RINDUKU
Hatiku menjerit
Memanggil-manggil nama_Mu
Ya Rabbi….Ya Rabbi…Ya Rabbi
Kurindukan_Mu dalam sepinya malamku
Kuharapkan uluran tangan_Mu
Lewat pintu hidayah_Mu
Lalu setetes air sejukkan hatiku
Ketika ku basuh anggota tubuhku
Demi tuk mengharap satu belas kasih_Mu
Lewat sujudku 5 kali dalam sehari
Di sana kutemukan ketenangan
Rindu di hatiku
Menjerit menyebut nama_Mu
Tanpa henti ku tak ingin berhenti
Agarku tetap dekat dengan_Mu
Ya Rabbi…Ya Rabbi…Ya Rabbi…
Bukakan tukku pintu Hidayah_Mu
Melepas semua kerinduanku
Saat hati, mulut dan jiwaku sebut nama_Mu
Memujamu tanpa henti itulah rinduku
Ya Rabbi…Ya Rabbi…Ya Rabbi…
Semaikanlah Rinduku pada_Mu di hatiku
By : Fitri
RAMADHAN YA RAMANDAN
Aku nantikan sepenuh jiwa
Aku dambakan sepanjang tahun
Bertemu denganmu dalam sehat
Demi menunaikan sebuah ibadah
Ramadhan Ya Ramadhan
Bulan penuh berkah
Pintu tobat terbuka lebar
Bulan penuh rahmat
Mendekatkan diri pada sang khaliq
Indah tak terkira
Lapar haus tak jadi kedala
Demi untuk melaksanakan ibadah
Bekal berharga di akhir nanti
Ramadhan Ya Ramadhan……….
Ku tunggu penuh debaran
Menantikanmu penuh bahagia
Hingga kau menyapa di tahun ini
Ku sambut penuh haru
By : Fitri
Senin, Agustus 25, 2008
Jumat, Agustus 22, 2008
karya 4
KISAH ACEH
Ini adalah sebuah kisah tentang bumi yang terus dihunjam darah.
Darah menetes dari luka tangan yang tersayat pisau
Darah menetes dari luka dada yang tertembak peluru
Darah menetes dari luka-luka tubuh yang terhantam letusan “bom”
Darah terus mengalir, menggenang, dan mengering di tanah rencong.
Tak hanya ber-tahun, tapi telah berabad lamanya.
Luar biasa amukan orang berperang hingga sekian lama
Hingga tak ada kain pel yang bisa menyeka darah setebal kitab.
Hingga laut mencoba bicara tentang arti kesucian diatas bumi
Lautpun bergemuruh
Untuk membersihkan darah diatas bumi yang tertanam tulang-tulang manusia.
Abaikan teriakan mulut kita yang terus bertasbih.
Semua orang menjadi terluka.
Luka…. luka…. Terasa perih….
terkoyak reruntuhan kayu dan hantaman batu.
Lukaku perihku, perih dilukaku, menjadi borok bernanah tak terjamah.
Burung kematian bernada parau mengelilingi, suaranya seirama erangan kesakitan
orang-orang, hingga tercipta alunan yang menyayat, menjadi orkestrasi erangan yang menggetarkan.
Serambi mekahku mengaduh bersamaan deras air mataku, bersama deras darahku. Nyeri daging dan tulang menjadi satu.
Acehku bersimbah darah
Menetes tanpa henti dari sayatan pisau keangkuhan
Melumurin tanahku yang suci nan elok
Tanpa henti tanpa tau kapan kan berakhir
Darah terus mengalir, menggenang dan mongering di bumiku aceh
Kian lama waktu tlah berlalu
Senjata tlah menrenggut kedamaian
Tumpahkan darah kotori serambi mekah
Lautpun bergemuruh, mengerang, menjerit hantarkan protes
Menghantam apapun yang menghadang,
Membanjiri dataran yang menjerit
Bersihkan noda diatas bumi
Jiwa menjerit mulut bertasbih mata menangis
Tangisi jiwa yang terluka
Perih…….perih…perih luka di badan
Terhantam amukan gelombang
Serpihan kayu batu perihkan luka
Jiwa menjerit…..menjerit…berteriak….sakit…perih luka di badan
Amukan ombak hanjutkan jiwa
Abaikan teriakan tasbih tak henti
Laut panggil ombak menyapu bersih genangan darah.
Amuk Ombak bergelung di atas badan,
Jiwa-jiwa bergelimpangan tiada nyawa di badan
Burung kematian senandungkan syair, mengelilingingi jiwa-jiwa tak bernyawa
Erangan kesakitan makin lirih menyayat sanubariku
Serambi mekahku menangis air mataku menetes sanubariku terusi
Dalam jerita jiwa aceh tercintaku
By : Fitri/Prakoso
Ini adalah sebuah kisah tentang bumi yang terus dihunjam darah.
Darah menetes dari luka tangan yang tersayat pisau
Darah menetes dari luka dada yang tertembak peluru
Darah menetes dari luka-luka tubuh yang terhantam letusan “bom”
Darah terus mengalir, menggenang, dan mengering di tanah rencong.
Tak hanya ber-tahun, tapi telah berabad lamanya.
Luar biasa amukan orang berperang hingga sekian lama
Hingga tak ada kain pel yang bisa menyeka darah setebal kitab.
Hingga laut mencoba bicara tentang arti kesucian diatas bumi
Lautpun bergemuruh
Untuk membersihkan darah diatas bumi yang tertanam tulang-tulang manusia.
Abaikan teriakan mulut kita yang terus bertasbih.
Semua orang menjadi terluka.
Luka…. luka…. Terasa perih….
terkoyak reruntuhan kayu dan hantaman batu.
Lukaku perihku, perih dilukaku, menjadi borok bernanah tak terjamah.
Burung kematian bernada parau mengelilingi, suaranya seirama erangan kesakitan
orang-orang, hingga tercipta alunan yang menyayat, menjadi orkestrasi erangan yang menggetarkan.
Serambi mekahku mengaduh bersamaan deras air mataku, bersama deras darahku. Nyeri daging dan tulang menjadi satu.
Acehku bersimbah darah
Menetes tanpa henti dari sayatan pisau keangkuhan
Melumurin tanahku yang suci nan elok
Tanpa henti tanpa tau kapan kan berakhir
Darah terus mengalir, menggenang dan mongering di bumiku aceh
Kian lama waktu tlah berlalu
Senjata tlah menrenggut kedamaian
Tumpahkan darah kotori serambi mekah
Lautpun bergemuruh, mengerang, menjerit hantarkan protes
Menghantam apapun yang menghadang,
Membanjiri dataran yang menjerit
Bersihkan noda diatas bumi
Jiwa menjerit mulut bertasbih mata menangis
Tangisi jiwa yang terluka
Perih…….perih…perih luka di badan
Terhantam amukan gelombang
Serpihan kayu batu perihkan luka
Jiwa menjerit…..menjerit…berteriak….sakit…perih luka di badan
Amukan ombak hanjutkan jiwa
Abaikan teriakan tasbih tak henti
Laut panggil ombak menyapu bersih genangan darah.
Amuk Ombak bergelung di atas badan,
Jiwa-jiwa bergelimpangan tiada nyawa di badan
Burung kematian senandungkan syair, mengelilingingi jiwa-jiwa tak bernyawa
Erangan kesakitan makin lirih menyayat sanubariku
Serambi mekahku menangis air mataku menetes sanubariku terusi
Dalam jerita jiwa aceh tercintaku
By : Fitri/Prakoso
Sabtu, Agustus 16, 2008
Karya 3
MENANTI SANG FAJAR DI BULAN RAMADHAN
Aku menatap langit mendung masih menutup cerahnya langit siang ini, gerimis belum juga turun udara terlihat sejuk tidak sepanas biasanya. Seperti biasa aku duduk di perpustakaan kampusku sambil terus melihat lalu lalang mahasiswa yang sibuk bolak balik masuk perpustakaan. Beragam ciri khas terlihat dari mereka menunjukkan begitu ramainya khas rupa dari daerahku, pandanganku tak hanya menatap mereka aku menatap tingginya langit biru disebelah barat aku lihat langit begitu mendung dan hitam pasti hujan telah turun dengan deras di sana, memang akhir-akhir ini curah hujan di daearahku sedikit terganggu setelah peristiwa maha dasyat menggempar seluruh wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aku melihat kembali arlogi di tanganku satu jam setengah telah berlalu, aku bergegas kembali memasukan buku dan laptopku kedalam ransel jarak perpustakaan dari rumahku tak begitu jauh sehingga aku bisa berjalan kaki pulang dari pustaka di tambah lagi dengan cuaca yang sejuk membuat perjalananku semakin nyaman.
Ternyata cuaca memang sangat buruk dan tidak stabil, baru beberapa langkah aku berjalan hujan mengguyur sang bumi dengan deras tanpa isyarat apapun juga, spontan aku berlari kencang mencari tempat perlindungan hal pertama yang harus aku lindungi adalah laptop dan bukuku karena kedua benda itu adalah masa depanku saat ini, untungnya aku membawa jaket didalam tasku sebagai antisipasi kalau hujan tiba-tiba turun tapi sayang aku mengabaikan pepatah sedia payang sebelum hujan ( hehehe…), aku berteduh di bawah kursi beton yang tak jauh dari perpustakaan untuk menghindari hujan, langit yang tadi terlihat agak cerah kini menjadi hitam pekat hujan turun dengan derasnya. Aku mulai merasakan kedinginan tapi terus terang hal itu sama sekali tidak menggangguku karena aku paling suka jika hujan turun, rasanya begitu sejuk dingin dan segar asal jangan di suruh belanja saja ke pasar karena becek di mana-mana dan aku paling benci jika pakaian yang aku kenakan terkena lumpur atau percikan air kotor dijalananan karena kendaraan aku pasti akan jengkel dan kesal jika tak sendiri aku pasti akan merajuk dan mengomel tak habis-habisnya pada temanku (Heemm…hal buruk yang harus segera aku hilangkan).
