ACEHKU TERCINTA
Aku lalui perjalananku melangkahkan kaki menapaki tiap jejak perjalanan di acehku tercinta, aku terus memandang tiap-tiap langkah yang kulalui hamparan sawah terlihat hijau segar menghiasi luasnya bentangan lahan yang tersedia, para petani sibuk dengan pekerjaannya masing-masing mengelola tiap petak sawah yang mereka miliki begitu luasnya bentangan hijau di hadapanku tiap-tiap langkah dan jarak yang telah kulalui masih juga memperlihatkan pemandangan yang sama. Indahnya pemamdangan di hadapanku tak mampu aku lukiskan dengan kata-kata, dunia bebas dalam pelukan alam terlihat begitu nyata dan hijau tiada kelelahan aku memandangnya. Para petani bekerja di tengah teriknya matahari panasnya sang surya tidak menghalangi mereka bekerja tiada terlihat keluhan dan ratapan di wajah mereka, begitu menikmatinya mereka menanam padi-padi yang merupakan mata pencaharian mereka, tiada terlihat kelelahan dan keletihan meski rasa lelah telah terukir di wajah mereka. Hijaunya sawah sangat menyita pandanganku meski telah kulihat berulang kali namun aku tak pernah merasakan bosan, aku terus memandang hamparan alam di hadapanku kini kulihat berjejeran batang kelapa berdiri menjulang tinggi begitu kokoh bak batu karang yang takkan terkikis meski selalu dihantam ombak di lautan, acehku tercinta masih begitu asri dan murninya duniamu. Aku lihat lahan-lahan luas tak terjamah oleh tangan terhampar berhektar-hektar, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan tumbuh subur seakan-akan tidak akan pernah habis dinikmati oleh kami betapa luasnya dan asrinya alam acehku tercinta.
Namun samar aku melihat dirimu meski begitu banyak potensi, sumber alam, dan harapan masa depan cerah, mengapa aku melihat begitu besarnya pula garis kemisikinan terlihat di hadapanku, sungguh aku merasa sedih mengapa semua yang kau miliki tidak pernah bisa menjadi milik kami wahai aceh. Mengapa masih ada anak-anak yang terlantar tanpa pendidikan, kurangkan semua sumber alammu, mengapa masih ada warga yang kekurangan gizi kurangkan sumber nabati darimu, untuk menghidupi mereka untuk menolong mereka dari kemiskinan ? padahal kutau tanahmu begitu subur mampu menumbuhkan tanaman tapi di manakah tanaman-tanaman itu bersembunyi. Apakah mereka terlalu malu menatap kami ? aku bertanya pada diri. Mengapa masih begitu banyak orang-orang yang miskin wahai acehku tercinta. Hasil alammu di bawah tanah begitu mahal harganya tapi kemana semua kau bawa wahai aceh, apakah mereka telah bersembunyi semakin dalam ? Di sudut sana aku mendengar sebuah ucapan yang mengiris hatiku wahai aceh, taukah kamu apa yang aku dengar. Mereka mengatakan mengapa kita begitu bodoh wahai acehku tercinta, aku tidak mengerti mengapa ucapan itu aku dengar dari mulut orang-orang yang saat ini sedang meraup menguras semua kekayaanmu untuk mereka sendiri dan meninggalkan penerus-penerusmu dalam keprihatinan pantaskah kata-kata itu keluarkan dari mulut mereka wahai acehku tercinta ?
Aku merasa sangat terpukul mereka bagaikan seorang yang tak tau diri dan berterimakasih padamu aceh, mereka meraup semua yang kau miliki mereka bodohi generasi-generasimu wahai aceh lalu dengan percaya diri mereka mengatakan bahwa mereka peduli padamu, mereka menjual kepalsuan padamu wahai aceh mereka seperti maling berteriak maling mereka musuhmu dalam selimut dan mereka tega merampas semua hak-hak orang miskin itulah mereka wahai aceh, sekelompok orang-orang serakah yang merasa hidup mereka akan abadi. Padahal mereka menyadari bahwa setiap butiran nasi yang mereka telan menjerit-jerit kesakitan karena memasuki perut mereka yang tidak sah oh sungguh aku merasa sangat geli karena mereka masih bisa tertawa sementara tubuh mereka menangisi mereka itulah yang terjadi aceh. Aku memandangmu aku melihat bocah-bocah kecil berjalan dengan polos tak pernah terlintas dalam benak mereka bahwa hak mereka sedang di curi oleh maling yang mengaku dirinya penolong sungguh mereka sangat licik dan picik wahai aceh, engkau harus waspada jika engkau menyayangi generasi-generasimu. Kini langkahku makin menelusuri jauhnya dirimu aceh kulihat laut terbentang luas memperlihatkan keindahannya, kau miliki pesona sungguh memikat hatiku wahai aceh aku kagum akan berkah ilahi padamu wahai aceh.
