung punya paman dan bunda sebaik mereka, semoga Allah segera mengkaruniai mereka seorang anak”.
“Amin”.
Mereka berdua bergegas tidur membaca doa tidur dan langsung terlelap.
Jam 3 pagi mereka bangun sholat tahajud usai sholat tahajud dan berdoa mereka kembali tidur.
Akhirnya mereka kembali terbangun menjelang subuh, rahmi dan Fitri segera melaksanakan sholat fajar dan sholat subuh Fitri merasa begitu resah dan gelisah untuk menenangkan hatinya diapun mengaji tak hentinya, tapi rasa kantuk mulai menyerang akhirnya Fitri merebahkan diri di atas sajadah dan tertidur dengan lelap. Jampun terus berlalu detik demi detik dan menit demi menit sampai Fitri mendengar suara dentingan jam waker dengan keras dia terperanjat dari tidurnya, rahmi tertawa geli melihat sepupunya bangun kalang kabut.
“Rahmi !” teriak Fitri mempelototi sepupunya yang jahil itu.
“Usil, kaget tau !” cetus Fitri cemberut
“Siapa suruh molor pagi-pagi hehehe”. Ketawa rahmi
Tiba-tiba mereka merasakan getaran dari lantai, keduanya sempat terdiam mereka saling menatap.
“Fit, gempa ya ?” Tanya rahmi
Fitri melihat lampu kamarnya mulai bergoyang-goyang, buku di meja yang tersusun rapi mulai jatuh satu persatu.
“Astagfirullah, gempa rahmi !!” teriak Fitri segera bergegas dari duduknya.
“ Ya Allah !!” teriak rahmi mulai panik.
“Cepat pakai jilbab !!” Teriak Fitri segera melepas mukenahnya dan mengambil jilbab dan baju panjang untuk dikenakan.
“Fitri, rahmi gempa !!” Teriak bunda mereka dari kamarnya.
Fitri segera mengambil jilbab dan diberikan pada sepupunya. Bunda mereka mulai panik dan bergegas menuju kekamar mereka.
“Rahmi, Fitri cepat turun ke bawah, gempanya makin kuat !!!” teriak wanita itu bergegas mengajak keponakannya.
Mereka berempat secepatnya turun ke bawah, gempa semakin kencang mereka terpaksa harus berpengagang untuk menjaga kesimbangan tubuh barang-barang mulai berjatuhan dari tempatnya, gemericik lampu hias makin terdengar birisik, mereka mulai panik mencoba segera turun ke bawah.
Begitu sampai kebawah semua orang sudah berhamburan keluar dari rumah masing-masing, semua orang mulai mengucap, beberapa laki-laki mulai mengumandangkan azan untuk meredam gempa tersebut, namun makin lama getaran gempa semakin kuat. Orang-orang mulai menghindari dinding-dinding beton, suara teriakan orangpun makin terdengar karena beberapa rumah dan beton mulai berjatuhan di depan mata mereka, sebagian jalanan mulai retak, skala gempa semakin kencang. Semua orang mengucap tanpa henti-hentinya, kondisi orang yang berhamburan keluarpun bermacam-macam.
Sebagian wanita tidak sempat mengenakan jilbabnya, malahan ada yang cuma mengenakan handukan karena baru keluar dari kamar mandi, rasa takut semakin membelenggu hati setiap orang, ada yang mulai menangis teringat akan rumah dan lain sebagainya.
Rahmi dan Fitri langsung teringat orangtua mereka, dalam hatinya mereka berdoa semoga orang tuanya baik-baik saja, beberapa menit kemudian gempa berangsur-angsur mulai reda mereka merasakan sedikit kelegaan. Tapi rasa takut masih tetap terasa oleh mereka, rahmi, Fitri, bunda dan pamannya masih berada di luar rumah mereka belum siap memasuki rumah, paman merekapun pergi untuk berkeliling melihat bagaimana kondisi setelah gempa tersebut. Rahmi mengajak Fitri naik keatas ponselnya masih di atas dia harus segera menghubungi rumahnya dan bertanya bagaimana keadaan di rumah.
Mereka bergegas naik keatas mengambil ponsel.