Tak begitu lama aku berdiri di bawah lindungan atap tempat duduk dipustaka, aku mendengar suara azan aku kembali melihat arlogiku ternyata waktu sudah masuk untuk sholat dzuhur. Mau tidak mau aku harus segera bergegas pulang meski hujan belum berhenti karena aku tidak mau melewati waktu dzuhurku lebih telat, akupun mengambil ancang-ancang untuk segera pergi kedekat halte aku naik angkot jadi tidak akan kebasahan karena rumahku tak begitu jauh dari pinggir jalan. Siap-siap mengambil ancang-ancang seseorang menyapaku dari belakang
“Hei Nassyria mau kemana ?” Tanyanya ramah aku segera menoleh kebelakang
“Bang saed !” Ucapku kaget salah seorang abang lettingku di campus
“Mau pulang tapi hujan belum berhenti.” Ucapku lagi
“Ya udah naik saja di belakang motor abang, biar abang antar pulang.” Tawarnya ramah. Terus terang aku menjadi kebingungan sendiri antara naik dan tidak selama ini aku belum pernah naik di belakang motor laki-laki yang belum aku kenal kecuali ayah, saudaraku atau teman-teman yang sudah cukup aku percayai, bukannya aku tidak mempercayai bang saed tapi bagiku dia masih asing karena kami belum begitu dekat.
Sejenak aku terdiam tanpa mengatakan apa-apa.
“Kenapa ? Takut ada yang marah ?” Godanya menahan tawa.
“Bukan sih, tapi….!” Jawabku kebingungan
“Belum pernah boncengan sama cowok ya ?” Tanyanya lagi sambil tertawa jahil.
Mukaku mulai merengut dan kesal akan godaan bang saed.
“Kalau gak naik keburu telat dzuhurnya.” Ucap bang saed pandangan menuju ke mesjid.
“Iya dech…” Ucapku segera naik kebelakang motor bang saed
Aku duduk menyamping
“Pegangan yang kuat.” Godanya kembali
“Huh, sory ya basi.” Balasku ketus
“Hahahaha…! Terdengar suara tawa lepas darinya sambil menyalakan motor.
Tak begitu lama sampailah di depan supermarket ibu kosku, rumah kosku tidak menerima tamu laki-laki sehingga apapun yang berhubungan dengan kampus harus dilakukan di luar rumah untuk kaum adam, sebagian temanku protes tapi buat aku dan kakakku semua itu memberikan kenyaman tersendiri apa lagi dengan kondisi kami yang jauh dari rumah, aku mengangap itu sebagai sikap antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bang saed menghentikan motornya di depan supermarket ibu kosku, dari mesjid sudah terdengar qamat bang saed menoleh kearah mesjid.
“Tuh kan gara-gara nassyria telat abang ke mesjid “ Ucapnya menatapku lekat-lekat.
“Maaf bang…” Ucapku nyesal
“Hehehe…bercanda kok, udah dulu ya abang ke mesjid.” Ucapnya kembali menghidupkan motor.
“Makasih bang ya hati-hati di jalan, sekali lagi maaf.” Ucapku makin merasa bersalah.
Bang saed hanya tersenyum bergegas pergi ke mesjid, aku segera berlari kedalam rumah dan bersiap-siap untuk sholat sebelum telat.
Usai sholat aku masih memikirkan bang saed ternyata orangnya sangat ramah pikirku, tapi setauku bang saed tipe laki-laki yang sangat jarang sekali terlihat dengan perempuan, di kampus dia dikenal dengan julukan jomblo sejati padahal tampangnya ganteng juga pinter tapi entah apa yang ada dalam benaknya aku jadi bertanya-tanya wanita seperti apa ya kira-kira yang bisa membuat dia jatuh cinta (hehehe…) pastinya bukan seperti aku, lagian untuk seorang saed kebanyakan mereka menikah dengan keluarga sendiri itupun sistem jodoh dan tidak aneh jika misalnya sekarang ada seorang wanita yang sudah dijodohkan dengannya waduh ngapain juga aku mikirin dia lebih baik mikirin diri sendiri ajalah.
Aku melihat jam diatas mejaku, udara yang sejuk membuat mataku tidak mau berkompromi padahal aku ingin menyelesaikan skripsiku tapi sepertinya aku harus mengalah dengan rasa ngantukku akupun merebahkan diriku diatas ranjang dan langsung tertidur pulas.
Tak begitu lama aku mendengar suara ketukan pintu, bergegas aku membukanya alangkah kagetnya aku melihat tamu yang datang.
“Bang Saed !!” teriakku histeris mata terbelalak kaget.
Dia langsung menerobos masuk dan duduk di sofa ruang tamuku lalu tersenyum dengan ramah kearahku.
“Sini duduk di samping abang.” Ajaknya
Aku makin kalang kabut melihat keluar apakah ibu dan bapak kos ada, melihat aku masih berdiri bengong bang saedpun berdiri mendekatiku lalu dia meraih tanganku mengajak duduk disampingnya, aku makin shock dan menjerit histeris lalu…..terbangun !!
“Haahh !!”
“Mimpi !!” Ucapku ngos-ngosan saking kagetnya
Aku cepat-cepat menggenggam erat tanganku nafasku masih tersenggal-segal kok bisanya dia muncul dalam mimpiku pikirku, suara azan asharpun berkumandang secepatnya aku kekamar mandi dan mengambil wudhu lalu sholat ashar dan berdoa tapi pikiranku masih juga mengingat mimpi aneh itu.
“Mimpi aneh, aku jadi lapar !” Keluhku bergegas kedapur dan melihat adakah makanan yang bisa aku makan.
Tak begitu lama kakakpun pulang aku sama sekali tidak menceritakan apapun tentang mimpiku padanya biasanya aku suka bercerita apapun pada kakak, apa lagi melihat wajah kakakku cemberut aku yakin pasti dia ada masalah di kantornya jadi habis magrib dia pasti akan menceritakan masalahnya padaku. Aku tinggal bersiap-siap saja.
Seperti dugaanku kakak langsung menceritakan masalahnya begitu habis magrib kekesalannya di kantor sudah bertumpuk-tumpuk tapi aku lihat dia enggan keluar dari kantor tersebut entah kenapa, yang pasti beberapa hari kemudian kekesalannya pasti akan lenyap begitulah kakakku.
Aku melihat kalender di meja belajarku beberapa minggu lagi menjelang bulan puasa, terlintas dalam benakku tentang niat di hatiku beberapa saat yang lalu, aku tau mungkin suara hatiku terlalu berat untukku hadapi saat ini karena itulah Allah menunda semua yang ada dalam benakku. Aku tersenyum dan menepis semua angganku lalu mengambil pulpen merah dan melingkari tanggal aku pulang ke rumah tuk megang.
Kehidupanku biasa saja aktifitas sehari-hari hanya kuliah selebihnya aku banyak menghabiskan waktu di rumah, ingin bekerja tapi tidak yakin aku takut malah skripsiku makin keteteran lagi, jadi aku harus bersabar untuk beberapa saat menunggu kuliahku selesai meski banyak tawaran yang datang tapi aku takut untuk mengambilnya. Jadi untuk sementara aku jadi pengangguran yang sok aktif (hehehe…).
Aku menarik gorden jendela di ruang tamu kulihat langit mendung kakakku sedang bersiap-siap kekantornya, akupun harus segera bersiap-siap menuju kekampus untuk konsultasi dengan pembimbing Tugas Akhir (TA).
Di kampus aku bertemu dengan beberapa temanku yang juga lagi sibuk dengan TA nya mereka jadi terkesan cuek dan sok sibuk (Maklum semua ngejar target wisuda bareng), aku nunggu dosen pembimbingku di Lab. Struktur keasikan sendirian bang saed muncul.
“Halloo nassyria !” Sapanya riang
Aku menoleh secepatnya, aku dengar suaranya agak serak-serak dia pasti sakit karena kehujanan kemaren.
“Bang saed sakit ya !” Tanyaku
“Cuma pilek biasa ko, lagi ngapain di sini ?” Tanyanya
“Mau jumpain pembimbing.”
“Oia, sampai mana udah Tanya.”
“Masih panjang perjalanannya bang.”
“Itulah pasti gak di buat, kesibukan pacaran sih.” Cetus bang saed
“Pacaran ! siapa juga yang pacaran !” Teriakku kesal bang saed malah ketawa melihat reaksiku.
“Hahaha…! Pantang di pancing hehehe…” Ucapnya.
Aku jadi terdiam cemberut
“Jangan ngambek-ngambek ntar TA nya gak selesai tuh.” Ucap bang saed
“Saed, bentar lg presentasi mahasiswa” Ucap salah satu teman bang saed bergegas keruang seminar.
“Udah dulu ya adik kecil, abang mau lihat mahasiswa abang presentasi dulu, jangan lupa TA nya segera di selesaikan.” Ucapnya
Gak sopan masa bilangin orang adik kecil cetusku dalam hati, aku berusaha untuk cuek sambil menunggu dosenku datang. Tak begitu lama dosenku datang aku langsung konsultasi. Ternyata lama juga hampir satu jam aku konsultasi dengan dosenku. Aku keluar dari ruang dosenku tiba-tiba diatas meja ruang tunggu Lab. Struktur aku melihat sebuah flash dist aku baca inisial nama di flash dist tersebut tertulis SAED, aku langsung berpikir mungkin ini punya bang saed terjatuh waktu tadi ngejekin aku “ Huh…!! Tau rasa kualat makanya jangan suka ngerjain orang !!” Cetusku dalam hati senang tapi tiba-tiba aku merasa iba dan kasihan jangan-jangan di flash dist ini ada data kuliahnya yang penting.