Kini langkahku makin mendekatimu aceh aku melihat para penerus-penerusmu di sepanjang perjalananku, aku kembali merintih kesedihan mengapa tidak betapa aku masih bisa merasakan kebesaran namamu dahulu, saat orang-orang merasakan betapa bermartabatnya dirimu aceh, begitu kagum dan salut orang-orang padamu kau ibarat sebuah kain putih yang selalu akan terlihat putih, kau jaga dirimu dalam agungnya syiar islam aku kagumi dirimu oh acehku, namun kini aku melihat mereka generasimu seolah-olah ingin menghitamkan kain putih itu sungguh aku merasa sangat kecewa wahai aceh. Penyusup yang menginjakkan kakinya padamu ternyata membawa topeng dalam bermacam-macam wajah, betapa besar keinginan mereka menebarkan pesona idealis padamu wahai aceh merusak citramu, menghancurkan keangunganmu dan menghilangkan budayamu. Lihatlah wahai aceh begitu mudahnya mereka melakukannya, generasi-generasimu teracuni oleh trend modern yang telah menyalahi aturan syariah oh aceh sunggu aku sangat kecewa mengapa kau bisa membiarkan semuanya terjadi ?! di manakah kini kekeluargaanmu, di manakah kini pertahananmu wahai aceh, di mana semangat heroikmu yang begitu kokoh, di mana persaudaraanmu yang terkenal begitu kokoh dan kuat wahai aceh di mana ?!! kini yang kulihat hanya perpecahan, keegoisan dan rasa ingin menang sendiri oh acehku haruskan engkau menangis untuk mengembalikan mereka, aku merindukan mereka wahai acehku aku ingin melihat mereka lagi para generasimu yang penuh dengan wibawa dan keagunggan dan persaudaraan yang terikat kuat, kembalikan semua itu padaku wahai aceh karena aku merindukan mereka !!
ACEHKU TERCINTA
Perjalanan panjangku
Menyita pandanganku
Menatap sosokmu
Wahai acehku tercinta
Ribuan hektar sawah terhampar
Hijau menghiasi tiap perjalananku
Petani bekerja giat tak kenal lelah
Alammu terlihat begitu hijau dan asri
Acehku tercinta
Tak pernah lelah kita hidup dalam komplik
Tak pernah nyaman kita rasakan kedamaian
Semua seperti mimpi buruk takkan berakhir
Berulang kali aku bertanya di manakah ketenangan
Kesejukan seperti hamparan hijau di hadapanku
Kebebasan seperti burung yang terbang diangkasa
Semua menjadi impian……
Kini dalam lamunan aku melihat
Dalam pikiran aku berpikir
Dengan mata aku melihat
Dalam hati aku merasakan
Ketika suara teriakan terdengar nyaring
Menyeru akan kebebasanmu
Hilangkan kekangan dalam jiwa
Mimpikah aku akan semua bayangan itu ?
Acehku tercinta
Aku memandangmu kembali
Sepanjang perjalananku
Melihat dirimu bagian dariku
Tak hanya bentangan hijau persawahan yang terlihat
Kulihat berjejeran batang kelapa
Kulihat birunya laut
Kulihat luasnya hamparan tanahmu
Acehku dalam sepi aku bertanya
Adakah setitik harapan
Melihat ketulusan padamu
Saat kami bisa memeluk kedamaian
Acehku tercinta
Pandanglah aku kembali
Lihatlah kami di sini
Selalu berharap senyum kembali merekah dalam damai
Acehku Tercinta;18-06-2008; 20.47 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar