Jam kuliah usai Fitri bergegas memasukkan semua peralatan menulisnya ketas ransel dan buru-buru turun kebawah tanpa menghiraukan teman-temannya yang lain. Begitu sampai kebawah segera berdiri di tiang gedung bangunan kampusnya, padangan menuju kearah mushola yang berada pas di depan gedung teknik itu. Ada senyum yang tersungging dibibir gadis itu kala menatap sosok yang sangat dikaguminya, abang lettingnya di fakultas teknik sipil seorang ihwan yang sangat taat pria yang sangat dikaguminya sejak pertama dia memasuki kampus tersebut.
Namun sampai sekarang Fitri hanya mampu menatap pria itu dari jarak jauh, sebesar apapun kekagumannya pada sang laki-laki, dia harus puas hanya mengagumi pria itu apa lagi dengan sosoknya yang biasa-biasa saja bukan seorang akhwat seperti rahmi sepupunya gadis yang juga mengagumi pria yang sama dengannya.
Ada beban yang dirasakan Fitri saat menatap pria itu, kerinduan akan sosoknya yang begitu teduh dan berwibawa dengan akhlaknya yang sangat terpuji sungguh laki-laki yang begitu jauh dari jangkauannya, Fitri hanya puas menatap laki-laki itu dari kejauhan meski semua menyisakan kesedihan tapi dia rela hanya mengagumi pria itu dan hanya mimpinya saja jika bisa meraih pria itu.
Kebiasaannya menatap pria itu sudah berlangsung hampir satu tahun setengah, perasaan itu menjadi rahasia tidak ada seorangpun yang tau dan Fitri pastinya tidak akan membiarkan seorangpun tau, dia tau dirinya tidak akan pantas berdampingan dengan laki-laki bernama fajar itu. Dia anak mushola taat beribadah ramah dan tidak sombong, tapi Fitri terlalu pemalu untuk mendekati laki-laki itu. Apa lagi pakaiannya meski dia tidak mengenakan baju pas atau ketat yang membungkus aurat tapi dia masih mengenakan jins meski longgar caranya berpakaian membuat Fitri tidak percaya diri mendekati laki-laki itu, Fitri yakin fajar pasti sangat menyukai seorang akhwat yang taat, jika memikirkan itu Fitri menjadi stress sendiri dan sering menangis karenanya haruskah cinta memilih pikirnya.
Fitri tinggal bersama pamannya di banda aceh sepupunya rahmi juga tinggal bersama mereka, mereka tinggal di daerah kaju memang agak jauh dari kampus. Tapi paman dan bundanya sangat menyayangi mereka. Pasangan itu sudah hampir 3 tahun menikah tapi belum dikarunia anak.
Fajar sosok laki-laki yang mereka kagumi tidak lain adalah tetangga mereka jadi tidak heran jika waktu magrib kedua gadis itu rela harus berjalan sejauh 200 meter untuk bisa melaksanakan sholat magrib di mesjid karena di mesjid itu fajar sering mengalunkan azan dan kadang-kadang mengaji suaranya terdengar sangat indah dan merdu.
“Fit bagaimana ya, rahmi suka sekali sama bang fajar tapi gimana caranya biar bisa jadian ?” Tanya gadis itu manja.
“Nyatain saja perasaan rahmi langsung”. Saran fitri
“Gila, rahmi kan perempuan malu tau”. Keluh gadis itu
“Ya sudah tunggu bang fajar nyatakan saja kalau gak”.
“Fit kan satu kampus sama dia bantuin dong”.
“Fitri gak dekat sama dia rahmi kenal saja gak, kalian kan sama-sama anak mushola pasti lebih kenal”.
“Iya sih tapi”.
“Fitri lihat kalian sering bareng, dia juga kenal rahmi”.
“Masalahnya bang fajar itu pendiam banget, ngomong kalau ada perlunya saja”.
Fitri menatap kearah sepupunya yang lagi mengeluh, dia merasa kesal dan iri pada rahmi kenapa tidak rahmi cantik dan seorang akhwat yang taat, pakaiannya beres berjilbab besar dan tidak memakai jins, pintar lagi mahasiswa kedokteran. Jika di bandingkan dengannya seperti langit dan bumi.
“Rahmi jangan mengeluh berdoa saja sama Allah, semoga semua keinginan rahmi terkabul”. Saran Fitri
“Iya Fit, tapi yang namanya hati kadang-kadang juga bisa lengah”.
“Itulah manusia, insan lemah apa lagi mengenai masalah hati”. Ucap Fitri menatap sepupunya.
“Ya sudahlah, rahmi mau tidur besok ada kuliah jam 8 pagi, met malam Fitri”. Ucap rahmi membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
“Malam juga”.
Fitri kembali melihat tugas kuliahnya, banyak yang harus diberesi menjadi anak teknik memang harus banyak menghitung-hitung.
Ditengah keseriusannya mengerjakan tugas, Fitri menatap sepupunya rahmi lalu dia melamun jauh membayangkan fajar. Rasa sukanya pada laki-laki itu sama seperti rahmi tapi Fitri tidak mau kalau sampai rahmi tau.
“Ya Allah, salahkah jika aku juga mengaguminya, seharusnya aku tau bahwa aku tidak pantas mengangumi sosok sepertinya”. Keluh Fitri dalam hatinya.
“Tapi aku juga mengharapkan sesosok insan yang bisa mendamaikan hatiku, salahkan itu Ya Allah”. Ucap Fitri.
Fitri merasa terbebani dengan semua yang dialaminya. Dia mengagumi seseorang secara diam-diam, ingin melupakan sosok itu tapi hatinya menolak karena apapun yang dimiliki laki-laki itu merupakan sosok yang sangat dia harapkan. Tapi jika terus memelihara perasaan itu cepat atau lambat Fitri akan melukai dirinya sendiri, apa lagi karena dia begitu yakin bahwa fajar tidak mungkin akan melihatnya.
Diruang pustaka Fitri duduk sendiri sambil membaca beberapa buku mekanika teknik, begitu menoleh kedepan Fitri langsung merasa kaget jantungnya berdegup kencang. Laki-laki yang dikaguminya berada tidak jauh dari hadapannya.
Melihat Fitri menatapnya fajarpun melempar sebuah senyum, dengan malu Fitri membalas senyum laki-laki itu lalu secepatnya kembali membuka bukunya, jantungnya berdebar-debar kencang. Fitri merasa senang sekali.
Tak begitu lama rahmi menelphonnya mau mengajak pergi ke kota bareng.
Fitri segera beranjak dari pustaka padahal kalau lebih lama lagi di pustaka dia bisa melihat laki-laki itu lebih lama. Rahmi mendapatkan jatah persiapan untuk keperluan diskusi mahasiswa kedokteran mereka sering membuat acara diskusi bersama-sama, masalah yang dibahas tidak hanya mencakup masalah perkuliahan tapi kadang-kadang kondisi remaja-remaja putri yang ada diaceh dan lain sebagainya. Tak jarang mereka mengundang para pemateri yang ahli dibidang yang menjadi topik bahasan misalnya mengenai psikologi remaja jaman sekarang mereka akan mengundang seorang psikolog sebagai pematerinya, hal itu biasanya dilakukan 4 minggu sekali.