Secepatnya aku pergi mencari bang saed. Aku keruang seminar tapi bang saed tidak ada di sana, aku mencoba mencari-cari teman bang saed tapi tetap juga tidak ketemu seorangpun, nomor ponselnya juga aku tidak tau akhirnya aku berputar-putar di sekitar kampus seharian kelelahan akupun pulang. Tapi pikiranku belum tenang aku masih memikirkan flash dist bang saed.
Hingga esoknya aku keruang Lab. Struktur lagi, aku tanyain bang saed di mana pada salah seorang pengurus Lab. Struktur.
“Ada perlu apa sama bang saed ?” Tanya salah seorang dari mereka
“Ini kemarin flash dist bang saed tinggal di atas meja.” Ucapku
Tiba-tiba mereka semua pelototi aku dengan tajam.
“Jadi flash distnya bang saed ada sama kamu, kok gak bilang-bilang sih !!” Teriak mereka ketus aku jadi kaget.
“Tau gak, gara-gara kamu bang saed gagal jadi salah satu calon beasiswa S2 ke jerman !!” teriak mereka lagi, aku semakin tidak karuan dan bersalah juga tidak mengerti apa benar semua kesalahanku.
“Kenapa gak langsung ngasih ke kami atau kamu sengaja ya !!” Teriak mereka lagi makin memojokkanku.
Aku menjadi kebingungan sendiri tanpa sadar air matapun mulai mengucur di pipiku, aku terdiam tervonis untuk sesuatu yang aku tidak mengerti dan aku merasa bersalah tidak sanggup menahan semua tuduhan itu akupun keluar dari Lab. Struktur dan mereka semua menyorakiku, aku pergi keluar sambil menghapus air mataku dan bergegas pulang kerumah. Sedih rasanya di pojokkan seperti itu tapi apa boleh buat aku juga bersalah harusnya aku segera mengembalikan flash dist itu tapi aku sudah berusaha mencari bang saed atau teman-temannya tapi gak ketemu apa aku masih pantas disalahkan juga, mengingat semua itu air mata kembali tumpah ruah di pipiku aku menangis dengan kerasnya.
Aku terdiam setelah lelah menangis, mataku bengkak dan wajahku terlihat sembab secepatnya aku ke kamar mandi membasuh wajahku agar kembali tenang sebelum kakak pulang nanti dia bisa bertanya macam-macam jika melihat mataku bengkak. Aku kembali membuka diaryku, kubaca kembali dengan seksama semua impian dan cita-citaku tercatat dalam diary tersebut. Kadang aku menangis jika membaca diary tersebut kadang tertawa rasanya jadi lucu sendiri, satu hal yang selalu membebaniku sampai saat ini, sang fajar aku belum menemukan sang fajar di hatiku padahal aku sangat menantikan sang fajar di bulan ramadhan ini namun semua masih menjadi rahasia yang kuasa aku hanya bisa ikhtiar semoga mendapat yang terbaik.
Aku menutup kembali diaryku dan bergegas keluar rumah aku pergi kesuatu tempat dan duduk menyendiri di tempat itu, ponselku berbunyi begitu kulihat sebuah nomor baru aku malas mengangkatnya kubiarkan saja berbunyi sampai berhenti sendiri. Tiba-tiba sebuah sms masuk aku membukanya
“Nassyria angkat ya ini bang saed, lagi di mana sekarang ?” isi sms tersebut. Aku enggan untuk membalasnya aku takut dia akan marah-marah padaku karena aku tidak segera mengembalikan flash distnya, aku jadi kebingungan sendiri. Suara ponselku kembali berbunyi bang saed menelphon kembali aku masih enggan untuk mengangkatnya, tapi ponsel terus berbunyi sampai aku memberanikan diri untuk mengirim satu pesan sms pada bang saed.
Aku mengatakan posisiku berada padanya lalu sms balasan segera masuk dia menyuruh aku untuk tetap di tempatku sekarang karena dia akan kesini. Aku tidak membalas lagi sms dari bang saed, aku masih terus duduk melamun di tempatku. Tak begitu lama bang saed sampai, aku menatapnya dengan sedih lalu segera memalingkan wajahku darinya. Diapun tidak mengatakan apa-apa hanya duduk diam tak begitu jauh disampingku.
Aku segera mengeluarkan flash dist bang saed dari tasku.
“ Maaf bang nassyria telat balikin flashnya bang saed, gara-gara nassyria bang saed gak jadi S2 keluar negeri.” Ucapku sendu.
“Nassyria, bang saed yang harus minta maaf karena teman-teman abang marahin kamu waktu itu, kamu gak salah kok abang sendiri yang ceroboh.”
“ Harusnya flash abang segera nassy balikin.” Ucapku
“ Iya kalau kamu punya nomor ponsel abang dan bisa tanya posisi abang di mana, tapi kamu kan gak punya nomor ponsel abang jadi pasti kesulitan nyari abang benarkan ?” Tanyanya lebih bijak dari pada teman-temannya.
Aku menjadi sedih sendiri.
“ Nassy dah coba nyari teman abang tapi gak ada, akhirnya nassy pulang karena udah kecapean mutar-mutar sekitar kampus.” Jelasku sedih
“ Tapi nassy malah di marahin sama teman-teman abang.” Ucapku tanpa sadar air mata mulai menetes di pipiku.
“ Nassy maafin teman-teman abang ya, udah nassy gak usah nangis nassy gak salah yang salah itu abang.”
“ Tapi gara-gara nassy abang gak lewat seleksi tuk S2 di jerman padahal di flash itu semua berkas untuk S2 ke sana.” Ucapku makin menyesal
“ Abang memang gak lulus S2 di jerman tapi abang masih punya pilihan lain kok abang bisa ambil S2 di inggris.” Jelas bang saed.
Aku menatap kearah pria itu.
“ Maksud abang ?” Tanyaku penasaran.
“ Abang pikir kalau lewat beasiswa ke jerman awal agustus ini abang bisa segera berangkat ke sana, makin cepat makin bagus. Sementara di inggris nanti setelah lebaran makanya abang coba tes juga yang di jerman itu.” Jelas bang saed
“ Kalau memang gak lewat di jerman ya sudah gak masalah kok kan ada peluang di inggris, lagian setelah abang pikir mungkin lebih baik perginya habis lebaran jadikan abang masih bisa puasa bersama keluarga kalau di jerman pasti sendirian gak ada yang masakin tuk buka puasa, juga gak ada yang bangunin sahur nantinya kecuali nassy mau ikut abang hehehe…” Ucapnya ketawa.
Aku langsung murka kembali.
“ Apaan sih, mau usilin nassy lagi ya.” Cetusku kesal.
“ Siapa yang usil, mang kalau benaran gak boleh ya ?” Nanya bang saed
Aku terdiam tanpa kata-kata lalu aku menunduk, aku tau bahwa diriku bukanlah orang yang tepat buat bang saed tapi mendengar seseorang berkata seperti itu dan mengharapkanku rasanya sangat bahagia.
“ Di awal tahun ini nassy bercita-cita bahwa puasa kali ini nassy tidak sendiri lagi, nassy berharap bisa berbagi dengan seseorang di bulan puasa ini. Berbagi keindahan bulan ramadhan itu impian nassy tapi ternyata sang fajar yang nassy nantikan belum muncul Allah masih menunda impian nassy meski nassy merasa yakin siap untuk berbagi dengan seseorang tapi mungkin Allah tau nassy belum siap sama sekali hingga nassy harus menerima kenyataan bahwa impian nassy masih tertunda.” Jelasku panjang lebar. Aku malu dan heran kok bisa menceritakan impianku pada bang saed
“ Bang saed pasti ketawa dengar cerita nassy !” Ucapku
Bang saed hanya terdiam lalu tersenyum, akupun makin malu
“ Bagaimana kalau sang fajar yang nassy nantikan itu ada di samping nassy saat ini, apa nassy siap untuk berbagi dengannya di bulan puasa ini.”
Aku menoleh secepatnya kearah bang saed mendengar ucapannya. Aku terdiam tanpa kata-kata.
“ Kalau siap, bang saed mau berbagi keindahan bulan ramadhan ini dengan nassy.” Ucapnya
Tanpa pikir panjang akupun secepatnya bergegas pergi dari hadapan bang saed.
“Ingat nassy abang serius, bulan sembilan kamu harus segera selesai kuliah karena kita akan pergi ke inggis sama-sama.” Teriaknya
Aku tidak menghiraukannya aku secepatnya mengambil motorku dan pergi namun dalam hati aku tersenyum dan bahagia sekali mendengar ucapan bang saed, begitupun bang saed terlihat begitu gembira dengan apa yang dikatakannya padaku. Selanjutnya aku tidak tau apa yang akan terjadi hanya Allah yang tau bagaimana perkembangan hubunganku berikutnya dengan bang saed.
TAMAT
Aku menatap langit mendung masih menutup cerahnya langit siang ini, gerimis belum juga turun udara terlihat sejuk tidak sepanas biasanya. Seperti biasa aku duduk di perpustakaan kampusku sambil terus melihat lalu lalang mahasiswa yang sibuk bolak balik masuk perpustakaan. Beragam ciri khas terlihat dari mereka menunjukkan begitu ramainya khas rupa dari daerahku, pandanganku tak hanya menatap mereka aku menatap tingginya langit biru disebelah barat aku lihat langit begitu mendung dan hitam pasti hujan telah turun dengan deras di sana, memang akhir-akhir ini curah hujan di daearahku sedikit terganggu setelah peristiwa maha dasyat menggempar seluruh wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aku melihat kembali arlogi di tanganku satu jam setengah telah berlalu, aku bergegas kembali memasukan buku dan laptopku kedalam ransel jarak perpustakaan dari rumahku tak begitu jauh sehingga aku bisa berjalan kaki pulang dari pustaka di tambah lagi dengan cuaca yang sejuk membuat perjalananku semakin nyaman.
Ternyata cuaca memang sangat buruk dan tidak stabil, baru beberapa langkah aku berjalan hujan mengguyur sang bumi dengan deras tanpa isyarat apapun juga, spontan aku berlari kencang mencari tempat perlindungan hal pertama yang harus aku lindungi adalah laptop dan bukuku karena kedua benda itu adalah masa depanku saat ini, untungnya aku membawa jaket didalam tasku sebagai antisipasi kalau hujan tiba-tiba turun tapi sayang aku mengabaikan pepatah sedia payang sebelum hujan ( hehehe…), aku berteduh di bawah kursi beton yang tak jauh dari perpustakaan untuk menghindari hujan, langit yang tadi terlihat agak cerah kini menjadi hitam pekat hujan turun dengan derasnya. Aku mulai merasakan kedinginan tapi terus terang hal itu sama sekali tidak menggangguku karena aku paling suka jika hujan turun, rasanya begitu sejuk dingin dan segar asal jangan di suruh belanja saja ke pasar karena becek di mana-mana dan aku paling benci jika pakaian yang aku kenakan terkena lumpur atau percikan air kotor dijalananan karena kendaraan aku pasti akan jengkel dan kesal jika tak sendiri aku pasti akan merajuk dan mengomel tak habis-habisnya pada temanku (Heemm…hal buruk yang harus segera aku hilangkan).
Tak begitu lama aku berdiri di bawah lindungan atap tempat duduk dipustaka, aku mendengar suara azan aku kembali melihat arlogiku ternyata waktu sudah masuk untuk sholat dzuhur. Mau tidak mau aku harus segera bergegas pulang meski hujan belum berhenti karena aku tidak mau melewati waktu dzuhurku lebih telat, akupun mengambil ancang-ancang untuk segera pergi kedekat halte aku naik angkot jadi tidak akan kebasahan karena rumahku tak begitu jauh dari pinggir jalan. Siap-siap mengambil ancang-ancang seseorang menyapaku dari belakang
“Hei Nassyria mau kemana ?” Tanyanya ramah aku segera menoleh kebelakang
“Bang saed !” Ucapku kaget salah seorang abang lettingku di campus
“Mau pulang tapi hujan belum berhenti.” Ucapku lagi
“Ya udah naik saja di belakang motor abang, biar abang antar pulang.” Tawarnya ramah. Terus terang aku menjadi kebingungan sendiri antara naik dan tidak selama ini aku belum pernah naik di belakang motor laki-laki yang belum aku kenal kecuali ayah, saudaraku atau teman-teman yang sudah cukup aku percayai, bukannya aku tidak mempercayai bang saed tapi bagiku dia masih asing karena kami belum begitu dekat.
Sejenak aku terdiam tanpa mengatakan apa-apa.
“Kenapa ? Takut ada yang marah ?” Godanya menahan tawa.
“Bukan sih, tapi….!” Jawabku kebingungan
“Belum pernah boncengan sama cowok ya ?” Tanyanya lagi sambil tertawa jahil.
Mukaku mulai merengut dan kesal akan godaan bang saed.
“Kalau gak naik keburu telat dzuhurnya.” Ucap bang saed pandangan menuju ke mesjid.
“Iya dech…” Ucapku segera naik kebelakang motor bang saed
Aku duduk menyamping
“Pegangan yang kuat.” Godanya kembali
“Huh, sory ya basi.” Balasku ketus
“Hahahaha…! Terdengar suara tawa lepas darinya sambil menyalakan motor.
Tak begitu lama sampailah di depan supermarket ibu kosku, rumah kosku tidak menerima tamu laki-laki sehingga apapun yang berhubungan dengan kampus harus dilakukan di luar rumah untuk kaum adam, sebagian temanku protes tapi buat aku dan kakakku semua itu memberikan kenyaman tersendiri apa lagi dengan kondisi kami yang jauh dari rumah, aku mengangap itu sebagai sikap antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bang saed menghentikan motornya di depan supermarket ibu kosku, dari mesjid sudah terdengar qamat bang saed menoleh kearah mesjid.
“Tuh kan gara-gara nassyria telat abang ke mesjid “ Ucapnya menatapku lekat-lekat.
“Maaf bang…” Ucapku nyesal
“Hehehe…bercanda kok, udah dulu ya abang ke mesjid.” Ucapnya kembali menghidupkan motor.
“Makasih bang ya hati-hati di jalan, sekali lagi maaf.” Ucapku makin merasa bersalah.
Bang saed hanya tersenyum bergegas pergi ke mesjid, aku segera berlari kedalam rumah dan bersiap-siap untuk sholat sebelum telat.
Usai sholat aku masih memikirkan bang saed ternyata orangnya sangat ramah pikirku, tapi setauku bang saed tipe laki-laki yang sangat jarang sekali terlihat dengan perempuan, di kampus dia dikenal dengan julukan jomblo sejati padahal tampangnya ganteng juga pinter tapi entah apa yang ada dalam benaknya aku jadi bertanya-tanya wanita seperti apa ya kira-kira yang bisa membuat dia jatuh cinta (hehehe…) pastinya bukan seperti aku, lagian untuk seorang saed kebanyakan mereka menikah dengan keluarga sendiri itupun sistem jodoh dan tidak aneh jika misalnya sekarang ada seorang wanita yang sudah dijodohkan dengannya waduh ngapain juga aku mikirin dia lebih baik mikirin diri sendiri ajalah.
Aku melihat jam diatas mejaku, udara yang sejuk membuat mataku tidak mau berkompromi padahal aku ingin menyelesaikan skripsiku tapi sepertinya aku harus mengalah dengan rasa ngantukku akupun merebahkan diriku diatas ranjang dan langsung tertidur pulas.
Tak begitu lama aku mendengar suara ketukan pintu, bergegas aku membukanya alangkah kagetnya aku melihat tamu yang datang.
“Bang Saed !!” teriakku histeris mata terbelalak kaget.
Dia langsung menerobos masuk dan duduk di sofa ruang tamuku lalu tersenyum dengan ramah kearahku.
“Sini duduk di samping abang.” Ajaknya
Aku makin kalang kabut melihat keluar apakah ibu dan bapak kos ada, melihat aku masih berdiri bengong bang saedpun berdiri mendekatiku lalu dia meraih tanganku mengajak duduk disampingnya, aku makin shock dan menjerit histeris lalu…..terbangun !!
“Haahh !!”
“Mimpi !!” Ucapku ngos-ngosan saking kagetnya
Aku cepat-cepat menggenggam erat tanganku nafasku masih tersenggal-segal kok bisanya dia muncul dalam mimpiku pikirku, suara azan asharpun berkumandang secepatnya aku kekamar mandi dan mengambil wudhu lalu sholat ashar dan berdoa tapi pikiranku masih juga mengingat mimpi aneh itu.
“Mimpi aneh, aku jadi lapar !” Keluhku bergegas kedapur dan melihat adakah makanan yang bisa aku makan.
Tak begitu lama kakakpun pulang aku sama sekali tidak menceritakan apapun tentang mimpiku padanya biasanya aku suka bercerita apapun pada kakak, apa lagi melihat wajah kakakku cemberut aku yakin pasti dia ada masalah di kantornya jadi habis magrib dia pasti akan menceritakan masalahnya padaku. Aku tinggal bersiap-siap saja.
Seperti dugaanku kakak langsung menceritakan masalahnya begitu habis magrib kekesalannya di kantor sudah bertumpuk-tumpuk tapi aku lihat dia enggan keluar dari kantor tersebut entah kenapa, yang pasti beberapa hari kemudian kekesalannya pasti akan lenyap begitulah kakakku.
Aku melihat kalender di meja belajarku beberapa minggu lagi menjelang bulan puasa, terlintas dalam benakku tentang niat di hatiku beberapa saat yang lalu, aku tau mungkin suara hatiku terlalu berat untukku hadapi saat ini karena itulah Allah menunda semua yang ada dalam benakku. Aku tersenyum dan menepis semua angganku lalu mengambil pulpen merah dan melingkari tanggal aku pulang ke rumah tuk megang.
Kehidupanku biasa saja aktifitas sehari-hari hanya kuliah selebihnya aku banyak menghabiskan waktu di rumah, ingin bekerja tapi tidak yakin aku takut malah skripsiku makin keteteran lagi, jadi aku harus bersabar untuk beberapa saat menunggu kuliahku selesai meski banyak tawaran yang datang tapi aku takut untuk mengambilnya. Jadi untuk sementara aku jadi pengangguran yang sok aktif (hehehe…).
Aku menarik gorden jendela di ruang tamu kulihat langit mendung kakakku sedang bersiap-siap kekantornya, akupun harus segera bersiap-siap menuju kekampus untuk konsultasi dengan pembimbing Tugas Akhir (TA).
Di kampus aku bertemu dengan beberapa temanku yang juga lagi sibuk dengan TA nya mereka jadi terkesan cuek dan sok sibuk (Maklum semua ngejar target wisuda bareng), aku nunggu dosen pembimbingku di Lab. Struktur keasikan sendirian bang saed muncul.
“Halloo nassyria !” Sapanya riang
Aku menoleh secepatnya, aku dengar suaranya agak serak-serak dia pasti sakit karena kehujanan kemaren.
“Bang saed sakit ya !” Tanyaku
“Cuma pilek biasa ko, lagi ngapain di sini ?” Tanyanya
“Mau jumpain pembimbing.”
“Oia, sampai mana udah Tanya.”
“Masih panjang perjalanannya bang.”
“Itulah pasti gak di buat, kesibukan pacaran sih.” Cetus bang saed
“Pacaran ! siapa juga yang pacaran !” Teriakku kesal bang saed malah ketawa melihat reaksiku.
“Hahaha…! Pantang di pancing hehehe…” Ucapnya.
Aku jadi terdiam cemberut
“Jangan ngambek-ngambek ntar TA nya gak selesai tuh.” Ucap bang saed
“Saed, bentar lg presentasi mahasiswa” Ucap salah satu teman bang saed bergegas keruang seminar.
“Udah dulu ya adik kecil, abang mau lihat mahasiswa abang presentasi dulu, jangan lupa TA nya segera di selesaikan.” Ucapnya
Gak sopan masa bilangin orang adik kecil cetusku dalam hati, aku berusaha untuk cuek sambil menunggu dosenku datang. Tak begitu lama dosenku datang aku langsung konsultasi. Ternyata lama juga hampir satu jam aku konsultasi dengan dosenku. Aku keluar dari ruang dosenku tiba-tiba diatas meja ruang tunggu Lab. Struktur aku melihat sebuah flash dist aku baca inisial nama di flash dist tersebut tertulis SAED, aku langsung berpikir mungkin ini punya bang saed terjatuh waktu tadi ngejekin aku “ Huh…!! Tau rasa kualat makanya jangan suka ngerjain orang !!” Cetusku dalam hati senang tapi tiba-tiba aku merasa iba dan kasihan jangan-jangan di flash dist ini ada data kuliahnya yang penting.
Secepatnya aku pergi mencari bang saed. Aku keruang seminar tapi bang saed tidak ada di sana, aku mencoba mencari-cari teman bang saed tapi tetap juga tidak ketemu seorangpun, nomor ponselnya juga aku tidak tau akhirnya aku berputar-putar di sekitar kampus seharian kelelahan akupun pulang. Tapi pikiranku belum tenang aku masih memikirkan flash dist bang saed.
Hingga esoknya aku keruang Lab. Struktur lagi, aku tanyain bang saed di mana pada salah seorang pengurus Lab. Struktur.
“Ada perlu apa sama bang saed ?” Tanya salah seorang dari mereka
“Ini kemarin flash dist bang saed tinggal di atas meja.” Ucapku
Tiba-tiba mereka semua pelototi aku dengan tajam.
“Jadi flash distnya bang saed ada sama kamu, kok gak bilang-bilang sih !!” Teriak mereka ketus aku jadi kaget.
“Tau gak, gara-gara kamu bang saed gagal jadi salah satu calon beasiswa S2 ke jerman !!” teriak mereka lagi, aku semakin tidak karuan dan bersalah juga tidak mengerti apa benar semua kesalahanku.
“Kenapa gak langsung ngasih ke kami atau kamu sengaja ya !!” Teriak mereka lagi makin memojokkanku.
Aku menjadi kebingungan sendiri tanpa sadar air matapun mulai mengucur di pipiku, aku terdiam tervonis untuk sesuatu yang aku tidak mengerti dan aku merasa bersalah tidak sanggup menahan semua tuduhan itu akupun keluar dari Lab. Struktur dan mereka semua menyorakiku, aku pergi keluar sambil menghapus air mataku dan bergegas pulang kerumah. Sedih rasanya di pojokkan seperti itu tapi apa boleh buat aku juga bersalah harusnya aku segera mengembalikan flash dist itu tapi aku sudah berusaha mencari bang saed atau teman-temannya tapi gak ketemu apa aku masih pantas disalahkan juga, mengingat semua itu air mata kembali tumpah ruah di pipiku aku menangis dengan kerasnya.
Aku terdiam setelah lelah menangis, mataku bengkak dan wajahku terlihat sembab secepatnya aku ke kamar mandi membasuh wajahku agar kembali tenang sebelum kakak pulang nanti dia bisa bertanya macam-macam jika melihat mataku bengkak. Aku kembali membuka diaryku, kubaca kembali dengan seksama semua impian dan cita-citaku tercatat dalam diary tersebut. Kadang aku menangis jika membaca diary tersebut kadang tertawa rasanya jadi lucu sendiri, satu hal yang selalu membebaniku sampai saat ini, sang fajar aku belum menemukan sang fajar di hatiku padahal aku sangat menantikan sang fajar di bulan ramadhan ini namun semua masih menjadi rahasia yang kuasa aku hanya bisa ikhtiar semoga mendapat yang terbaik.
Aku menutup kembali diaryku dan bergegas keluar rumah aku pergi kesuatu tempat dan duduk menyendiri di tempat itu, ponselku berbunyi begitu kulihat sebuah nomor baru aku malas mengangkatnya kubiarkan saja berbunyi sampai berhenti sendiri. Tiba-tiba sebuah sms masuk aku membukanya
“Nassyria angkat ya ini bang saed, lagi di mana sekarang ?” isi sms tersebut. Aku enggan untuk membalasnya aku takut dia akan marah-marah padaku karena aku tidak segera mengembalikan flash distnya, aku jadi kebingungan sendiri. Suara ponselku kembali berbunyi bang saed menelphon kembali aku masih enggan untuk mengangkatnya, tapi ponsel terus berbunyi sampai aku memberanikan diri untuk mengirim satu pesan sms pada bang saed.
Aku mengatakan posisiku berada padanya lalu sms balasan segera masuk dia menyuruh aku untuk tetap di tempatku sekarang karena dia akan kesini. Aku tidak membalas lagi sms dari bang saed, aku masih terus duduk melamun di tempatku. Tak begitu lama bang saed sampai, aku menatapnya dengan sedih lalu segera memalingkan wajahku darinya. Diapun tidak mengatakan apa-apa hanya duduk diam tak begitu jauh disampingku.
Aku segera mengeluarkan flash dist bang saed dari tasku.
“ Maaf bang nassyria telat balikin flashnya bang saed, gara-gara nassyria bang saed gak jadi S2 keluar negeri.” Ucapku sendu.
“Nassyria, bang saed yang harus minta maaf karena teman-teman abang marahin kamu waktu itu, kamu gak salah kok abang sendiri yang ceroboh.”
“ Harusnya flash abang segera nassy balikin.” Ucapku
“ Iya kalau kamu punya nomor ponsel abang dan bisa tanya posisi abang di mana, tapi kamu kan gak punya nomor ponsel abang jadi pasti kesulitan nyari abang benarkan ?” Tanyanya lebih bijak dari pada teman-temannya.
Aku menjadi sedih sendiri.
“ Nassy dah coba nyari teman abang tapi gak ada, akhirnya nassy pulang karena udah kecapean mutar-mutar sekitar kampus.” Jelasku sedih
“ Tapi nassy malah di marahin sama teman-teman abang.” Ucapku tanpa sadar air mata mulai menetes di pipiku.
“ Nassy maafin teman-teman abang ya, udah nassy gak usah nangis nassy gak salah yang salah itu abang.”
“ Tapi gara-gara nassy abang gak lewat seleksi tuk S2 di jerman padahal di flash itu semua berkas untuk S2 ke sana.” Ucapku makin menyesal
“ Abang memang gak lulus S2 di jerman tapi abang masih punya pilihan lain kok abang bisa ambil S2 di inggris.” Jelas bang saed.
Aku menatap kearah pria itu.
“ Maksud abang ?” Tanyaku penasaran.
“ Abang pikir kalau lewat beasiswa ke jerman awal agustus ini abang bisa segera berangkat ke sana, makin cepat makin bagus. Sementara di inggris nanti setelah lebaran makanya abang coba tes juga yang di jerman itu.” Jelas bang saed
“ Kalau memang gak lewat di jerman ya sudah gak masalah kok kan ada peluang di inggris, lagian setelah abang pikir mungkin lebih baik perginya habis lebaran jadikan abang masih bisa puasa bersama keluarga kalau di jerman pasti sendirian gak ada yang masakin tuk buka puasa, juga gak ada yang bangunin sahur nantinya kecuali nassy mau ikut abang hehehe…” Ucapnya ketawa.
Aku langsung murka kembali.
“ Apaan sih, mau usilin nassy lagi ya.” Cetusku kesal.
“ Siapa yang usil, mang kalau benaran gak boleh ya ?” Nanya bang saed
Aku terdiam tanpa kata-kata lalu aku menunduk, aku tau bahwa diriku bukanlah orang yang tepat buat bang saed tapi mendengar seseorang berkata seperti itu dan mengharapkanku rasanya sangat bahagia.
“ Di awal tahun ini nassy bercita-cita bahwa puasa kali ini nassy tidak sendiri lagi, nassy berharap bisa berbagi dengan seseorang di bulan puasa ini. Berbagi keindahan bulan ramadhan itu impian nassy tapi ternyata sang fajar yang nassy nantikan belum muncul Allah masih menunda impian nassy meski nassy merasa yakin siap untuk berbagi dengan seseorang tapi mungkin Allah tau nassy belum siap sama sekali hingga nassy harus menerima kenyataan bahwa impian nassy masih tertunda.” Jelasku panjang lebar. Aku malu dan heran kok bisa menceritakan impianku pada bang saed
“ Bang saed pasti ketawa dengar cerita nassy !” Ucapku
Bang saed hanya terdiam lalu tersenyum, akupun makin malu
“ Bagaimana kalau sang fajar yang nassy nantikan itu ada di samping nassy saat ini, apa nassy siap untuk berbagi dengannya di bulan puasa ini.”
Aku menoleh secepatnya kearah bang saed mendengar ucapannya. Aku terdiam tanpa kata-kata.
“ Kalau siap, bang saed mau berbagi keindahan bulan ramadhan ini dengan nassy.” Ucapnya
Tanpa pikir panjang akupun secepatnya bergegas pergi dari hadapan bang saed.
“Ingat nassy abang serius, bulan sembilan kamu harus segera selesai kuliah karena kita akan pergi ke inggis sama-sama.” Teriaknya
Aku tidak menghiraukannya aku secepatnya mengambil motorku dan pergi namun dalam hati aku tersenyum dan bahagia sekali mendengar ucapan bang saed, begitupun bang saed terlihat begitu gembira dengan apa yang dikatakannya padaku. Selanjutnya aku tidak tau apa yang akan terjadi hanya Allah yang tau bagaimana perkembangan hubunganku berikutnya dengan bang saed.
