Sabtu, Agustus 16, 2008

Karya 3

MENANTI SANG FAJAR DI BULAN RAMADHAN


Aku menatap langit mendung masih menutup cerahnya langit siang ini, gerimis belum juga turun udara terlihat sejuk tidak sepanas biasanya. Seperti biasa aku duduk di perpustakaan kampusku sambil terus melihat lalu lalang mahasiswa yang sibuk bolak balik masuk perpustakaan. Beragam ciri khas terlihat dari mereka menunjukkan begitu ramainya khas rupa dari daerahku, pandanganku tak hanya menatap mereka aku menatap tingginya langit biru disebelah barat aku lihat langit begitu mendung dan hitam pasti hujan telah turun dengan deras di sana, memang akhir-akhir ini curah hujan di daearahku sedikit terganggu setelah peristiwa maha dasyat menggempar seluruh wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aku melihat kembali arlogi di tanganku satu jam setengah telah berlalu, aku bergegas kembali memasukan buku dan laptopku kedalam ransel jarak perpustakaan dari rumahku tak begitu jauh sehingga aku bisa berjalan kaki pulang dari pustaka di tambah lagi dengan cuaca yang sejuk membuat perjalananku semakin nyaman.
Ternyata cuaca memang sangat buruk dan tidak stabil, baru beberapa langkah aku berjalan hujan mengguyur sang bumi dengan deras tanpa isyarat apapun juga, spontan aku berlari kencang mencari tempat perlindungan hal pertama yang harus aku lindungi adalah laptop dan bukuku karena kedua benda itu adalah masa depanku saat ini, untungnya aku membawa jaket didalam tasku sebagai antisipasi kalau hujan tiba-tiba turun tapi sayang aku mengabaikan pepatah sedia payang sebelum hujan ( hehehe…), aku berteduh di bawah kursi beton yang tak jauh dari perpustakaan untuk menghindari hujan, langit yang tadi terlihat agak cerah kini menjadi hitam pekat hujan turun dengan derasnya. Aku mulai merasakan kedinginan tapi terus terang hal itu sama sekali tidak menggangguku karena aku paling suka jika hujan turun, rasanya begitu sejuk dingin dan segar asal jangan di suruh belanja saja ke pasar karena becek di mana-mana dan aku paling benci jika pakaian yang aku kenakan terkena lumpur atau percikan air kotor dijalananan karena kendaraan aku pasti akan jengkel dan kesal jika tak sendiri aku pasti akan merajuk dan mengomel tak habis-habisnya pada temanku (Heemm…hal buruk yang harus segera aku hilangkan).
Tak begitu lama aku berdiri di bawah lindungan atap tempat duduk dipustaka, aku mendengar suara azan aku kembali melihat arlogiku ternyata waktu sudah masuk untuk sholat dzuhur. Mau tidak mau aku harus segera bergegas pulang meski hujan belum berhenti karena aku tidak mau melewati waktu dzuhurku lebih telat, akupun mengambil ancang-ancang untuk segera pergi kedekat halte aku naik angkot jadi tidak akan kebasahan karena rumahku tak begitu jauh dari pinggir jalan. Siap-siap mengambil ancang-ancang seseorang menyapaku dari belakang
“Hei Nassyria mau kemana ?” Tanyanya ramah aku segera menoleh kebelakang
“Bang saed !” Ucapku kaget salah seorang abang lettingku di campus
“Mau pulang tapi hujan belum berhenti.” Ucapku lagi
“Ya udah naik saja di belakang motor abang, biar abang antar pulang.” Tawarnya ramah. Terus terang aku menjadi kebingungan sendiri antara naik dan tidak selama ini aku belum pernah naik di belakang motor laki-laki yang belum aku kenal kecuali ayah, saudaraku atau teman-teman yang sudah cukup aku percayai, bukannya aku tidak mempercayai bang saed tapi bagiku dia masih asing karena kami belum begitu dekat.
Sejenak aku terdiam tanpa mengatakan apa-apa.
“Kenapa ? Takut ada yang marah ?” Godanya menahan tawa.
“Bukan sih, tapi….!” Jawabku kebingungan
“Belum pernah boncengan sama cowok ya ?” Tanyanya lagi sambil tertawa jahil.
Mukaku mulai merengut dan kesal akan godaan bang saed.
“Kalau gak naik keburu telat dzuhurnya.” Ucap bang saed pandangan menuju ke mesjid.
“Iya dech…” Ucapku segera naik kebelakang motor bang saed
Aku duduk menyamping
“Pegangan yang kuat.” Godanya kembali
“Huh, sory ya basi.” Balasku ketus
“Hahahaha…! Terdengar suara tawa lepas darinya sambil menyalakan motor.
Tak begitu lama sampailah di depan supermarket ibu kosku, rumah kosku tidak menerima tamu laki-laki sehingga apapun yang berhubungan dengan kampus harus dilakukan di luar rumah untuk kaum adam, sebagian temanku protes tapi buat aku dan kakakku semua itu memberikan kenyaman tersendiri apa lagi dengan kondisi kami yang jauh dari rumah, aku mengangap itu sebagai sikap antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bang saed menghentikan motornya di depan supermarket ibu kosku, dari mesjid sudah terdengar qamat bang saed menoleh kearah mesjid.
“Tuh kan gara-gara nassyria telat abang ke mesjid “ Ucapnya menatapku lekat-lekat.
“Maaf bang…” Ucapku nyesal
“Hehehe…bercanda kok, udah dulu ya abang ke mesjid.” Ucapnya kembali menghidupkan motor.
“Makasih bang ya hati-hati di jalan, sekali lagi maaf.” Ucapku makin merasa bersalah.
Bang saed hanya tersenyum bergegas pergi ke mesjid, aku segera berlari kedalam rumah dan bersiap-siap untuk sholat sebelum telat.
Usai sholat aku masih memikirkan bang saed ternyata orangnya sangat ramah pikirku, tapi setauku bang saed tipe laki-laki yang sangat jarang sekali terlihat dengan perempuan, di kampus dia dikenal dengan julukan jomblo sejati padahal tampangnya ganteng juga pinter tapi entah apa yang ada dalam benaknya aku jadi bertanya-tanya wanita seperti apa ya kira-kira yang bisa membuat dia jatuh cinta (hehehe…) pastinya bukan seperti aku, lagian untuk seorang saed kebanyakan mereka menikah dengan keluarga sendiri itupun sistem jodoh dan tidak aneh jika misalnya sekarang ada seorang wanita yang sudah dijodohkan dengannya waduh ngapain juga aku mikirin dia lebih baik mikirin diri sendiri ajalah.
Aku melihat jam diatas mejaku, udara yang sejuk membuat mataku tidak mau berkompromi padahal aku ingin menyelesaikan skripsiku tapi sepertinya aku harus mengalah dengan rasa ngantukku akupun merebahkan diriku diatas ranjang dan langsung tertidur pulas.
Tak begitu lama aku mendengar suara ketukan pintu, bergegas aku membukanya alangkah kagetnya aku melihat tamu yang datang.
“Bang Saed !!” teriakku histeris mata terbelalak kaget.
Dia langsung menerobos masuk dan duduk di sofa ruang tamuku lalu tersenyum dengan ramah kearahku.
“Sini duduk di samping abang.” Ajaknya
Aku makin kalang kabut melihat keluar apakah ibu dan bapak kos ada, melihat aku masih berdiri bengong bang saedpun berdiri mendekatiku lalu dia meraih tanganku mengajak duduk disampingnya, aku makin shock dan menjerit histeris lalu…..terbangun !!
“Haahh !!”
“Mimpi !!” Ucapku ngos-ngosan saking kagetnya
Aku cepat-cepat menggenggam erat tanganku nafasku masih tersenggal-segal kok bisanya dia muncul dalam mimpiku pikirku, suara azan asharpun berkumandang secepatnya aku kekamar mandi dan mengambil wudhu lalu sholat ashar dan berdoa tapi pikiranku masih juga mengingat mimpi aneh itu.
“Mimpi aneh, aku jadi lapar !” Keluhku bergegas kedapur dan melihat adakah makanan yang bisa aku makan.
Tak begitu lama kakakpun pulang aku sama sekali tidak menceritakan apapun tentang mimpiku padanya biasanya aku suka bercerita apapun pada kakak, apa lagi melihat wajah kakakku cemberut aku yakin pasti dia ada masalah di kantornya jadi habis magrib dia pasti akan menceritakan masalahnya padaku. Aku tinggal bersiap-siap saja.
Seperti dugaanku kakak langsung menceritakan masalahnya begitu habis magrib kekesalannya di kantor sudah bertumpuk-tumpuk tapi aku lihat dia enggan keluar dari kantor tersebut entah kenapa, yang pasti beberapa hari kemudian kekesalannya pasti akan lenyap begitulah kakakku.
Aku melihat kalender di meja belajarku beberapa minggu lagi menjelang bulan puasa, terlintas dalam benakku tentang niat di hatiku beberapa saat yang lalu, aku tau mungkin suara hatiku terlalu berat untukku hadapi saat ini karena itulah Allah menunda semua yang ada dalam benakku. Aku tersenyum dan menepis semua angganku lalu mengambil pulpen merah dan melingkari tanggal aku pulang ke rumah tuk megang.
Kehidupanku biasa saja aktifitas sehari-hari hanya kuliah selebihnya aku banyak menghabiskan waktu di rumah, ingin bekerja tapi tidak yakin aku takut malah skripsiku makin keteteran lagi, jadi aku harus bersabar untuk beberapa saat menunggu kuliahku selesai meski banyak tawaran yang datang tapi aku takut untuk mengambilnya. Jadi untuk sementara aku jadi pengangguran yang sok aktif (hehehe…).
Aku menarik gorden jendela di ruang tamu kulihat langit mendung kakakku sedang bersiap-siap kekantornya, akupun harus segera bersiap-siap menuju kekampus untuk konsultasi dengan pembimbing Tugas Akhir (TA).
Di kampus aku bertemu dengan beberapa temanku yang juga lagi sibuk dengan TA nya mereka jadi terkesan cuek dan sok sibuk (Maklum semua ngejar target wisuda bareng), aku nunggu dosen pembimbingku di Lab. Struktur keasikan sendirian bang saed muncul.
“Halloo nassyria !” Sapanya riang
Aku menoleh secepatnya, aku dengar suaranya agak serak-serak dia pasti sakit karena kehujanan kemaren.
“Bang saed sakit ya !” Tanyaku
“Cuma pilek biasa ko, lagi ngapain di sini ?” Tanyanya
“Mau jumpain pembimbing.”
“Oia, sampai mana udah Tanya.”
“Masih panjang perjalanannya bang.”
“Itulah pasti gak di buat, kesibukan pacaran sih.” Cetus bang saed
“Pacaran ! siapa juga yang pacaran !” Teriakku kesal bang saed malah ketawa melihat reaksiku.
“Hahaha…! Pantang di pancing hehehe…” Ucapnya.
Aku jadi terdiam cemberut
“Jangan ngambek-ngambek ntar TA nya gak selesai tuh.” Ucap bang saed
“Saed, bentar lg presentasi mahasiswa” Ucap salah satu teman bang saed bergegas keruang seminar.
“Udah dulu ya adik kecil, abang mau lihat mahasiswa abang presentasi dulu, jangan lupa TA nya segera di selesaikan.” Ucapnya
Gak sopan masa bilangin orang adik kecil cetusku dalam hati, aku berusaha untuk cuek sambil menunggu dosenku datang. Tak begitu lama dosenku datang aku langsung konsultasi. Ternyata lama juga hampir satu jam aku konsultasi dengan dosenku. Aku keluar dari ruang dosenku tiba-tiba diatas meja ruang tunggu Lab. Struktur aku melihat sebuah flash dist aku baca inisial nama di flash dist tersebut tertulis SAED, aku langsung berpikir mungkin ini punya bang saed terjatuh waktu tadi ngejekin aku “ Huh…!! Tau rasa kualat makanya jangan suka ngerjain orang !!” Cetusku dalam hati senang tapi tiba-tiba aku merasa iba dan kasihan jangan-jangan di flash dist ini ada data kuliahnya yang penting.
Secepatnya aku pergi mencari bang saed. Aku keruang seminar tapi bang saed tidak ada di sana, aku mencoba mencari-cari teman bang saed tapi tetap juga tidak ketemu seorangpun, nomor ponselnya juga aku tidak tau akhirnya aku berputar-putar di sekitar kampus seharian kelelahan akupun pulang. Tapi pikiranku belum tenang aku masih memikirkan flash dist bang saed.
Hingga esoknya aku keruang Lab. Struktur lagi, aku tanyain bang saed di mana pada salah seorang pengurus Lab. Struktur.