“Astagfirullaah !!” teriak mereka melihat seluruh isi rumah itu berantakan, bunda merekapun mulai mengambil apa yang bisa diambil bersiap-siap kalau gempa susulan terjadi lagi, rahmi dan Fitri segera menghubungi keluarga mereka tapi jaringannya putus, kecemasan mulai menghantui mereka.
“Ya Allah, gak bisa di hubungin Fitri gimana ini keadaan abi sama umi ?” tangis rahmi
“Udah, jangan nangis rahmi Fitri juga gak bisa hubungin ayah sama mama”.
“Gimana kalau terjadi sesuatu di rumah”. Keluh rahmi cemas
“Udah jangan pikir macam-macam, sebaiknya kita turun sekarang”. Ajak Fitri setelah mengambil semua yang penting-penting, seperti ijazah.
Tiba-tiba rahmi dan Fitri mendengar suara teriakan bunda mereka
“Rahmi, Fitri cepat turun kebawah katanya air laut naik !!” teriak bunda mereka
Rahmi dan Fitri mulai berpikir aneh, air laut naik bagaimana caranya cuaca juga cerah-cerah saja.
“Cepat turun !!” teriak bunda mereka
Merekapun bergegas turun kebawah, lalu mereka menatap kearah kanan, terlihat gumpalan asap berwarna hitam pekat seperti asap karena kebakaran, ternyata itulah gelombang tsunami yang akan meluluh lantahkan semuanya.
“Astagfirullaah !!” teriak mereka
Suasananpun semakin panik karena orang-orang sudah berlarian semua sambil berteriak air laut naik air laut naik.
Merekapun berbondong-bondong lari menyelamatkan diri, suasana tampak hiruk pikuk dan panik, orang-orang mulai berhimpit-himpitan sebagian ada yang terjatuh dan terinjak karena kondisi panik dan ketakutan.
“Bunda paman mana ?” Tanya Fitri
“Sudah cepat lari jangan tanyakan paman !!” Teriak wanita itu mulai putus asa dengan kondisi suaminya, disisi lain dia juga harus melindungi keponakannya.
“Pegangan tangan yang kuat, jangan sampai lepas !!” teriak wanita itu panik mereka bisa melihat bagaimana cemasnya wanita itu
“Iya bunda”. Ucap mereka berdua mulai menangis
“Ya Allah bala apa yang engkau berikan untuk kami”. Seru Fitri dalam hatinya
Mereka bertiga berlari sambil berpengangan tangan agar tidak terlepas, tak begitu lama gelombang maha dasyatpun menghantam mereka, semua orang koncar kancir. Fitri, rahmi dan bundanya terpisah. Rahmi melihat bundanya terbawa arus, berulang kali Fitri ingin meraih tangan wanita itu tapi terlepas selalu, sampai dia kehilangan bundanya dan rahmi dibawa gelombang maha dasyat itu.
Rahmi tersangkut di atap rumah orang, dalam hitungan detik gelombang itu telah memporak-porandakan semua yang ada. Menghantam apa yang menghalanginya dan membawa semua yang ada dihadapannya. Semua orang shock dan ketakutan.
Fitri dan rahmi berpikir apakah ini kiamat, inilah rasa takut sesungguhnya. Jika selama ini mereka mengalami ketakutan, itu hanya ketakutan biasa tapi hari ini mereka benar-benar merasakan ketakutan. Tiada seorangpun yang bisa menolong mereka.
Rahmi melihat sekelilingnya dipenuhi air, bunda, paman dan Fitri entah sudah kemana, gadis itu hanya terdiam menatap disekelilingnya sudah menjadi lautan, mulutnya kaku tak berdaya harus mengatakan apa.
Ternyata Fitri tersangkut di panggar orang, kekagetan yang dialaminya membuat gadis itu hanya diam terbengong, beberapa saat tadi dia sempat tenggelam dalam air bah itu. Fitri berpikir dirinya sudah tidak mungkin bisa selamat dari hantaman gelombang maha dasyat itu, lalu dia tersadar bahwa dia masih hidup. Melihat kondisi kembali tenang Fitri berusaha melepaskan diri dari sangkutan pagar itu, pada saat itulah Fitri melihat sosok yang dikaguminya turun kebawah dan membantunya lepas dari kesulitan itu.
“Fitri kamu tidak apa-apa, cepat naik keatas !!” teriak laki-laki itu
Fitri ucap bang fajar, Fitri tidak pernah menduga ternyata laki-laki yang hanya dia liat dari kejauhan itu mengetahui namanya, dan bersedia menolongnya pada saat ini air matanya semakin membanjiri wajahnya.
“Iya, terima kasih bang”. ucap Fitri wajahnya pucat pasi dengan apa yang barusan mereka alami, Fitri sudah tidak tau harus bangaimana lagi rasa ketakutan yang dialaminya sangat besar.
Seorang laki-laki menarik Fitri naik keatas.
“Bang fajar juga naik !” teriak gadis itu ketakutan.
“Kamu naik duluan, abang mau bantu adik itu dulu”. Ucapnya melihat kearah seorang bocah yang terjebak di kayu-kayu.
“Fitri !” panggil fajar kembali, fitri menoleh kearah fajar
“Terima kasih surat kamu, abang senang membacanya !!” teriak pria itu menatap fitri sambil tersenyum lalu bergegas menuju ketempat lain melihat seorang bocah terjepit disebuah kayu, anak itu terus menangis ketakutan. Fitri sempat terheran dengan ucapan fajar barusan semua diluar kepalanya karena rasa takut yang dialaminya.
Setelah melepas anak itu dan beberapa orang menariknya keatas, fajar bergegas untuk naik keatas kembali, pada saat itu gelombang kedua menyusul dan ternyata lebih tinggi.
“Bang cepat naik !!” teriak Fitri panik
Tapi apa daya fajar tersapu oleh gelombang kedua itu.
“Bang fajar !!” teriak Fitri histeris
Fitri melihat laki-laki yang sangat dikaguminya terjepit dengan sampah-sampah yang dibawa oleh gelombang itu dia tidak sempat menyelamatkan diri karena gelombang itu datang dengan tiba-tiba.
“Bang fajar !!” teriaknya berulang kali ingin menolong laki-laki itu
Tapi orang yang berada disamping gadis itu menahannya
“Sudahlah kamu tidak bisa berbuat apa-apa !!” teriak orang itu
“Lepasin saya, saya mau menolongnya !!”. Teriak Fitri beronta
Tapi orang itu masih menahan Fitri dengan kuat
“Ya Allah !!” teriak Fitri sambil menangis betapa dia tidak punya kekuatan apapun untuk menolong seorang manusia hari ini.
“Sabar, kamu tidak bisa menolongnya !!!” teriak mereka sama paniknya
“Tidak,,,,,,bang fajar !!! teriak Fitri menangis
fajar makin terjebak dengan sampah itu dan gelombang kedua yang dasyat itu membawanya pergi, Fitri hanya bisa melihat pria itu tenggelam dalam gelombang itu dihadapannya. “Ya Allah !!!” tangis gadis itu tiada henti-hentinya.
Pada saat itulah mereka hanya melihat beberapa orang yang terjebak di air bah itu, ingin menolong tapi tidak bisa untuk bertahan sendiri saja mereka kesulitan. Saat itulah semua menangis meneteskan air mata mendengar teriakan orang meminta tolong tapi apa daya mereka tidak bisa berbuat apa-apa yang meraka tau cuma berpengangan sekuat tenaga pada atap rumah tiang listrik atau apapun yang bisa menjadi tempat pegangan mereka dari amukan gelombang itu. Hari itulah semua manusia menjadi makhluk yang sangat kecil, sebanyak apapun kekuatan mereka tidak ada yang bisa menolong mereka, mereka benar-benar berjuang dengan kekuatan sendiri dan memohon pertolongan dari Allah SWT. Betapa besarnya kuasa Allah, tiada seorangpun manusia yang bisa menyainginya. Hari itu semua orang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri untuk bertahan.
Fitri menatap sekeliling daratan padat tempat pemukiman kini menjadi lautan, sampah mengapung-gapung, beton, kayu, pohon apapun mengapung-ngapung beberapa jiwa yang tidak bisa menyelamatkan diri juga mengapung. Fitri terdiam tak kuasa merealisasikan apa yang ada dihadapannya, satu yang ada dikepalanya manusia tidak punya kekuatan apapun mereka seperti seekor semut hari ini.
Pikirannya mulai kacau, semua kekhawatiran mulai memenuhi benaknya belum lagi membayangkan kondisi keluarganya di aceh utara, Fitri mulai stress dan kalut.
Setelah menghantam semua yang ada dihadapannya membawa apa saja yang menghalanginya, pelan-pelan air itu surut kembali. Hanya meninggalkan sampah-sampah yang kini tidak berarti lagi.
Setelah menyadari keadaan telah aman, orang-orang mulai turun dari tempatnya berlindung. Fitri di bantu turun oleh seorang warga setempat yang selamat. Pada saat itulah mereka melihat mayat-mayat bergelimpangan dipinggiran jalan, dengan kondisi-kondisi yang sangat mengenaskan.
Fitri tidak sanggup melihat kondisi mayat-mayat di hadapannya hingga air matanya mengalir tanpa henti. Satu persatu Fitri melihat mayat itu mencari sosok paman, bunda, rahmi dan fajar. Tapi dalam hatinya berdoa semoga mereka semua selamat.
Melihat kondisi-kondisi mayat disepanjang jalan mereka makin shock, apapun yang bisa digunakan untuk menutupi mayat-mayat itu mereka gunakan. Fitri mulai putus asa dia belum menemukan mereka seorangpun sementara hari mulai menjelang zhuhur, suara azan tiada terdengar seperti biasanya, kondisi mereka masih diliputi kekhawatiran, tenggorokannya mulai terasa kering tapi tiada air yang bisa menghilangkan dahaga.
Fitri berjalan disepanjang jalan itu, beberapa orang juga sedang sibuk mencari keluarganya masing-masing, isak tangis terdengar begitu pilu. Sebagian dari mereka menemukan keluarganya dalam keadaan tidak bernyawa tapi mereka bingung harus membawa mayat itu kemana.
Fitri berhenti di sebuah persimpangan, di situ dia melihat sepupunya rahmi duduk terdiam tanpa suara.
“Ya Allah, rahmi !!” teriaknya berlari mendekati rahmi.
“Kamu selamat !!” Tangis Fitri memeluk sepupunya.
Rahmi masih tetap terdiam terpaku melihat kedepan dengan tatapan kosong.
“Kamu keluarganya nak ?” Tanya seorang bapak.
“Iya pak, saya sepupunya”.
“Syukurlah, kalian dari mana ?” Tanya bapak itu
“Kami dari aceh utara pak”.
“Begitu ya, saya kehilangan semua anggota keluarga saya satu orangpun belum saya temukan, tadi bapak lihat dia terdiam sendirian di sini. Sebaiknya kalian ke mesjid terdekat nak bawa sepupumu ya”. Saran bapak itu.
“Iya pak terima kasih”. Fitri bergegas mengajak rahmi kemesjid terdekat, karena kondisi mesjid tersebut masih utuh.
Fitri melihat guratan kesedihan di wajah bapak itu, betapa mereka hari itu koncar kancir, semua sanak saudara hilang entah kemana.
Fitri dan rahmi sampai di mesjid tersebut, semua orang berkumpul di mesjid itu dengan kondisi yang bermacam-macam pula, ada yang terluka parah, shock, pingsan dan malah ada yang sekarat. Ingin melakukan sesuatu tapi tidak tau harus berbuat apa.
Stok makananpun tidak ada, suara tangisan anak-anak, bayi mulai terdengar lirih. Semua orang diliputi kekhwatiran. Bekal mereka bertahan hanya dari makanan-makanan yang di bawa tsunami yang masih bisa digunakan.
Seorang pria menyodorkan Fitri satu buah aqua gelas, secepatnya Fitri membuka dan meneguk beberapa teguk air itu, lalu diberikan pada rahmi.
“Fit, bunda sama paman di mana ?” Tanya gadis itu beberapa saat kemudian.
Fitri hanya menggelengkan kepalanya.
“Fitri belum ketemu mereka”. Jawab gadis itu dengan suara parau menahan tangis
“Abi dan umi bagaimana ya ?” Tangis rahmi
“Sudahlah rahmi, serahkan semua pada Allah biar Allah yang menjaga mereka”. Ucap Fitri berusaha menenangi sepupunya.
“Kenapa ini terjadi fit apa kesalahan kita ?”
“Iqhtifar rahmi, Allah maha tau dengan apa yang diberikan pada hamba-hambanya”.
Rahmi menangis dengan keras.