“Tadi Fitri lihat bang fajar di pustaka loh”. lapor fitri pada rahmi
Rahmi langsung mengerem motornya mendadak, Fitri kaget.
“Rahmi, kamu mau bunuh kita ya ngerem kok mendadak sih”. Protes gadis itu secepatnya turun dari motor.
“Habis Fitri mendadak sih ngomongin bang fajar, rahmikan kaget”. keluh gadis itu.
“Sudah deh, rahmi turun biar Fitri saja yang bawa motornya. Kalau kamu yang bawa bisa-bisa kita gak pulang dengan selamat nanti”. Ketus Fitri
Rahmi merengut turun dari motornya.
“Memang bang fajar ngapain di pustaka ?” Tanya gadis itu
“Ya belajar donk, baca buku, pinjam buku masa di pustakan pacaran”. Cetus Fitri
“Fitri kok gitu sih jawabnya”. Keluh gadis itu
Sudah kita berangkat sekarang nanti ketelatan pulang. Merekapun segera menuju kekota, Belanja semua keperluan rahmi dan bergegas pulang.
Rahmi termasuk mahasiswi yang aktif dikegiatan kemahasiswaan dia salah satu aktifis PKS, beda dengan Fitri yang kurang tertarik dengan dunia politik dan lembaga kemahasiswaan. Statusnya murni sebagai mahasiswa, kalau pamannya lagi ada job membuat gambar CAD atau menghitung rab Fitri sering ikut membantu sang paman dari pekerjaan itulah dia mendapatkan uang saku tambahan. Paman mereka juga seorang sipil arsitek sama seperti Fitri.
“Fitri lusa ada pengajian di mushola, mau ikut gak ?” Tanya rahmi.
“Ngapain aja nanti ?” Tanya Fitri.
“Paling ngaji sebentar trus ada ceramah dan kita diskusi mengenai kampus, banyak yang hadir kok semua fakultas, mau ikut gak ?” Ajak rahmi.
“Nanti Fitri harus pakai rok ?” Tanya gadis itu
Rahmi tertawa terpingkal-pingkal
“Kamu itu aneh Fit, kayaknya kamu gak Pede sama pakaian kamu kenapa sih ?”
“Padahal menurut rahmi pakaian Fitri sopan”.
“Tapi Fitrikan gak pakai rok ?” Ucap Fitri minder mendekati anak mushola dengan pakaiannya.
“Anak mushola juga ada kok yang pakai celana, udah deh jangan berpikir terlalu berlebihan pakaian Fitri sudah beres kok”. Ucap rahmi membenarkan cara pakaian sepupunya.
“Jadikan ikut hari sabtu nanti”.
Fitri mengangguk, kenapa tidak nanti dia bisa bertemu dengan idolanya di sana.
Hari minggupun tiba Fitri dan rahmi pergi ke mushola, banyak akhwat dan ihwan yang datang, semua akhwat memakai rok pakaiannya begitu muslimah. Fitri menatap dirinya pakaian dan jilbab yang dikenakannya tidak beda dengan para akhwat itu tapi dia masih memakai jins, ada rasa canggung dalam dirinya apa lagi melihat beberapa ihwan menatap kearahnya Fitri merasa risih.
Rahmi langsung memberi salam sesama akhwat begitupun dengan Fitri ikut bergabung dengan mereka. Acara dimulai pembukaan di buka dengan pembacaan ayat al-qur’an yang akan di bacakan oleh fajar. Setiap mendengar pria itu mengaji ada rasa damai dan sejuk yang dirasakan oleh para pendengarnya memang suaranya sangat merdu.
“Ya Allah beruntungnya perempuan yang bisa mendapatkan bang fajar”. Dalam hati Fitri
Perempuan-perempuan yang tertarik pada fajar bukan hanya mereka berdua, masih banyak gadis-gadis yang lain juga memiliki perasaan yang sama terhadap laki-laki itu, tapi sikapnya yang sangat pemalu membuat dia begitu jauh dari kaum hawa. Hatinya murni untuk ibadah mengagungkan rabbnya sepenuh hati itulah cinta sejati fajar, namun tidak berarti dia memusuhi kaum hawa. Fajar percaya akan takdir Allah dan dia selalu menjalananin kehidupannya dengan sabar.
Usai membacakan ayat al-qur’an tersebut seorang ustaz mulai memberikan pemahaman dan arti dari ayat yang dibacakan oleh fajar, mereka mendengar dengan seksama. Kemudian adanya Tanya jawab antara setiap anggota yang hadir. Fitri melihat begitu kompaknya mereka, berada di tengah-tengah mereka membuat hatinya terasa sejuk, dia sangat menyukai situasi itu.
Rahmi menanyakan beberapa pertanyaan pada ustaz tersebut. Sesekali Fitri mencuri pandang menatap fajar ternyata hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa akhwat yang hadir di pada acara tersebut, wajar saja dia memang pantas dikagumi oleh mereka.
Setelah sholat ashar berjamaah mereka semua bubar, sebelum bubar rahmi masih bersilaturrahim dengan teman-temannya. Fajar melintas dihadapan mereka
“Apa kabar rahmi ?” Tanya laki-laki itu
“Alhamdulillah baik-baik saja, bang fajar bagaimana ?” Balasnya bertanya
Mereka bicara sejenak, ada kecemburuan dari akhwat yang lain terhadap suasana akrab itu. Fitri sendiri merasa cemburu tapi apa boleh buat, dia harus bisa menahan semua perasaan cemburunya.
Akhirnya mereka segera pulang sepanjang perjalanan rahmi terus memuji fajar, Fitri hanya terdiam.
“Kok kamu diam saja Fit, kamu suka tidak dengan acara tadi ?” Tanya rahmi
“Suka”. Jawab Fitri datar
“Kenapa sih jawabannya cuma begitu ?”
“Lah terus aku harus jawab gimana donk, apa aku harus histeris begitu”.
“Apa sih”. Keluh rahmi memukul punggung sepupunya
“Hahaha, sakit tau !” cetus Fitri sambil tertawa.
“Fitri suka acaranya, menyenangkan ya. Idola kamu hebat suaranya merdu sekali sama dengan yang selalu kita dengar di mesjid”. Puji fitri.
“Pasti donk, senangnya jika bisa menjadi pendamping bang fajar”. Ucapa rahmi
“InsyaAllah bisa, jangan lupa mohon ridho dari Allah semoga di satukan”. Nasehat Fitri, meski hatinya cemburu mendengar apa yang keluar dari mulut sepupunya tapi Fitri tetap menjaga perasaan rahmi.
Bagaimanapun juga rahmi yang pertama mengatakan padanya kalau rahmi tertarik pada fajar, sehingga Fitri harus mundur. Lagipula jika Fitri berpikir mungkin dia bukan pasangan yang pas untuk fajar, meski dia tetap mengagumi laki-laki itu. Fitri selalu berdoa semoga Allah memberinya jalan keluar, untuk mengatasi perasaannya itu.