TAMAT
AYAH HARUSKAH AKU KEHILANGANMU
AYAH HARUSKAH AKU KEHILANGANMU
Aku hanya bisa katakan betapa polos dia betapa rapuh dirinya bocah berusia 2 tahun dan 4 tahun keduanya perempuan, dia menangis keras dan menjerit tanpa henti saat sang nenek datang berkunjung ke rumahnya. Si kakak hanya terdiam dan mangut saja saat sang nenek menjemput tapi sang adik menangis histeris sambil menjerit-jerit tidak mau ikut bersama sang nenek. Tangisnya membuatku kaget saat itu aku masih bocah berusia 8 tahun hinggaku berlari secepatnya dan melihat bocah yang sedang menangis itu katakanlah dia bernama riana gadis cilik dengan paras cantik dan menawan, riana menangis keras kedua tangannya memeluk erat kaki ranjang di kamarnya aku terdiam tanpa kata-kata dan bertanya pada kakakku kenapa riana menangis, dengan gaya bahasa yang sangat polos kakakku yang masih berusia 11 tahun mengatakan bahwa riana mau diambil neneknya dan tinggal bersama ayahnya. Aku terdiam kaget antara mengerti dan tidak akan duduk persoalan yang sedang dialami orangtua riana dan cindy kakak riana yang kutau ayahnya tak pernah lagi pulang kerumah mereka dan setahuku riana tak pernah melihat ayahnya sejak dia lahir sampai berusia 2 tahun. Aku masih ingat dengan jelas tentang ayah riana dan cindy, pernah aku dekat sekali dengan laki-laki itu kemanapun dia pergi aku selalu mengikutinya di belakang saat itu aku masih berusia 5 tahun betapa aku akrab dan dekat dengan ayah mereka, setiap dia pulang dan makan siang di rumah aku dengan rajinnya selalu duduk di sampingnya dan melihat dia makan saat dia menawarkan makan siang aku malah mengeleng dengan polosnya, lalu cindy lahir dan aku punya adik yang sangat aku sayangi dan cantik sejak cindy mulai tumbuh besar dan paman ian tinggal bersama saudara laki-lakinya aku mulai jarang bertemu dengannya cindy dan juga bunda arfah mama cindy. Aku hanya berkunjung beberapa kali kerumah baru mereka jika ada acara keluarga saja, lalu entah apa yang terjadi bunda arfah kembali kerumahku kami kembali tinggal bersama aku melihat bundaku menjadi kurus namun aku tak pernah bertanya kenapa karena saat itu yang kutahu hanya bermain saja dengan cindy yang masih kecil. Bunda kembali kerumah nenek hampir saja memori itu hilang dari ingatanku. Tak begitu lama aku melihat perut bunda kembali membuncit ternyata saat itu bunda sedang mengadung riana. Jarak rumah nenek dan rumahku yang jauh membuat aku jarang bertemu dengan bunda sampai aku masuk sd dan aku tinggal di rumah nenek saat itu aku kembali dekat dengan cindy dan bunda.
Semakin hari perut bunda semakin membuncit sampai kemudian aku punya seorang adik lagi, aku sering bertanya pada mama dari mana adik muncul lalu mamaku mengatakan semalam pesawat datang lalu menjatuhkan seorang adik untuk kami lewat atap rumah dengan polosnya aku percaya pada cerita mamaku yang penting bagiku saat itu, bukan dari mana adik datang tapi punya seorang adik membuatku sangat senang dan gemas. Tiap hari sepulang sekolah aku selalu duduk di samping bunda lalu melihat riana yang masih bayi kulitnya merah jambu pipinya merona merah aku sangat geram dan gemas sering aku memegang tangannya yang mungil dan setiap dia menangis aku selalu jadi histeris sendiri, masa kecil yang sangat berharga saat aku masih menjadi seorang bocah. Meski aku sedang dilalaikan oleh kehadiran riana yang cantik aku selalu terheran-heran dan bingung melihat paman ian tak pernah pulang ke rumah hanya saja aku tak pernah bertanya pada bunda karena aku sudah terlalu senang dengan kehadiran riana tapi masih jelas dalam ingatanku paman ian tak pernah hadir saat riana lahir sampai kemudian riana berusia 1 tahun, meski samar tapi aku ingat paman ian pulang lalu dia pernah melihat riana dalam pelukan mamanya tapi riana menangis dan dia berpaling dari tatapan ayahnya jika ingatan itu kembali dalam pikiranku aku merasa sedih mengapa bayi yang begitu mungil dan cantik yang harusnya berada dalam limpahan kasih sayang kedua orangtuanya kini harus kehilangan kasih sayang itu aku tidak mengerti tapi itulah yang dirasakan bunda. Meski aku tidak pernah melihat bunda menangis tapi aku tau bunda pasti sangat sedih dengan semua yang dilakukan suaminya meninggalkan dia sendirian saat dia sangat membutuhkan suaminya di sisinya aku sedih membayangkan bunda sendirian dan menangis, namun meski apapun yang terjadi bunda mampu bertahan sendiri dan aku melihat ketegaran itu dalam dirinya. Hingga riana 2 tahun dan cindy berusia 4 tahun, neneknya selalu datang menjemput mereka ke rumah untuk bertemu dengan ayahnya, cindy tidak menolak karena dia memang tidak mengerti arti penolakan tapi riana menangis histeri begitu asing baginya nenek dan ayahnya malah seluruh anggota keluarga ayahnya.
Aku tidak pernah tau kalau saat itu bunda arfah dan paman ian sedang dalam proses perceraian, aku juga tidak tau duduk persoalan yang sebenarnya terjadi yang kutahu paman ian telah menyakit bunda arfah cindy dan riana paman ian telah menelantarkan mereka sejak mereka masih bayi dan sampai sekarang. Hingga aku dewasa dan saat itulah aku mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada bunda arfah dan paman ian. Bunda arfah bercerai dengan suaminya saat anak-anak mereka masih sangat kecil aku tidak begitu ingat lagi usia cindy dan riana waktu itu yang kutahu mereka belum duduk di bangku SD mereka masih sangat kecil dan mereka kehilangan ayahnya saat itu. Aku sedih membayangkan nasib mereka, bunda wanita yang baik dan sangat sabar dia selalu bisa menerima semua perlakuan suami dan keluarga suaminya dengan tabah itu yang aku lihat dari bundaku aku kagum dengan ketegarannya. Setelah mereka bercerai bunda kembali tinggal bersama nenek dan kakek yang saat ini sudah meninggal, nenek dan kakeklah yang menanggung kehidupan cindy dan riana sementara ayahnya sama sekali lepas tanggungjawab, paman ian tidak pernah memenuhi tanggungjawabnya pada putri-putrinya sampai cindy dan riana bersekolah hampir seluruh biaya sekolah mereka menjadi tanggungjawab kakek dan paman dari saudara laki-laki tertua mamaku, aku bersyukur meski ayah mereka menelantarkan mereka tapi keluarga kami masih peduli pada cindy dan riana. Sampai akhirnya mereka dewasa dan menjadi remaja yang cantik-cantik, ayah mereka menikah lagi dan punya anak dari istri keduanya tapi laki-laki semua. Ternyata semakin mereka dewasa mereka semakin bijaksana karena saat ini cindy dan riana masih mau mendatangi ayahnya jika sang ayah memintanya dan mereka mau tinggal bersama ibu tirinya jika mamanya berpergian, namun satu yang aku tidak habis pikir sampai detik ini paman ian tidak pernah menunjukan tanggungjawabnya pada kedua putrinya, apalagi mengenai pendidikan yang sering membantu pendidikan cindy dan riana justru adik dari ayah mereka sendiri sungguh aku melihat bahwa figure seorang ayah sama sekali tidak ada pada diri paman ian dia gagal mencintai dan menyayangi kedua putrinya hingga mereka terlantar, aku tau bagi cindy dan riana sangat sedih menerima perlakuan ayahnya namun mereka tetap bersabar dan tabah meski kadang aku sering melihat kesedihan dan mata yang berkaca-kaca saat cindy bercerita tentang ayahnya “haruskah cindy kehilangan ayah cindy kak” seolah-olah kata itulah yang keluar dari mulutnya sementara riana aku sering melihat kecuekan darinya buat riana dia seperti tidak pernah memiliki seorang ayah “Karna ayah memang tidak pernah menyayangi kami” kata-kata seperti itu lebih tepat menggambarkan perasaan riana pada ayahnya.
Sungguh berat kehilangan salah seorang orangtua bagi anak-anak, mereka ibarat sebuah bangunan yang tidak pernah direncanakan beban gempa sehingga sedikit tergoncang mereka menjadi tidak stabil, tapi bagi cindy dan riana juga bunda arfah apa yang dialami mereka tidak menjadi boomerang bagi mereka untuk membenci jalan takdirnya mereka tetap yakin mungkin mereka memang kehilangan kasih sayang dari ayahnya bagi cindy dan riana dan bunda arfah merasa di sia-siakan oleh orang yang dicintainya tapi tapi Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambanya dan Allah selalu menyayangi hamba-hambanya itulah yang menjadi pondasi dan kekuatan cindy, riana dan bunda arfah dalam bertahan menghadapi kemelut hidupnya Alhamdulillah mereka tetap merasa bahagia karena masih banyak orang lain yang menyayangi mereka. Sementara paman ian sendiri sampai saat ini tidak pernah berhasil dalam merintis usahanya apapun usaha yang di kerjakannya pada akhirnya selalu membawa kegagalan, aku jadi ingat bukankah Allah itu sudah mengatur rezeki untuk setiap anak hingga orangtuanya tidak perlu khawatir keberadaan anak-anaknya akan membuat mereka miskin, lalu apa yang akan mereka rasakan jika mereka menyia-nyiakan anak-anak itu tentu saja Allah juga akan menyia-nyiakan orangtua seperti itu. Semoga saja kita semua terlindung dari keburukan itu. Itu merupakan salah satu kisah yang ada dalam kehidupanku, kisah yang mengajarkanku untuk bisa menjadi wanita yang kuat dan tegar. Semoga bermanfaat buat yang membacanya.