Hari itu mereka menginap di mesjid tersebut, rahmi dan Fitri ingin sekali mengetahui bagaimana kondisi keluarga mereka tapi sama sekali tidak bisa menghubungi keluarganya ponselnya sudah tidak ada, bantuanpun saat itu sama sekali belum ada.
Sampai keesokan harinya mereka baru mendapatkan bantuan, rahmi dan Fitri kembali keluar untuk mencari keluarganya. Mereka melihat tumpukan sampah masih berserakan dimana-mana, mayat-mayat masih bergelimpangan hanya ada beberapa orang yang sudah ditemukan oleh keluarga mereka, orang-orang mulai mengungsi kedataran tinggi yang sama sekali tidak mendapatkan imbas tsunami, dari merekalah bantuan sementara di terima oleh warga yang terkena musibah.
Fitri dan rahmi pergi kesana sini untuk mencari bunda dan pamannya tapi mereka sama sekali tidak menemukannya, saat itu Fitri sama sekali tidak berani menceritakan tentang laki-laki yang sangat mereka kagumi, Fitri takut rahmi semakin shock.
Sejak hari itu bantuan mulai sampai ke aceh, banyak bantuan dari dalam negeri dan luar negeri yang mengalir keaceh. Fitri dan rahmipun mendapatkan tumpangan yang bisa membawa mereka pulang ke rumah dari salah seorang para relawan yang datang keaceh.
Dengan ponsel relawan itulah mereka menelphon kerumah dan ternyata kondisi keluarga mereka baik-baik saja, daerah mereka tinggal hanya terkena efek dari gempa saja tidak ada gelombang tsunami. Dari relawan itu mereka mendapatkan perawatan medis P3K.
Mereka mengantar kedua gadis itu sampai kerumah, karena mereka sendiri juga dalam perjalanan ke aceh utara sebagai relawan yang ditempatkan di sana. Kedua gadis itu disambut histeris oleh kedua orangtuannya, akhirnya mereka bisa kembali berkumpul dengan kedua orangtuannya.
Trauma dan luka yang mereka derita belum juga sembuh, karena itu kedua gadis itu masih mendapatkan perawatan untuk kembali menumbuhkan semangat mereka. Sebagian anggota keluarga mereka telah pergi ke banda aceh untuk melihat dan mencari anggota keluarga yang hilang meski nantinya yang mereka temukan hanya mayat.
Kini kedua gadis itu telah berkumpul kembali dengan keluarganya, tapi keduanya tidak sanggup melihat berita-berita tsunami yang disiarkan oleh semua stasiun televisi baik lokal maupun interlokal mereka masih trauma. Apa lagi efek gempa masih sering terasa dalam sehari kadang-kadang gempa bisa terjadi berpuluh-puluh kali, rasa aman belum dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat aceh.
Stok makanan juga belum begitu lancar di pasaran, aktifitas belajar mengajar masih dalam keadaan kacau balau. Sebagian orang berpikir banda aceh itu akan menjadi kota mati, tidak akan ada lagi orang yang berani tinggal di sana. Bantuan asing juga sudah mulai berdatangan ke bumi aceh, begitu banyaknya negara-negara yang memberikan bantuan pada saat peristiwa 26 desember 2004 itu .
Pada saat itu mereka yang mengatur semua keperluan warga aceh, karena warga aceh sendiri masih dalam kondisi shock dan belum bisa bangkit kembali. Kampuspun tidak jelas kapan akan aktif kembali, ribuan nasib mahasiswa terkantung-kantung pada saat itu.
Namun setiap musibah yang terjadi pasti memberikan sisi-sisi positifnya tersendiri, puluhan tahun aceh terkekang dalam ketakutan antara pihak GAM-RI kini semua mata dunia tertuju keaceh, semua orang bisa melihat seperti apakah aceh itu. Tidak ada lagi berita yang dapat di sembunyikan atau di tutup-tutupi, semua orang melihat aceh.
Namun apabila ada sisi positifnya sudah pasti akan ada sisi negatifnya juga, di sinilah rakyat aceh di tuntun bersikap arif bijaksana, dalam menerima semua pengaruh luar yang datang.
Satu bulan telah berlalu aceh mulai berangsur baik sedikit demi sedikit, Fitri dan rahmi kembali ke banda aceh untuk melanjutkan studi mereka. Karena proses belajar mengajar kembali aktif. Mereka harus mengurus semua perlengkanapan administrasinya, hal itu sempat menunda kelancaran proses belajar mengajar.
Fitri dan rahmi kembali pergi melihat perumahan tempat pamannya.
Daerah itu kini telah rata dengan tanah, sampah-sampah tsunami masih banyak berserakan di mana-mana, rahmi masih merasakan ketakutan dari peristiwa itu. lalu pandangan mereka mengalih kerumah tetangga. Itulah rumah kediaman laki-laki yang sangat mereka kagumi fajar, ada kesedihan yang dirasakan Fitri karena laki-laki itu hilang dihadapannya.
“Fit bang fajar gimana ya ?” Tanya rahmi ada kesedihan di wajah gadis itu.
“Dia selamat tidak ya”.
Fitri hanya terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada sepupunya.
“Rahmi belum mengatakan perasaan rahmi padanya, jika menunggu dia yang ungkapkan mungkin tidak akan pernah diungkapkan, ternyata memang benar”. Ucap gadis itu
“Tapi sekarang rahmi tidak tau dia ada di mana ?” ucap gadis itu. setitik air mata menetes di wajahnya.
Fitri berusaha mengendalikan perasaannya, tanpa terasa air matanya juga menetes diwajah fitri.
“Fit, kamu kenapa menangis ?” Tanya rahmi
“Kamu juga suka bang fajarkan ?” Tanya rahmi
Fitri hanya mengangguk tidak kuasa menahan semua itu
“Rahmi sudah tau dari dulu, maafin rahmi ya fit rahmi berbuat curang sama fitri”. Tangis gadis itu
“Harusnya rahmi juga memberikan peluang untuk Fitri bisa mengatakan semua perasaan fitri, harusnya kita bersaing dengan adil tapi rahmi…”
“Sudahlah rahmi, semua sudah berlalu”. Sambung fitri
“Fit kalau bang fajar selamat, kamu akan mengatakan perasaan kamu padanya ?” Tanya rahmi menghapus air matanya.
“Itu sudah tidak mungkin rahmi, Fitri tidak tau bang fajar selamat atau tidak, kalau bang fajar selamat mungkin akan ada gadis lain yang lebih pantas untuknya”. Ucap gadis itu.
Dia tetap menjaga rahasia kalau dia melihat fajar terbawa arus.
“Iya fit, rahmi berdoa bang fajar selamat”.
“Rahmi, sekarang kita harus fokus kekuliah kita ya, Fitri juga mau bergabung dengan teman-teman teknik untuk ikut serta dalam penataan kembali aceh. Mana tau ada sesuatu yang bisa Fitri sumbangkan untuk masa depan aceh”.
“Iya fit, rahmi juga. Apapun yang telah terjadi semua itu cobaan sekarang kita harus bangkit lagi”.
“Itu benar, kita tidak boleh larut dalam duka terus”.
“Iya, kita pulang yuk masih banyak yang harus kita lakukan”.
“Ayo”. Merekapun bergegas pulang meninggalkan tempat itu.
Untuk yang terakhir Fitri menatap tempat itu, bayangan fajar masih melekat dihatinya saat laki-laki itu menyebut namanya. Ternyata dia mengenal dirinya meski ada kesedihan di hatinya tapi Fitri tidak akan membiarkan kesedihan itu menghancurkan sikap optimisnya, karena bagi Fitri fajar itu sosok yang tak harus di milikinya tapi akan selalu dijaganya dalam hati biarlah kebahagian kecil ini menjadi rahasia Fitri dan hatinya.
3 tahun kemudian
Kondisi aceh kini sudah aman kembali banyak pembangunan dibidang konstruksi, Fitri sudah bekerja dan ikut aktif dalam pembangunan aceh kembali.
Fitri buru-buru keluar dari kantornya, seorang laki-laki menyapanya.
“Kamu mahasiswa teknik sipilkan ?” Tanya pria itu
“Iya benar, abang jugakan saya sering lihat”.
“Iya benar, abang teman baiknya bang fajar kenalkan sama fajar ?” Tanya laki-laki itu Fitri mengangguk.
Akhirnya laki-laki yang bernama arif itu mengajak Fitri untuk ngopi, Fitri ikut bersama arif. Mereka bicara mengenai fajar.