Perjalanan hari demi hari berlalu Fitri melihat kalender di dinding kamarnya. Tanggal 25 hari sabtu mereka libur tanggal merah, jum’at Fitri juga tidak ada kuliah jadi bisa pulang ke aceh utara pikirnya hari minggu segera balik lagi ke banda. Fitri menggaris merahi tanggal 24 dan menulis catatan kecil pulang kampung.
Di tengah lamunannya itu Fitri mengambil secarik kerta lalu menulis beberapa kalimat dikertas itu, dia ingin sekali menyatakan perasaannya pada fajar meski bertepuk sebelah tangan. Dia tidak mengharapkan pria itu harus membalas perasaannya dia hanya ingin fajar mengetahui bahwa ada seorang gadis yang sangat mengaguminya itulah yang ingin disampaikan Fitri kekagumannya pada laki-laki itu.
Usai menulis surat itu Fitri memasukkannya ketas, keraguan masih ada dihatinya apakah harus memberikan surat itu atau tidak, meski mereka bertetangga tapi Fitri jarang melihat fajar di rumah dia selalu aktif dengan kegiatan kampusnya, lagipula sangat tidak mungkin Fitri memberikan surat itu langsung pada orangnya atau titip pada orang rumahnya bisa ketahuan siapa pemilik surat itu.
Alternative terakhir cuma melalui pos, dengan segenap keberanian Fitri mengeposkan surat itu untuk fajar. Setelah melakukan hal itu dia mulai uring-uringan dan deg-degan semoga saja fajar tidak berpikir yang aneh-aneh tentang dirinya.
Kegiatan di campus semakin padat, midtest mulai diberikan dosen Fitri harus rajin-rajin belajar untuk bisa dapat nilai bagus. Yang paling membuatnya kesal hari jum’at ada kuliah tambahan jadi Fitri terpaksa harus membatalkan acara pulang kampung.
“Sebel”. Keluhnya
“Sudahlah ngapain pulang kampung, nanti tolong ajarin kami Mekanika rekayasa V ya please”. Minta teman-temannya.
“Iya”. Jawab Fitri lesu.
“Sudah jangan lesu begitu, sebentar lagi juga liburan akhir semester”. Ucap teman-teman Fitri.
Dengan lesu Fitri pulang ke rumah dan mencoret kembali garis merah di kalendernya.
“Gak jadi pulang kampung ya ?” Tanya rahmi menggoda sepupunya
“Gimana mau pulang libur cuma satu hari, senin juga ada mindtest”. Keluh Fitri kecewa
“Kecian dech loe hahaha”. Ucap rahmi
“Iiihhh, orang lagi sedih bukannya nyemangati malah diledekin gimana sih sepupu ini”. Keluh Fitri.
“Iya dech sorry sepupu”. Ucap rahmi.
“Rahmi, Fitri makan dulu”. Terdengar panggilan dari bunda mereka istri sang paman
“Iya bunda”. Sahut rahmi
“Makan yuk, laper ni”. Ucap rahmi menarik lengan Fitri
Mereka berdua bergegas keluar langsung menuju ke ruang makan.
“Fitri jadi pulang ke lhokseumawe ?” Tanya sang bunda
“Gak jadi bunda, liburannya cuma 1 hari”.
“Ya sudah bentar lagi juga liburkan, nanti sekalian aja puas-puasin pas lagi liburan akhir semester”. Ucap sang bunda
“Iya bunda”.
“Paman minggu depan ada kerjaan lagi untuk kamu, apa sempat dikerjakan ?” Tanya sang paman
“Banyak gak paman ?”
“Cuma rab saja, kalau mengganggung belajar Fitri gak usah saja biar paman suruh sama orang lain”.
“Gak apa-apa paman bisa kok Fitri kerjakan gak akan mengganggu kuliah”. Jawab gadis itu
“Ya sudah minggu depan paman bawa pulang gambarnya”.
Fajar sudah menerima surat dari Fitri, malam itu dia membuka surat itu untuk dibacanya.
Banda Aceh, 21 Desember 2004
Assalammualaikum Wr.Wb.
Kepada yang terhormat bang fajar
Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik dan melindungimu dalam setiap langkah perjalanan hidup ini, dengan segenap keberanian yang aku miliki aku menulis surat ini sebagai catatan kecilku untuk menyampaikan rasa kagumku kepadamu, sebelumnya aku minta maaf jika semua perasaanku yang tercurahkan dalam tulisan ini membuat bang fajar terbebani tapi sungguh aku tidak punya maksud apa-apa terhadap bang fajar apa lagi untuk menambah beban pikiran bang fajar.
Setiap hari aku menatap langit cerahnya langit masih sama, malam haripun masih tetap sama meki kadang langit begitu gelap gulita tanpa hadir sang bintang dan rembulan, begitupun dengan perasaanku. Ada rasa kagum yang tumbuh dihati tanpa terasa rasa itu kini semakin kuat, aku melihat sesosok insan sejati pada diri bang fajar, kekokohanmu dalam mempertahankan kekuatan sejati dalam dirimu tanpa pernah merasa lengah dan kalah oleh deburan kefanaan dunia.
Duri kehidupan tidak pernah mampu menghambat langkahmu kamu memiliki sinaran sejati dalam dirimu, karena itulah aku kagumi sosokmu. Tak perlu mendekati dari kejauhanpun kamu telah menorehkan tinta-tinta emas dalam setiap langkah yang aku lalui membuat aku mengerti begitu besarnya kekuatan di balik jiwamu yang kokoh itu. Meski aku melihatmu dari kejauhan tapi semua tak menghalangi rasa dihati ini tumbuh berkembang dan mekar dengan sendirinya, aku tak pernah merasakan duka meskipun ada duka namun bukan duka kepahitan karena sosokmu tak harus kumiliki cukup hanya mengangumimu membuatku merasakan sebuah sejatinya hati.
Bang fajar, aku selalu berharap disuatu hari nanti aku bisa menatapmu dari jarak dekat, aku bisa mengatakan padamu bahwa aku merasa bahagia bisa melihatmu meski kamu tak mengenalku tapi aku mengenalmu itu semua sudah cukup untukku. Berulang kali aku mencoba menepis semua angan dihatiku tapi kutak mampu, karena sesungguhnya ini bukanlah sebuah angan tapi nyata yang memenuhi hatiku.
Bang fajar aku berharap semua rasa ini suatu hari akan menemukan tempat berteduh, untuk memekarkan bunga hatiku semua tak terlepas dari keridhaan Allah yang maha pengasih dan penyayang, aku berharap akan ada sosok sejati yangkan mengisi hatiku disuatu hari nanti, namun saat ini hatiku telah terisikan oleh namamu maafkan aku jika semua ini terjadi tanpa ijin darimu, ternyata aku hanya insan biasa yang tak mampu menahan rasa dihati, tolong maafkan aku bang fajar jangan membenciku karena rasa ini.