Aku hanya bisa katakan betapa polos dia betapa rapuh dirinya bocah berusia 2 tahun dan 4 tahun keduanya perempuan, dia menangis keras dan menjerit tanpa henti saat sang nenek datang berkunjung ke rumahnya. Si kakak hanya terdiam dan mangut saja saat sang nenek menjemput tapi sang adik menangis histeris sambil menjerit-jerit tidak mau ikut bersama sang nenek. Tangisnya membuatku kaget saat itu aku masih bocah berusia 8 tahun hinggaku berlari secepatnya dan melihat bocah yang sedang menangis itu katakanlah dia bernama riana gadis cilik dengan paras cantik dan menawan, riana menangis keras kedua tangannya memeluk erat kaki ranjang di kamarnya aku terdiam tanpa kata-kata dan bertanya pada kakakku kenapa riana menangis, dengan gaya bahasa yang sangat polos kakakku yang masih berusia 11 tahun mengatakan bahwa riana mau diambil neneknya dan tinggal bersama ayahnya. Aku terdiam kaget antara mengerti dan tidak akan duduk persoalan yang sedang dialami orangtua riana dan cindy kakak riana yang kutau ayahnya tak pernah lagi pulang kerumah mereka dan setahuku riana tak pernah melihat ayahnya sejak dia lahir sampai berusia 2 tahun. Aku masih ingat dengan jelas tentang ayah riana dan cindy, pernah aku dekat sekali dengan laki-laki itu kemanapun dia pergi aku selalu mengikutinya di belakang saat itu aku masih berusia 5 tahun betapa aku akrab dan dekat dengan ayah mereka, setiap dia pulang dan makan siang di rumah aku dengan rajinnya selalu duduk di sampingnya dan melihat dia makan saat dia menawarkan makan siang aku malah mengeleng dengan polosnya, lalu cindy lahir dan aku punya adik yang sangat aku sayangi dan cantik sejak cindy mulai tumbuh besar dan paman ian tinggal bersama saudara laki-lakinya aku mulai jarang bertemu dengannya cindy dan juga bunda arfah mama cindy. Aku hanya berkunjung beberapa kali kerumah baru mereka jika ada acara keluarga saja, lalu entah apa yang terjadi bunda arfah kembali kerumahku kami kembali tinggal bersama aku melihat bundaku menjadi kurus namun aku tak pernah bertanya kenapa karena saat itu yang kutahu hanya bermain saja dengan cindy yang masih kecil. Bunda kembali kerumah nenek hampir saja memori itu hilang dari ingatanku. Tak begitu lama aku melihat perut bunda kembali membuncit ternyata saat itu bunda sedang mengadung riana. Jarak rumah nenek dan rumahku yang jauh membuat aku jarang bertemu dengan bunda sampai aku masuk sd dan aku tinggal di rumah nenek saat itu aku kembali dekat dengan cindy dan bunda.
Semakin hari perut bunda semakin membuncit sampai kemudian aku punya seorang adik lagi, aku sering bertanya pada mama dari mana adik muncul lalu mamaku mengatakan semalam pesawat datang lalu menjatuhkan seorang adik untuk kami lewat atap rumah dengan polosnya aku percaya pada cerita mamaku yang penting bagiku saat itu, bukan dari mana adik datang tapi punya seorang adik membuatku sangat senang dan gemas. Tiap hari sepulang sekolah aku selalu duduk di samping bunda lalu melihat riana yang masih bayi kulitnya merah jambu pipinya merona merah aku sangat geram dan gemas sering aku memegang tangannya yang mungil dan setiap dia menangis aku selalu jadi histeris sendiri, masa kecil yang sangat berharga saat aku masih menjadi seorang bocah. Meski aku sedang dilalaikan oleh kehadiran riana yang cantik aku selalu terheran-heran dan bingung melihat paman ian tak pernah pulang ke rumah hanya saja aku tak pernah bertanya pada bunda karena aku sudah terlalu senang dengan kehadiran riana tapi masih jelas dalam ingatanku paman ian tak pernah hadir saat riana lahir sampai kemudian riana berusia 1 tahun, meski samar tapi aku ingat paman ian pulang lalu dia pernah melihat riana dalam pelukan mamanya tapi riana menangis dan dia berpaling dari tatapan ayahnya jika ingatan itu kembali dalam pikiranku aku merasa sedih mengapa bayi yang begitu mungil dan cantik yang harusnya berada dalam limpahan kasih sayang kedua orangtuanya kini harus kehilangan kasih sayang itu aku tidak mengerti tapi itulah yang dirasakan bunda. Meski aku tidak pernah melihat bunda menangis tapi aku tau bunda pasti sangat sedih dengan semua yang dilakukan suaminya meninggalkan dia sendirian saat dia sangat membutuhkan suaminya di sisinya aku sedih membayangkan bunda sendirian dan menangis, namun meski apapun yang terjadi bunda mampu bertahan sendiri dan aku melihat ketegaran itu dalam dirinya. Hingga riana 2 tahun dan cindy berusia 4 tahun, neneknya selalu datang menjemput mereka ke rumah untuk bertemu dengan ayahnya, cindy tidak menolak karena dia memang tidak mengerti arti penolakan tapi riana menangis histeri begitu asing baginya nenek dan ayahnya malah seluruh anggota keluarga ayahnya.
Aku tidak pernah tau kalau saat itu bunda arfah dan paman ian sedang dalam proses perceraian, aku juga tidak tau duduk persoalan yang sebenarnya terjadi yang kutahu paman ian telah menyakit bunda arfah cindy dan riana paman ian telah menelantarkan mereka sejak mereka masih bayi dan sampai sekarang. Hingga aku dewasa dan saat itulah aku mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada bunda arfah dan paman ian. Bunda arfah bercerai dengan suaminya saat anak-anak mereka masih sangat kecil aku tidak begitu ingat lagi usia cindy dan riana waktu itu yang kutahu mereka belum duduk di bangku SD mereka masih sangat kecil dan mereka kehilangan ayahnya saat itu. Aku sedih membayangkan nasib mereka, bunda wanita yang baik dan sangat sabar dia selalu bisa menerima semua perlakuan suami dan keluarga suaminya dengan tabah itu yang aku lihat dari bundaku aku kagum dengan ketegarannya. Setelah mereka bercerai bunda kembali tinggal bersama nenek dan kakek yang saat ini sudah meninggal, nenek dan kakeklah yang menanggung kehidupan cindy dan riana sementara ayahnya sama sekali lepas tanggungjawab, paman ian tidak pernah memenuhi tanggungjawabnya pada putri-putrinya sampai cindy dan riana bersekolah hampir seluruh biaya sekolah mereka menjadi tanggungjawab kakek dan paman dari saudara laki-laki tertua mamaku, aku bersyukur meski ayah mereka menelantarkan mereka tapi keluarga kami masih peduli pada cindy dan riana. Sampai akhirnya mereka dewasa dan menjadi remaja yang cantik-cantik, ayah mereka menikah lagi dan punya anak dari istri keduanya tapi laki-laki semua. Ternyata semakin mereka dewasa mereka semakin bijaksana karena saat ini cindy dan riana masih mau mendatangi ayahnya jika sang ayah memintanya dan mereka mau tinggal bersama ibu tirinya jika mamanya berpergian, namun satu yang aku tidak habis pikir sampai detik ini paman ian tidak pernah menunjukan tanggungjawabnya pada kedua putrinya, apalagi mengenai pendidikan yang sering membantu pendidikan cindy dan riana justru adik dari ayah mereka sendiri sungguh aku melihat bahwa figure seorang ayah sama sekali tidak ada pada diri paman ian dia gagal mencintai dan menyayangi kedua putrinya hingga mereka terlantar, aku tau bagi cindy dan riana sangat sedih menerima perlakuan ayahnya namun mereka tetap bersabar dan tabah meski kadang aku sering melihat kesedihan dan mata yang berkaca-kaca saat cindy bercerita tentang ayahnya “haruskah cindy kehilangan ayah cindy kak” seolah-olah kata itulah yang keluar dari mulutnya sementara riana aku sering melihat kecuekan darinya buat riana dia seperti tidak pernah memiliki seorang ayah “Karna ayah memang tidak pernah menyayangi kami” kata-kata seperti itu lebih tepat menggambarkan perasaan riana pada ayahnya.
Sungguh berat kehilangan salah seorang orangtua bagi anak-anak, mereka ibarat sebuah bangunan yang tidak pernah direncanakan beban gempa sehingga sedikit tergoncang mereka menjadi tidak stabil, tapi bagi cindy dan riana juga bunda arfah apa yang dialami mereka tidak menjadi boomerang bagi mereka untuk membenci jalan takdirnya mereka tetap yakin mungkin mereka memang kehilangan kasih sayang dari ayahnya bagi cindy dan riana dan bunda arfah merasa di sia-siakan oleh orang yang dicintainya tapi tapi Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambanya dan Allah selalu menyayangi hamba-hambanya itulah yang menjadi pondasi dan kekuatan cindy, riana dan bunda arfah dalam bertahan menghadapi kemelut hidupnya Alhamdulillah mereka tetap merasa bahagia karena masih banyak orang lain yang menyayangi mereka. Sementara paman ian sendiri sampai saat ini tidak pernah berhasil dalam merintis usahanya apapun usaha yang di kerjakannya pada akhirnya selalu membawa kegagalan, aku jadi ingat bukankah Allah itu sudah mengatur rezeki untuk setiap anak hingga orangtuanya tidak perlu khawatir keberadaan anak-anaknya akan membuat mereka miskin, lalu apa yang akan mereka rasakan jika mereka menyia-nyiakan anak-anak itu tentu saja Allah juga akan menyia-nyiakan orangtua seperti itu. Semoga saja kita semua terlindung dari keburukan itu. Itu merupakan salah satu kisah yang ada dalam kehidupanku, kisah yang mengajarkanku untuk bisa menjadi wanita yang kuat dan tegar. Semoga bermanfaat buat yang membacanya.
Tak Ada yang Perlu di Khawatirkan Hidup itu Indah
Tak Ada yang Perlu di Khawatirkan Hidup itu Indah
Aku tersenyum saat melihat para sahabat di sampingku, wajah yang tampan dan cantik kini berkerut terlihat kacau dan kebingungan, begitu berat beban yang mereka pikul, berulang kali mereka menghela nafas lesu akupun tersenyum menatap mereka sambil bertanya “ Ada masalah apa kenapa terlihat lesu.” Mereka membalas tatapanku harap-harap cemas, seolah berharap ada keajaiban yang mampu meruntuhkan segala beban pikiran yang memberatkan pundaknya. Aku hanya menunggu waktu untuk mereka menceritakan masalahnya padaku karena aku yakin pada saat mereka bercerita mereka sudah merasa yakin untuk mempercayaiku dan mereka juga membutuhkan saran dan masukan dari seorang sahabat untuk meringankan beban mereka mencari cara terbaik dan bijaksana untuk menyelesaikan masalah yang membebani mereka. Ternyata tak begitu lama merekapun mulai memberiku kesempatan untuk bisa membantu mereka hingga akupun mendengar bermacam keluhan yang keluar dari benak mereka, menyedihkan, kasihan dan sangat disayangkan mungkin kata-kata itu ingin meluncur keluar dari mulutku tapi aku rasa kata-kata itu bukanlah sesuatu yang pantas aku keluarkan dari mulutku, mengapa ? karena tidak ada hal menyedihkan di dunia ini jika kita mampu menghadapi semua masalah dengan lapang dada. Kuingin katakan pada mereka apa itu yang dinamakan kekuatan hati, mental dalam jiwa kita dan kebijaksanaan dalam mengambil tindakan semua itu akan mempermudah seseorang untuk mencapai tahap hidup yang paling tinggi derajatnya yaitu kesabaran, rasa syukur dan iklas itulah tombak paling ampuh untuk membunuh penyakit hati dalam versi hidup manusia. Lalu aku bercerita panjang lebar pada mereka memberi mereka bermacam-macam contoh masalah dan kepahitan hidup agar semangat dan keyakinan kembali tumbuh dalam hati mereka, awalnya mereka mendengar dengan seksama lalu terlihat senyum di bibir mereka sambil mengatakan “Benar juga ya masalah yang aku hadapi belum seberapa di bandingkan masalah mereka.” Aku tersenyum dan lega ternyata semua yang kukatakan bisa meresap kedalam hati mereka, hingga mereka kembali merasa optimis dan yakin bahwa tidak ada masalah yang bisa menggoyahkan pertahanan mereka dalam menghadapi problema hidup.
Tapi ternyata semua tak berjalan sesuai dengan yang aku harapkan dan yang mereka harapkan, semua curhatan yang tadi terlihat berguna ternyata malah menjadi sama sekali tidak berguna lagi setelah beberapa hari kedepan. Semua yang pernah aku katakan seolah-olah hilang seketika dalam benak sahabat hingga mereka datang lagi dan mengadukan kembali hal yang sama, aku jadi bingung apa yang harus kukatakan ? ingin marah rasanya mustahil dan tidak tega, terlalu tegas pada mereka malah mungkin akan menyakiti mereka, menolak menjadi teman curhatan mereka lebih parah lagi. Satu-satunya cara yaitu membiarkan mereka kembali menceritakan masalahnya dari awal lalu aku bisa melihat adanya perubahan dalam cerita tersebut perubahan yang menunjukan kelemahan diri kita sendiri yaitu tidak siap menerima kenyataan dalam hidup apalagi kenyataan pahit itulah yang terjadi. Saya sadar kita semua mengalami hal itu termasuk saya sendiri tapi haruskah semua itu jadi beban seumur hidup rasanya sangat merugikan diri kita menurut saya. Bukankah kehidupan kita terus berjalan selama nyawa masih di kandung badan, lalu haruskah setiap detik perjalanan itu dilalui dengan kesedihan rasanya sangat kasihan saya hanya perlu mengatakan pada sahabat tak ada yang perlu dikhawatirkan hidup itu indah karena itu petiklah keindahan itu oleh tangan kita sendiri karena orang lain tidak mungkin bisa memberikan keindahan seperti yang kita inginkan selain diri kita sendiri. Tak perlu menyesali masa lalu karena semua sudah berlalu, yang harus dilakukan menjadikan masa depan itu indah, tak ada yang perlu di benci karena kita semua sama-sama makhluk tuhan punya kelebihan dan kekurangan jadi nikmati apa saja yang menjadi milik kita yang diberikan oleh Allah SWT dengan begitu hiduppun akan terasa indah karena kita telah menjadi diri kita sendiri secara utuh sehingga siapa menghadapi semua kemelut dalam kehidupan hiduppun menjadi indah.
Aku tersenyum saat melihat para sahabat di sampingku, wajah yang tampan dan cantik kini berkerut terlihat kacau dan kebingungan, begitu berat beban yang mereka pikul, berulang kali mereka menghela nafas lesu akupun tersenyum menatap mereka sambil bertanya “ Ada masalah apa kenapa terlihat lesu.” Mereka membalas tatapanku harap-harap cemas, seolah berharap ada keajaiban yang mampu meruntuhkan segala beban pikiran yang memberatkan pundaknya. Aku hanya menunggu waktu untuk mereka menceritakan masalahnya padaku karena aku yakin pada saat mereka bercerita mereka sudah merasa yakin untuk mempercayaiku dan mereka juga membutuhkan saran dan masukan dari seorang sahabat untuk meringankan beban mereka mencari cara terbaik dan bijaksana untuk menyelesaikan masalah yang membebani mereka. Ternyata tak begitu lama merekapun mulai memberiku kesempatan untuk bisa membantu mereka hingga akupun mendengar bermacam keluhan yang keluar dari benak mereka, menyedihkan, kasihan dan sangat disayangkan mungkin kata-kata itu ingin meluncur keluar dari mulutku tapi aku rasa kata-kata itu bukanlah sesuatu yang pantas aku keluarkan dari mulutku, mengapa ? karena tidak ada hal menyedihkan di dunia ini jika kita mampu menghadapi semua masalah dengan lapang dada. Kuingin katakan pada mereka apa itu yang dinamakan kekuatan hati, mental dalam jiwa kita dan kebijaksanaan dalam mengambil tindakan semua itu akan mempermudah seseorang untuk mencapai tahap hidup yang paling tinggi derajatnya yaitu kesabaran, rasa syukur dan iklas itulah tombak paling ampuh untuk membunuh penyakit hati dalam versi hidup manusia. Lalu aku bercerita panjang lebar pada mereka memberi mereka bermacam-macam contoh masalah dan kepahitan hidup agar semangat dan keyakinan kembali tumbuh dalam hati mereka, awalnya mereka mendengar dengan seksama lalu terlihat senyum di bibir mereka sambil mengatakan “Benar juga ya masalah yang aku hadapi belum seberapa di bandingkan masalah mereka.” Aku tersenyum dan lega ternyata semua yang kukatakan bisa meresap kedalam hati mereka, hingga mereka kembali merasa optimis dan yakin bahwa tidak ada masalah yang bisa menggoyahkan pertahanan mereka dalam menghadapi problema hidup.
Tapi ternyata semua tak berjalan sesuai dengan yang aku harapkan dan yang mereka harapkan, semua curhatan yang tadi terlihat berguna ternyata malah menjadi sama sekali tidak berguna lagi setelah beberapa hari kedepan. Semua yang pernah aku katakan seolah-olah hilang seketika dalam benak sahabat hingga mereka datang lagi dan mengadukan kembali hal yang sama, aku jadi bingung apa yang harus kukatakan ? ingin marah rasanya mustahil dan tidak tega, terlalu tegas pada mereka malah mungkin akan menyakiti mereka, menolak menjadi teman curhatan mereka lebih parah lagi. Satu-satunya cara yaitu membiarkan mereka kembali menceritakan masalahnya dari awal lalu aku bisa melihat adanya perubahan dalam cerita tersebut perubahan yang menunjukan kelemahan diri kita sendiri yaitu tidak siap menerima kenyataan dalam hidup apalagi kenyataan pahit itulah yang terjadi. Saya sadar kita semua mengalami hal itu termasuk saya sendiri tapi haruskah semua itu jadi beban seumur hidup rasanya sangat merugikan diri kita menurut saya. Bukankah kehidupan kita terus berjalan selama nyawa masih di kandung badan, lalu haruskah setiap detik perjalanan itu dilalui dengan kesedihan rasanya sangat kasihan saya hanya perlu mengatakan pada sahabat tak ada yang perlu dikhawatirkan hidup itu indah karena itu petiklah keindahan itu oleh tangan kita sendiri karena orang lain tidak mungkin bisa memberikan keindahan seperti yang kita inginkan selain diri kita sendiri. Tak perlu menyesali masa lalu karena semua sudah berlalu, yang harus dilakukan menjadikan masa depan itu indah, tak ada yang perlu di benci karena kita semua sama-sama makhluk tuhan punya kelebihan dan kekurangan jadi nikmati apa saja yang menjadi milik kita yang diberikan oleh Allah SWT dengan begitu hiduppun akan terasa indah karena kita telah menjadi diri kita sendiri secara utuh sehingga siapa menghadapi semua kemelut dalam kehidupan hiduppun menjadi indah.
Langganan:
Postingan (Atom)