“Tidak ada yang menemukannya, semua keluarganya habis fit”. Jelas arif
Fitri sedih mendengar cerita arif
“Bukankah kalian bertetangga fit ?” Tanya pria itu
Fitri mengangguk
“Sampai akhir hidupnya fajar belum bertemu langsung dengan pemilik surat yang dikirimkan padanya”. Ucap pria itu
Fitri menjadi penasaran
“Maksud bang arif ?” Tanya Fitri makin penasaran
“Fajar itu laki-laki dengan kehidupan lurus-lurus saja, bukan pengangum perempuan yang berlebihan tapi ternyata dia juga punya sesosok gadis yang menarik hatinya”. Jelas arif
“Siapa gadis itu bang arif ?” Tanya fitri
“Entahlah fit abang juga gak tau, sepertinya dia seletting sama kamu, fajar cuma bilang gadis itu sering melihatnya diam-diam dari balik tembok di kampus teknik, sering menatap dia dari kejauhan, fajar yakin surat yang dia terima dari gadis itu, sepertinya fajar tertarik pada gadis itu, sayang dia tidak sempat mengungkapkan perasaannya pada gadis itu”. Jelas arif
Fitri terdiam nafasnya hampir saja berhenti dia teringat dengan ucapan fajar pada saat menolong dirinya dulu “Fit, terima kasih surat dari kamu abang senang membacanya”. ternyata gadis yang diceritakan arif itu dirinya, fajar tau itu dirinya. Tanpa terasa mata Fitri mulai berkaca-kaca.
“Kamu kenapa fit ?” Tanya arif melihat perubahan sikap gadis itu
“Maaf bang arif, Fitri harus pergi senang bisa bertemu dengan bang arif, kalau ada kabar baru mengenai teman-teman hubungin Fitri ya”. Ucap gadis itu memberikan nomor ponselnya dan bergegas pergi dari tempat ngopi itu.
Fitri berdiri di pantai ulee lheu, kondisi pantai itu sekarang sangat berbeda dengan kondisi sebelum tsunami, garis pantainya sekarang begitu dekat dengan jalanan. Air mata tumpah ruah dari wajah gadis itu, mendengar cerita arif ternyata dia tidak patah hati perasaannya tersampaikan pada pujaan hatinya meski mereka tidak sempat mewujudkan semua impian mereka. Allah tau apa yang terbaik buat mereka, jika ini yang terbaik untuk mereka Fitri iklas menerimanya dengan sabar, ternyata cinta sejati itu tidak pernah memilih fisik tapi hatilah yang memilih sosok sejati dan Fitri tidak salah memilih sosok insan sejatinya.
3 tahun yang lalu air laut dari pantai ini menghantam sebagian besar kota banda aceh, tapi sekarang dia beriak dengan tenang seolah peristiwa itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
Setelah menatap pantai itu beberapa menit, Fitri kembali bergegas pergi dari tempat itu.
Di tengah perjalanan pandangannya beralih kesekelompok orang yang sedang melakukan pengawasan di sekitar pembangunan pelabuhan kawasan ulee lheu.
“Bang fajar !?” teriak Fitri dalam hatinya melihat sosok itu begitu mirip dengan sosok laki-laki yang sangat dikaguminya. Fitri terbenggong menatap laki-laki itu dari kejauhan.
“Iwan !” panggil seorang pria untuk laki-laki itu.
“Iwan !?” Dalam hati Fitri mendengar pria lain memanggil nama laki-laki itu.
Fitri menertawakan dirinya, ternyata bukan bang fajar. Secepatnya Fitri kembali menancap gas motornya dan pergi bergegas dari pantai itu.
Itulah sekilas cerita tsunami, banyak sekali peristiwa yang terjadi yang sangat mengiris hati, penuh ketakjuban, rasa penasaran, kesedihan dan hikmah di balik semua peristiwa itu. Harapan hanya satu bisa memetik hikmah dari peristiwa itu, tentunya kita mengambil sisi positive dan kembali mengubah sisi negative menjadi positif hingga hidup dapat terasa lebih bermakna dan indah. Itulah hidup yang sesungguhnya. Semoga Fitri akan selalu dapat memperjuangkan ketulusan hatinya sampai kapanpun.


TAMAT