Kini semua suara hatiku telah aku curahkan dalam surat ini, meski kamu tidak pernah mengenal siapa diriku tapi aku bahagia sekali bisa mengenal dan melihatmu. Kuharap coretan disurat ini terbaca olehmu terima kasih bang fajar telah hadir dalam kehidupanku.
Wassalam, dari pengagummu
Usai membaca surat itu fajar jadi bertanya-tanya siapa gadis yang menuliskan surat ini, dia mulai mengingat satu persatu teman-teman wanita yang agak dekat dengannya. Tapi rasanya mustahil salah satu dari mereka.
Fitri mulai terlihat uring-uringan, berulang kali menghela nafas lesu. Hingga kuliah tambahan dihari jum’at itu terasa begitu lama. Harusnya sekarang dia dalam perjalanan pulang ke lhokseumawe.
Tak begitu lama perkuliahanpun usai, teman-temannya pada sibuk semua mempersiapkan acara untuk nanti malam. Mereka rencana mau membuat acara tapi Fitri menolak untuk ikut, dia lebih senang dirumah istirahat dan mendengar laki-laki yang dikaguminya mengalunkan ayat suci di mesjid terdengar sampai ke rumahnya.
Usai kuliah Fitri kepustakan sebentar sebelum jum’atan dia ingin meminjam beberapa buku kuliah, lalu mampir ke toko buku furqan untuk membeli bacaan buku baru. Usai membeli buku langsung bergegas pulang, rahmi masih sibuk di kampus, dia biasanya pulang sore. Jum’atan pasti mampir kerumah temannya.
Fitri terus berpikir suratnya sudah di baca apa belum, dia jadi penasaran. Begitu sampai kerumah langsung masuk kekamar dan merebahkan diri diranjang, pandangannya menatap kelangit-langit. Beberapa hari ini entah kenapa ada keresahan dihatinya rasa resah itu juga yang membuat Fitri menuliskan surat itu, padahal dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk mendukung rahmi sepenuhnya. Tapi di surat itukan dia tidak membuat nama jadi bang fajar pasti tidak akan tau.
“Siapa sih yang tidak akan mengagumi bang fajar, pintar, saleh rajin sholat sudah hafal al-qur’an lagi, beruntungnya gadis yang akan berdampingan dengannya tapi itu bukan aku”. Keluh Fitri.
Air mata mulai berlinang di pipi gadis itu
“Aku sudah berusaha untuk mendekatinya tapi aku belum berhasil, akankah dia mengingat aku, mengetahui ada seseorang yang mengangumi dirinya seperti ini. Pedih rasanya hati ini jika membayangkan dia bersama gadis lain, tapi aku tidak boleh seperti ini aku harus yakin jika memang dia di takdirkan untukku tidak akan ada siapapun yang bisa mengambilnya dariku kecuali Allah pemilik semua makhluk didunia ini, Ya Allah kuatkanlah hatiku”. Ucap Fitri dalam hati menutup muka dengan kedua tangannya, mencoba menepis semua kegundahan itu.
Bergegas keluar membantu bundanya di dapur
Rahmi pulang tergesa-gesa langsung memanggil Fitri histeris.
“Ada apa sih rahmi kamu kok menjerit-jerit gitu ?” Tanya Fitri terheran-heran
“Gawat Fitri, tadi pas ketemu teman-teman kami bicara mengenai bang fajar ternyata teman rahmi juga ada yang naksir dia”. Keluh gadis itu
“Rahmi musti gimana dong ?” Tanyanya pada Fitri
“Nyatain saja perasaan kamu kedia”.
“Gak mungkin, rahmikan perempuan jaga imej dong”. Ucap gadis itu
“Ya sudah bersiap-siap saja di rebut orang lain”.
“Kok Fitri bicara begitu sih”. Keluh rahmi
“Terus Fitri musti gimana, apa harus Fitri yang datang dan bilang sama bang fajar kalau kamu suka sama dia”. Ucap Fitri
“Memangnya kamu berani ?”
“Kalau berani dari dulu juga udah Fitri sampaikan”.
“Padahal rahmi dekat sama bang fajar, masa sih kamu gak bisa menebak hati dia”.
Rahmi hanya terdiam mendengar ucapan sepupunya.
“Rahmi malu Fit”.
“Rahmi, kalau dia memang jodoh kamu gak bakal diambil orang lain kok”. Ucap Fitri
“Iya ya Fit”.
Rahmi kembali bersemangat.
Mereka berdua kembali melihat keluar jendela dari kamarnya, pandangan mereka menuju kekamar fajar. Tapi biasanya mereka berdua tidak pernah melihat fajar ada dikamarnya kecuali waktu tidur mungkin.
Tiba-tiba Fitri dan rahmi melihat laki-laki itu membuka jendela kamarnya
“Hah !!” teriak mereka shock secepatnya menunduk
“Dia ada dikamarnya”. Bisik mereka berdua
“Aduuhh malunya”. Ucap keduanya
Merekapun mencoba mengintip pelan-pelan
“Aduh dia masih berdiri di jendela”. Bisik Fitri
Fajar tertawa melihat reaksi kedua gadis itu dia tau mereka berdua sering melihat kearah kamarnya, makanya fajar jarang mondar-mandir di kamar. Sekarang ketangkap basah dech. Fajar masih juga tertawa melihat kedua gadis itu.
Pagi sabtu liburan kedua gadis itu pergi jalan-jalan sepanjang pantai lhok nga dan ulee lheu bersama paman dan bundanya. Ramai orang yang berkunjung kepantai itu, mereka hanya duduk sebentar menikmati udara pagi di pantai lhok nga, lalu bergegas ke ulee lheu. Fitri dan rahmi melihat beberapa pasangan kelihatan begitu mesra, itulah dunia pacaran.
“Sepertinya pacaran itu gak cocok buat kita ya ?” Tanya rahmi
“Iya”. Jawab Fitri
“Paman sama bunda saja gak pacaran tapi nikah juga”.
“Iya ya bunda”.
“Jangan terpengaruh dengan budaya tidak benar”. Nasehat paman mereka.
“InsyaAllah paman, kami akan tetap menjaga kesadaran kami”.
“Amin”. Ucap mereka.
Mereka terus menikmati indahnya pantai ulee lheu dengan ombaknya yang beriak begitu perkasa, besok pasti dipantai ini akan dipadati oleh pengunjung karena hari minggu, hari sabtu saja sudah ramai.
Menjelang siang mereka kembali ke rumahnya.
Malam minggu nanti malam natal buat kaum nasrani, buat mereka sekeluarga kegiatan hanya di rumah seperti biasanya, entah kenapa sebagian orang ada juga yang peduli dengan hari itu padahal mereka muslim. Rahmi dan Fitri jadi merasa aneh semua terlalu mengikuti trend moderen.
“Fit, hari senin rahmi akan menemui bang fajar dan menyatakan perasaan rahmi padanya, menurut kamu bagaimana ?” Tanya gadis itu
“Ya Fitri dukung”.
“Tapi malu Fit, masa perempuan yang ungkapin sih”. Keluh gadis itu
“Rahmi sebaiknya untuk sementara rahmi tenangkan diri dulu ya, biarkan semua mengalir apa adanya. Bang fajar sepertinya tidak akan mengatakan cinta pada siapapun karena saat ini dia sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri, perlu waktu untuk dia memikirkan seorang wanita apa lagi dengan pribadi dia yang sama sekali tidak tertarik dengan pacaran, coba bayangkan seandainya kamu menyatakan perasaan kamu padanya lalu dia menolak dengan alasan tidak berpacaran kamu pasti kecewakan, tapi jika kamu bersabar sambil terus mempelajari karakter dia bukan tidak mungkin kalau suatu saat dia memilih salah satu dari teman akhwatnya dan bisa saja itu kamu, bang fajar akan membawa kamu ke mighrab pernikahan apa kamu tidak merasa bangga ?” Tanya Fitri
Rahmi terdiam mendengar ucapan sepupunya, dia tidak menyangkan Fitri yang cuek bisa bicara seperti itu.
“Benar juga ucapan Fitri, mungkin saat ini rahmi sedang mendapat ujian kesabaran, makasih ya Fitri rahmi akan lebih bersabar dan akan terus berdoa pada Allah”. Ucap gadis itu semangat
Fitri tersenyum melihat semangat sepupunya.
“Heemm, adem sekali kalian di kamar jomblo abadi semua anak gadis seusia kalian sudah pada keluar jalan-jalan sama pacarnya, masa sih keponakan bunda yang cakep-cakep ini gak dapat gebetan satupun”.
Mereka berdua tertawa.
“Habis yang dikejar tetangga sih kapan dapatnya”. Goda sang bunda
“Iihh bunda usil itu mah rahmi bukan Fitri”. Protes Fitri
“Dua-duanya kan juga gak apa-apa lebih banyak saingan lebih seru”.
“Bunda….!” Teriak rahmi
“Hahaha…” wanita itu tertawa melihat keponakannya langsung mukanya memerah paling pantang di godain.
Mereka bertiga keluar dan menikmati siaran televisi siarannya tidak ada yang bagus akhirnya mereka berempat cuma mendengarkan lantunan ayat suci al-qur’an dari DVD. Jam sepuluh keduanya masuk kekamar tidur.
“Rahmi, Fitri selamat tidur ya nak”. Ucap sang bunda begitu lembutnya
Fitri sempat merasa keheranan memang bundanya sangat baik tapi malam ini terlihat begitu berbeda.
“Jangan lupa baca doa ya, ingat di sini paman sama bunda orang tua kalian”. Sambung pamannya.
Fitri sama rahmi semakin terheran
“Itu pasti paman, selamat malam juga buat paman dan bunda”.
Kedua gadis itu bergegas masuk kekamarnya
“Paman dan bunda aneh ya, rahmi jadi terharu padahal kita sering nyusahin mereka”.
“Iya, kita beruntung punya paman dan bunda sebaik mereka, semoga Allah segera mengkaruniai mereka seorang anak”.
“Amin”.
Mereka berdua bergegas tidur membaca doa tidur dan langsung terlelap.
Jam 3 pagi mereka bangun sholat tahajud usai sholat tahajud dan berdoa mereka kembali tidur.
Akhirnya mereka kembali terbangun menjelang subuh, rahmi dan Fitri segera melaksanakan sholat fajar dan sholat subuh Fitri merasa begitu resah dan gelisah untuk menenangkan hatinya diapun mengaji tak hentinya, tapi rasa kantuk mulai menyerang akhirnya Fitri merebahkan diri di atas sajadah dan tertidur dengan lelap. Jampun terus berlalu detik demi detik dan menit demi menit sampai Fitri mendengar suara dentingan jam waker dengan keras dia terperanjat dari tidurnya, rahmi tertawa geli melihat sepupunya bangun kalang kabut.
“Rahmi !” teriak Fitri mempelototi sepupunya yang jahil itu.
“Usil, kaget tau !” cetus Fitri cemberut
“Siapa suruh molor pagi-pagi hehehe”. Ketawa rahmi
Tiba-tiba mereka merasakan getaran dari lantai, keduanya sempat terdiam mereka saling menatap.
“Fit, gempa ya ?” Tanya rahmi
Fitri melihat lampu kamarnya mulai bergoyang-goyang, buku di meja yang tersusun rapi mulai jatuh satu persatu.
“Astagfirullah, gempa rahmi !!” teriak Fitri segera bergegas dari duduknya.
“ Ya Allah !!” teriak rahmi mulai panik.
“Cepat pakai jilbab !!” Teriak Fitri segera melepas mukenahnya dan mengambil jilbab dan baju panjang untuk dikenakan.
“Fitri, rahmi gempa !!” Teriak bunda mereka dari kamarnya.
Fitri segera mengambil jilbab dan diberikan pada sepupunya. Bunda mereka mulai panik dan bergegas menuju kekamar mereka.
“Rahmi, Fitri cepat turun ke bawah, gempanya makin kuat !!!” teriak wanita itu bergegas mengajak keponakannya.
Mereka berempat secepatnya turun ke bawah, gempa semakin kencang mereka terpaksa harus berpengagang untuk menjaga kesimbangan tubuh barang-barang mulai berjatuhan dari tempatnya, gemericik lampu hias makin terdengar birisik, mereka mulai panik mencoba segera turun ke bawah.
Begitu sampai kebawah semua orang sudah berhamburan keluar dari rumah masing-masing, semua orang mulai mengucap, beberapa laki-laki mulai mengumandangkan azan untuk meredam gempa tersebut, namun makin lama getaran gempa semakin kuat. Orang-orang mulai menghindari dinding-dinding beton, suara teriakan orangpun makin terdengar karena beberapa rumah dan beton mulai berjatuhan di depan mata mereka, sebagian jalanan mulai retak, skala gempa semakin kencang. Semua orang mengucap tanpa henti-hentinya, kondisi orang yang berhamburan keluarpun bermacam-macam.
Sebagian wanita tidak sempat mengenakan jilbabnya, malahan ada yang cuma mengenakan handukan karena baru keluar dari kamar mandi, rasa takut semakin membelenggu hati setiap orang, ada yang mulai menangis teringat akan rumah dan lain sebagainya.
Rahmi dan Fitri langsung teringat orangtua mereka, dalam hatinya mereka berdoa semoga orang tuanya baik-baik saja, beberapa menit kemudian gempa berangsur-angsur mulai reda mereka merasakan sedikit kelegaan. Tapi rasa takut masih tetap terasa oleh mereka, rahmi, Fitri, bunda dan pamannya masih berada di luar rumah mereka belum siap memasuki rumah, paman merekapun pergi untuk berkeliling melihat bagaimana kondisi setelah gempa tersebut. Rahmi mengajak Fitri naik keatas ponselnya masih di atas dia harus segera menghubungi rumahnya dan bertanya bagaimana keadaan di rumah.