“Ada perlu apa sama bang saed ?” Tanya salah seorang dari mereka
“Ini kemarin flash dist bang saed tinggal di atas meja.” Ucapku
Tiba-tiba mereka semua pelototi aku dengan tajam.
“Jadi flash distnya bang saed ada sama kamu, kok gak bilang-bilang sih !!” Teriak mereka ketus aku jadi kaget.
“Tau gak, gara-gara kamu bang saed gagal jadi salah satu calon beasiswa S2 ke jerman !!” teriak mereka lagi, aku semakin tidak karuan dan bersalah juga tidak mengerti apa benar semua kesalahanku.
“Kenapa gak langsung ngasih ke kami atau kamu sengaja ya !!” Teriak mereka lagi makin memojokkanku.
Aku menjadi kebingungan sendiri tanpa sadar air matapun mulai mengucur di pipiku, aku terdiam tervonis untuk sesuatu yang aku tidak mengerti dan aku merasa bersalah tidak sanggup menahan semua tuduhan itu akupun keluar dari Lab. Struktur dan mereka semua menyorakiku, aku pergi keluar sambil menghapus air mataku dan bergegas pulang kerumah. Sedih rasanya di pojokkan seperti itu tapi apa boleh buat aku juga bersalah harusnya aku segera mengembalikan flash dist itu tapi aku sudah berusaha mencari bang saed atau teman-temannya tapi gak ketemu apa aku masih pantas disalahkan juga, mengingat semua itu air mata kembali tumpah ruah di pipiku aku menangis dengan kerasnya.
Aku terdiam setelah lelah menangis, mataku bengkak dan wajahku terlihat sembab secepatnya aku ke kamar mandi membasuh wajahku agar kembali tenang sebelum kakak pulang nanti dia bisa bertanya macam-macam jika melihat mataku bengkak. Aku kembali membuka diaryku, kubaca kembali dengan seksama semua impian dan cita-citaku tercatat dalam diary tersebut. Kadang aku menangis jika membaca diary tersebut kadang tertawa rasanya jadi lucu sendiri, satu hal yang selalu membebaniku sampai saat ini, sang fajar aku belum menemukan sang fajar di hatiku padahal aku sangat menantikan sang fajar di bulan ramadhan ini namun semua masih menjadi rahasia yang kuasa aku hanya bisa ikhtiar semoga mendapat yang terbaik.
Aku menutup kembali diaryku dan bergegas keluar rumah aku pergi kesuatu tempat dan duduk menyendiri di tempat itu, ponselku berbunyi begitu kulihat sebuah nomor baru aku malas mengangkatnya kubiarkan saja berbunyi sampai berhenti sendiri. Tiba-tiba sebuah sms masuk aku membukanya
“Nassyria angkat ya ini bang saed, lagi di mana sekarang ?” isi sms tersebut. Aku enggan untuk membalasnya aku takut dia akan marah-marah padaku karena aku tidak segera mengembalikan flash distnya, aku jadi kebingungan sendiri. Suara ponselku kembali berbunyi bang saed menelphon kembali aku masih enggan untuk mengangkatnya, tapi ponsel terus berbunyi sampai aku memberanikan diri untuk mengirim satu pesan sms pada bang saed.
Aku mengatakan posisiku berada padanya lalu sms balasan segera masuk dia menyuruh aku untuk tetap di tempatku sekarang karena dia akan kesini. Aku tidak membalas lagi sms dari bang saed, aku masih terus duduk melamun di tempatku. Tak begitu lama bang saed sampai, aku menatapnya dengan sedih lalu segera memalingkan wajahku darinya. Diapun tidak mengatakan apa-apa hanya duduk diam tak begitu jauh disampingku.
Aku segera mengeluarkan flash dist bang saed dari tasku.
“ Maaf bang nassyria telat balikin flashnya bang saed, gara-gara nassyria bang saed gak jadi S2 keluar negeri.” Ucapku sendu.
“Nassyria, bang saed yang harus minta maaf karena teman-teman abang marahin kamu waktu itu, kamu gak salah kok abang sendiri yang ceroboh.”
“ Harusnya flash abang segera nassy balikin.” Ucapku
“ Iya kalau kamu punya nomor ponsel abang dan bisa tanya posisi abang di mana, tapi kamu kan gak punya nomor ponsel abang jadi pasti kesulitan nyari abang benarkan ?” Tanyanya lebih bijak dari pada teman-temannya.
Aku menjadi sedih sendiri.
“ Nassy dah coba nyari teman abang tapi gak ada, akhirnya nassy pulang karena udah kecapean mutar-mutar sekitar kampus.” Jelasku sedih
“ Tapi nassy malah di marahin sama teman-teman abang.” Ucapku tanpa sadar air mata mulai menetes di pipiku.
“ Nassy maafin teman-teman abang ya, udah nassy gak usah nangis nassy gak salah yang salah itu abang.”
“ Tapi gara-gara nassy abang gak lewat seleksi tuk S2 di jerman padahal di flash itu semua berkas untuk S2 ke sana.” Ucapku makin menyesal
“ Abang memang gak lulus S2 di jerman tapi abang masih punya pilihan lain kok abang bisa ambil S2 di inggris.” Jelas bang saed.
Aku menatap kearah pria itu.
“ Maksud abang ?” Tanyaku penasaran.
“ Abang pikir kalau lewat beasiswa ke jerman awal agustus ini abang bisa segera berangkat ke sana, makin cepat makin bagus. Sementara di inggris nanti setelah lebaran makanya abang coba tes juga yang di jerman itu.” Jelas bang saed
“ Kalau memang gak lewat di jerman ya sudah gak masalah kok kan ada peluang di inggris, lagian setelah abang pikir mungkin lebih baik perginya habis lebaran jadikan abang masih bisa puasa bersama keluarga kalau di jerman pasti sendirian gak ada yang masakin tuk buka puasa, juga gak ada yang bangunin sahur nantinya kecuali nassy mau ikut abang hehehe…” Ucapnya ketawa.
Aku langsung murka kembali.
“ Apaan sih, mau usilin nassy lagi ya.” Cetusku kesal.
“ Siapa yang usil, mang kalau benaran gak boleh ya ?” Nanya bang saed
Aku terdiam tanpa kata-kata lalu aku menunduk, aku tau bahwa diriku bukanlah orang yang tepat buat bang saed tapi mendengar seseorang berkata seperti itu dan mengharapkanku rasanya sangat bahagia.
“ Di awal tahun ini nassy bercita-cita bahwa puasa kali ini nassy tidak sendiri lagi, nassy berharap bisa berbagi dengan seseorang di bulan puasa ini. Berbagi keindahan bulan ramadhan itu impian nassy tapi ternyata sang fajar yang nassy nantikan belum muncul Allah masih menunda impian nassy meski nassy merasa yakin siap untuk berbagi dengan seseorang tapi mungkin Allah tau nassy belum siap sama sekali hingga nassy harus menerima kenyataan bahwa impian nassy masih tertunda.” Jelasku panjang lebar. Aku malu dan heran kok bisa menceritakan impianku pada bang saed
“ Bang saed pasti ketawa dengar cerita nassy !” Ucapku
Bang saed hanya terdiam lalu tersenyum, akupun makin malu
“ Bagaimana kalau sang fajar yang nassy nantikan itu ada di samping nassy saat ini, apa nassy siap untuk berbagi dengannya di bulan puasa ini.”
Aku menoleh secepatnya kearah bang saed mendengar ucapannya. Aku terdiam tanpa kata-kata.
“ Kalau siap, bang saed mau berbagi keindahan bulan ramadhan ini dengan nassy.” Ucapnya
Tanpa pikir panjang akupun secepatnya bergegas pergi dari hadapan bang saed.
“Ingat nassy abang serius, bulan sembilan kamu harus segera selesai kuliah karena kita akan pergi ke inggis sama-sama.” Teriaknya
Aku tidak menghiraukannya aku secepatnya mengambil motorku dan pergi namun dalam hati aku tersenyum dan bahagia sekali mendengar ucapan bang saed, begitupun bang saed terlihat begitu gembira dengan apa yang dikatakannya padaku. Selanjutnya aku tidak tau apa yang akan terjadi hanya Allah yang tau bagaimana perkembangan hubunganku berikutnya dengan bang saed.

TAMAT

1 komentar:

iboezz mengatakan...

karya-karya fit menurut k2 cukup bagus,kenapa ga fit coba tuangkan di majalah-majalah atau media-media yang lain. ya sperti nilai tambahlah...!!!! " Jadikan Hobi yang menghasilkan"....!!!