Mereka bergegas naik keatas mengambil ponsel.
“Astagfirullaah !!” teriak mereka melihat seluruh isi rumah itu berantakan, bunda merekapun mulai mengambil apa yang bisa diambil bersiap-siap kalau gempa susulan terjadi lagi, rahmi dan Fitri segera menghubungi keluarga mereka tapi jaringannya putus, kecemasan mulai menghantui mereka.
“Ya Allah, gak bisa di hubungin Fitri gimana ini keadaan abi sama umi ?” tangis rahmi
“Udah, jangan nangis rahmi Fitri juga gak bisa hubungin ayah sama mama”.
“Gimana kalau terjadi sesuatu di rumah”. Keluh rahmi cemas
“Udah jangan pikir macam-macam, sebaiknya kita turun sekarang”. Ajak Fitri setelah mengambil semua yang penting-penting, seperti ijazah.
Tiba-tiba rahmi dan Fitri mendengar suara teriakan bunda mereka
“Rahmi, Fitri cepat turun kebawah katanya air laut naik !!” teriak bunda mereka
Rahmi dan Fitri mulai berpikir aneh, air laut naik bagaimana caranya cuaca juga cerah-cerah saja.
“Cepat turun !!” teriak bunda mereka
Merekapun bergegas turun kebawah, lalu mereka menatap kearah kanan, terlihat gumpalan asap berwarna hitam pekat seperti asap karena kebakaran, ternyata itulah gelombang tsunami yang akan meluluh lantahkan semuanya.
“Astagfirullaah !!” teriak mereka
Suasananpun semakin panik karena orang-orang sudah berlarian semua sambil berteriak air laut naik air laut naik.
Merekapun berbondong-bondong lari menyelamatkan diri, suasana tampak hiruk pikuk dan panik, orang-orang mulai berhimpit-himpitan sebagian ada yang terjatuh dan terinjak karena kondisi panik dan ketakutan.
“Bunda paman mana ?” Tanya Fitri
“Sudah cepat lari jangan tanyakan paman !!” Teriak wanita itu mulai putus asa dengan kondisi suaminya, disisi lain dia juga harus melindungi keponakannya.
“Pegangan tangan yang kuat, jangan sampai lepas !!” teriak wanita itu panik mereka bisa melihat bagaimana cemasnya wanita itu
“Iya bunda”. Ucap mereka berdua mulai menangis
“Ya Allah bala apa yang engkau berikan untuk kami”. Seru Fitri dalam hatinya
Mereka bertiga berlari sambil berpengangan tangan agar tidak terlepas, tak begitu lama gelombang maha dasyatpun menghantam mereka, semua orang koncar kancir. Fitri, rahmi dan bundanya terpisah. Rahmi melihat bundanya terbawa arus, berulang kali Fitri ingin meraih tangan wanita itu tapi terlepas selalu, sampai dia kehilangan bundanya dan rahmi dibawa gelombang maha dasyat itu.
Rahmi tersangkut di atap rumah orang, dalam hitungan detik gelombang itu telah memporak-porandakan semua yang ada. Menghantam apa yang menghalanginya dan membawa semua yang ada dihadapannya. Semua orang shock dan ketakutan.
Fitri dan rahmi berpikir apakah ini kiamat, inilah rasa takut sesungguhnya. Jika selama ini mereka mengalami ketakutan, itu hanya ketakutan biasa tapi hari ini mereka benar-benar merasakan ketakutan. Tiada seorangpun yang bisa menolong mereka.
Rahmi melihat sekelilingnya dipenuhi air, bunda, paman dan Fitri entah sudah kemana, gadis itu hanya terdiam menatap disekelilingnya sudah menjadi lautan, mulutnya kaku tak berdaya harus mengatakan apa.
Ternyata Fitri tersangkut di panggar orang, kekagetan yang dialaminya membuat gadis itu hanya diam terbengong, beberapa saat tadi dia sempat tenggelam dalam air bah itu. Fitri berpikir dirinya sudah tidak mungkin bisa selamat dari hantaman gelombang maha dasyat itu, lalu dia tersadar bahwa dia masih hidup. Melihat kondisi kembali tenang Fitri berusaha melepaskan diri dari sangkutan pagar itu, pada saat itulah Fitri melihat sosok yang dikaguminya turun kebawah dan membantunya lepas dari kesulitan itu.
“Fitri kamu tidak apa-apa, cepat naik keatas !!” teriak laki-laki itu
Fitri ucap bang fajar, Fitri tidak pernah menduga ternyata laki-laki yang hanya dia liat dari kejauhan itu mengetahui namanya, dan bersedia menolongnya pada saat ini air matanya semakin membanjiri wajahnya.
“Iya, terima kasih bang”. ucap Fitri wajahnya pucat pasi dengan apa yang barusan mereka alami, Fitri sudah tidak tau harus bangaimana lagi rasa ketakutan yang dialaminya sangat besar.
Seorang laki-laki menarik Fitri naik keatas.
“Bang fajar juga naik !” teriak gadis itu ketakutan.
“Kamu naik duluan, abang mau bantu adik itu dulu”. Ucapnya melihat kearah seorang bocah yang terjebak di kayu-kayu.
“Fitri !” panggil fajar kembali, fitri menoleh kearah fajar
“Terima kasih surat kamu, abang senang membacanya !!” teriak pria itu menatap fitri sambil tersenyum lalu bergegas menuju ketempat lain melihat seorang bocah terjepit disebuah kayu, anak itu terus menangis ketakutan. Fitri sempat terheran dengan ucapan fajar barusan semua diluar kepalanya karena rasa takut yang dialaminya.
Setelah melepas anak itu dan beberapa orang menariknya keatas, fajar bergegas untuk naik keatas kembali, pada saat itu gelombang kedua menyusul dan ternyata lebih tinggi.
“Bang cepat naik !!” teriak Fitri panik
Tapi apa daya fajar tersapu oleh gelombang kedua itu.
“Bang fajar !!” teriak Fitri histeris
Fitri melihat laki-laki yang sangat dikaguminya terjepit dengan sampah-sampah yang dibawa oleh gelombang itu dia tidak sempat menyelamatkan diri karena gelombang itu datang dengan tiba-tiba.
“Bang fajar !!” teriaknya berulang kali ingin menolong laki-laki itu
Tapi orang yang berada disamping gadis itu menahannya
“Sudahlah kamu tidak bisa berbuat apa-apa !!” teriak orang itu
“Lepasin saya, saya mau menolongnya !!”. Teriak Fitri beronta
Tapi orang itu masih menahan Fitri dengan kuat
“Ya Allah !!” teriak Fitri sambil menangis betapa dia tidak punya kekuatan apapun untuk menolong seorang manusia hari ini.
“Sabar, kamu tidak bisa menolongnya !!!” teriak mereka sama paniknya
“Tidak,,,,,,bang fajar !!! teriak Fitri menangis
fajar makin terjebak dengan sampah itu dan gelombang kedua yang dasyat itu membawanya pergi, Fitri hanya bisa melihat pria itu tenggelam dalam gelombang itu dihadapannya. “Ya Allah !!!” tangis gadis itu tiada henti-hentinya.
Pada saat itulah mereka hanya melihat beberapa orang yang terjebak di air bah itu, ingin menolong tapi tidak bisa untuk bertahan sendiri saja mereka kesulitan. Saat itulah semua menangis meneteskan air mata mendengar teriakan orang meminta tolong tapi apa daya mereka tidak bisa berbuat apa-apa yang meraka tau cuma berpengangan sekuat tenaga pada atap rumah tiang listrik atau apapun yang bisa menjadi tempat pegangan mereka dari amukan gelombang itu. Hari itulah semua manusia menjadi makhluk yang sangat kecil, sebanyak apapun kekuatan mereka tidak ada yang bisa menolong mereka, mereka benar-benar berjuang dengan kekuatan sendiri dan memohon pertolongan dari Allah SWT. Betapa besarnya kuasa Allah, tiada seorangpun manusia yang bisa menyainginya. Hari itu semua orang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri untuk bertahan.
Fitri menatap sekeliling daratan padat tempat pemukiman kini menjadi lautan, sampah mengapung-gapung, beton, kayu, pohon apapun mengapung-ngapung beberapa jiwa yang tidak bisa menyelamatkan diri juga mengapung. Fitri terdiam tak kuasa merealisasikan apa yang ada dihadapannya, satu yang ada dikepalanya manusia tidak punya kekuatan apapun mereka seperti seekor semut hari ini.
Pikirannya mulai kacau, semua kekhawatiran mulai memenuhi benaknya belum lagi membayangkan kondisi keluarganya di aceh utara, Fitri mulai stress dan kalut.
Setelah menghantam semua yang ada dihadapannya membawa apa saja yang menghalanginya, pelan-pelan air itu surut kembali. Hanya meninggalkan sampah-sampah yang kini tidak berarti lagi.
Setelah menyadari keadaan telah aman, orang-orang mulai turun dari tempatnya berlindung. Fitri di bantu turun oleh seorang warga setempat yang selamat. Pada saat itulah mereka melihat mayat-mayat bergelimpangan dipinggiran jalan, dengan kondisi-kondisi yang sangat mengenaskan.
Fitri tidak sanggup melihat kondisi mayat-mayat di hadapannya hingga air matanya mengalir tanpa henti. Satu persatu Fitri melihat mayat itu mencari sosok paman, bunda, rahmi dan fajar. Tapi dalam hatinya berdoa semoga mereka semua selamat.
Melihat kondisi-kondisi mayat disepanjang jalan mereka makin shock, apapun yang bisa digunakan untuk menutupi mayat-mayat itu mereka gunakan. Fitri mulai putus asa dia belum menemukan mereka seorangpun sementara hari mulai menjelang zhuhur, suara azan tiada terdengar seperti biasanya, kondisi mereka masih diliputi kekhawatiran, tenggorokannya mulai terasa kering tapi tiada air yang bisa menghilangkan dahaga.
Fitri berjalan disepanjang jalan itu, beberapa orang juga sedang sibuk mencari keluarganya masing-masing, isak tangis terdengar begitu pilu. Sebagian dari mereka menemukan keluarganya dalam keadaan tidak bernyawa tapi mereka bingung harus membawa mayat itu kemana.
Fitri berhenti di sebuah persimpangan, di situ dia melihat sepupunya rahmi duduk terdiam tanpa suara.
“Ya Allah, rahmi !!” teriaknya berlari mendekati rahmi.
“Kamu selamat !!” Tangis Fitri memeluk sepupunya.
Rahmi masih tetap terdiam terpaku melihat kedepan dengan tatapan kosong.
“Kamu keluarganya nak ?” Tanya seorang bapak.
“Iya pak, saya sepupunya”.
“Syukurlah, kalian dari mana ?” Tanya bapak itu
“Kami dari aceh utara pak”.
“Begitu ya, saya kehilangan semua anggota keluarga saya satu orangpun belum saya temukan, tadi bapak lihat dia terdiam sendirian di sini. Sebaiknya kalian ke mesjid terdekat nak bawa sepupumu ya”. Saran bapak itu.
“Iya pak terima kasih”. Fitri bergegas mengajak rahmi kemesjid terdekat, karena kondisi mesjid tersebut masih utuh.
Fitri melihat guratan kesedihan di wajah bapak itu, betapa mereka hari itu koncar kancir, semua sanak saudara hilang entah kemana.
Fitri dan rahmi sampai di mesjid tersebut, semua orang berkumpul di mesjid itu dengan kondisi yang bermacam-macam pula, ada yang terluka parah, shock, pingsan dan malah ada yang sekarat. Ingin melakukan sesuatu tapi tidak tau harus berbuat apa.
Stok makananpun tidak ada, suara tangisan anak-anak, bayi mulai terdengar lirih. Semua orang diliputi kekhwatiran. Bekal mereka bertahan hanya dari makanan-makanan yang di bawa tsunami yang masih bisa digunakan.
Seorang pria menyodorkan Fitri satu buah aqua gelas, secepatnya Fitri membuka dan meneguk beberapa teguk air itu, lalu diberikan pada rahmi.
“Fit, bunda sama paman di mana ?” Tanya gadis itu beberapa saat kemudian.
Fitri hanya menggelengkan kepalanya.
“Fitri belum ketemu mereka”. Jawab gadis itu dengan suara parau menahan tangis
“Abi dan umi bagaimana ya ?” Tangis rahmi
“Sudahlah rahmi, serahkan semua pada Allah biar Allah yang menjaga mereka”. Ucap Fitri berusaha menenangi sepupunya.
“Kenapa ini terjadi fit apa kesalahan kita ?”
“Iqhtifar rahmi, Allah maha tau dengan apa yang diberikan pada hamba-hambanya”.
Rahmi menangis dengan keras.
Hari itu mereka menginap di mesjid tersebut, rahmi dan Fitri ingin sekali mengetahui bagaimana kondisi keluarga mereka tapi sama sekali tidak bisa menghubungi keluarganya ponselnya sudah tidak ada, bantuanpun saat itu sama sekali belum ada.
Sampai keesokan harinya mereka baru mendapatkan bantuan, rahmi dan Fitri kembali keluar untuk mencari keluarganya. Mereka melihat tumpukan sampah masih berserakan dimana-mana, mayat-mayat masih bergelimpangan hanya ada beberapa orang yang sudah ditemukan oleh keluarga mereka, orang-orang mulai mengungsi kedataran tinggi yang sama sekali tidak mendapatkan imbas tsunami, dari merekalah bantuan sementara di terima oleh warga yang terkena musibah.
Fitri dan rahmi pergi kesana sini untuk mencari bunda dan pamannya tapi mereka sama sekali tidak menemukannya, saat itu Fitri sama sekali tidak berani menceritakan tentang laki-laki yang sangat mereka kagumi, Fitri takut rahmi semakin shock.
Sejak hari itu bantuan mulai sampai ke aceh, banyak bantuan dari dalam negeri dan luar negeri yang mengalir keaceh. Fitri dan rahmipun mendapatkan tumpangan yang bisa membawa mereka pulang ke rumah dari salah seorang para relawan yang datang keaceh.
Dengan ponsel relawan itulah mereka menelphon kerumah dan ternyata kondisi keluarga mereka baik-baik saja, daerah mereka tinggal hanya terkena efek dari gempa saja tidak ada gelombang tsunami. Dari relawan itu mereka mendapatkan perawatan medis P3K.
Mereka mengantar kedua gadis itu sampai kerumah, karena mereka sendiri juga dalam perjalanan ke aceh utara sebagai relawan yang ditempatkan di sana. Kedua gadis itu disambut histeris oleh kedua orangtuannya, akhirnya mereka bisa kembali berkumpul dengan kedua orangtuannya.
Trauma dan luka yang mereka derita belum juga sembuh, karena itu kedua gadis itu masih mendapatkan perawatan untuk kembali menumbuhkan semangat mereka. Sebagian anggota keluarga mereka telah pergi ke banda aceh untuk melihat dan mencari anggota keluarga yang hilang meski nantinya yang mereka temukan hanya mayat.
Kini kedua gadis itu telah berkumpul kembali dengan keluarganya, tapi keduanya tidak sanggup melihat berita-berita tsunami yang disiarkan oleh semua stasiun televisi baik lokal maupun interlokal mereka masih trauma. Apa lagi efek gempa masih sering terasa dalam sehari kadang-kadang gempa bisa terjadi berpuluh-puluh kali, rasa aman belum dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat aceh.
Stok makanan juga belum begitu lancar di pasaran, aktifitas belajar mengajar masih dalam keadaan kacau balau. Sebagian orang berpikir banda aceh itu akan menjadi kota mati, tidak akan ada lagi orang yang berani tinggal di sana. Bantuan asing juga sudah mulai berdatangan ke bumi aceh, begitu banyaknya negara-negara yang memberikan bantuan pada saat peristiwa 26 desember 2004 itu .
Pada saat itu mereka yang mengatur semua keperluan warga aceh, karena warga aceh sendiri masih dalam kondisi shock dan belum bisa bangkit kembali. Kampuspun tidak jelas kapan akan aktif kembali, ribuan nasib mahasiswa terkantung-kantung pada saat itu.
Namun setiap musibah yang terjadi pasti memberikan sisi-sisi positifnya tersendiri, puluhan tahun aceh terkekang dalam ketakutan antara pihak GAM-RI kini semua mata dunia tertuju keaceh, semua orang bisa melihat seperti apakah aceh itu. Tidak ada lagi berita yang dapat di sembunyikan atau di tutup-tutupi, semua orang melihat aceh.
Namun apabila ada sisi positifnya sudah pasti akan ada sisi negatifnya juga, di sinilah rakyat aceh di tuntun bersikap arif bijaksana, dalam menerima semua pengaruh luar yang datang.
Satu bulan telah berlalu aceh mulai berangsur baik sedikit demi sedikit, Fitri dan rahmi kembali ke banda aceh untuk melanjutkan studi mereka. Karena proses belajar mengajar kembali aktif. Mereka harus mengurus semua perlengkanapan administrasinya, hal itu sempat menunda kelancaran proses belajar mengajar.
Fitri dan rahmi kembali pergi melihat perumahan tempat pamannya.
Daerah itu kini telah rata dengan tanah, sampah-sampah tsunami masih banyak berserakan di mana-mana, rahmi masih merasakan ketakutan dari peristiwa itu. lalu pandangan mereka mengalih kerumah tetangga. Itulah rumah kediaman laki-laki yang sangat mereka kagumi fajar, ada kesedihan yang dirasakan Fitri karena laki-laki itu hilang dihadapannya.
“Fit bang fajar gimana ya ?” Tanya rahmi ada kesedihan di wajah gadis itu.
“Dia selamat tidak ya”.
Fitri hanya terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada sepupunya.
“Rahmi belum mengatakan perasaan rahmi padanya, jika menunggu dia yang ungkapkan mungkin tidak akan pernah diungkapkan, ternyata memang benar”. Ucap gadis itu
“Tapi sekarang rahmi tidak tau dia ada di mana ?” ucap gadis itu. setitik air mata menetes di wajahnya.
Fitri berusaha mengendalikan perasaannya, tanpa terasa air matanya juga menetes diwajah fitri.
“Fit, kamu kenapa menangis ?” Tanya rahmi
“Kamu juga suka bang fajarkan ?” Tanya rahmi
Fitri hanya mengangguk tidak kuasa menahan semua itu
“Rahmi sudah tau dari dulu, maafin rahmi ya fit rahmi berbuat curang sama fitri”. Tangis gadis itu
“Harusnya rahmi juga memberikan peluang untuk Fitri bisa mengatakan semua perasaan fitri, harusnya kita bersaing dengan adil tapi rahmi…”
“Sudahlah rahmi, semua sudah berlalu”. Sambung fitri
“Fit kalau bang fajar selamat, kamu akan mengatakan perasaan kamu padanya ?” Tanya rahmi menghapus air matanya.
“Itu sudah tidak mungkin rahmi, Fitri tidak tau bang fajar selamat atau tidak, kalau bang fajar selamat mungkin akan ada gadis lain yang lebih pantas untuknya”. Ucap gadis itu.
Dia tetap menjaga rahasia kalau dia melihat fajar terbawa arus.
“Iya fit, rahmi berdoa bang fajar selamat”.
“Rahmi, sekarang kita harus fokus kekuliah kita ya, Fitri juga mau bergabung dengan teman-teman teknik untuk ikut serta dalam penataan kembali aceh. Mana tau ada sesuatu yang bisa Fitri sumbangkan untuk masa depan aceh”.
“Iya fit, rahmi juga. Apapun yang telah terjadi semua itu cobaan sekarang kita harus bangkit lagi”.
“Itu benar, kita tidak boleh larut dalam duka terus”.
“Iya, kita pulang yuk masih banyak yang harus kita lakukan”.
“Ayo”. Merekapun bergegas pulang meninggalkan tempat itu.
Untuk yang terakhir Fitri menatap tempat itu, bayangan fajar masih melekat dihatinya saat laki-laki itu menyebut namanya. Ternyata dia mengenal dirinya meski ada kesedihan di hatinya tapi Fitri tidak akan membiarkan kesedihan itu menghancurkan sikap optimisnya, karena bagi Fitri fajar itu sosok yang tak harus di milikinya tapi akan selalu dijaganya dalam hati biarlah kebahagian kecil ini menjadi rahasia Fitri dan hatinya.
3 tahun kemudian
Kondisi aceh kini sudah aman kembali banyak pembangunan dibidang konstruksi, Fitri sudah bekerja dan ikut aktif dalam pembangunan aceh kembali.
Fitri buru-buru keluar dari kantornya, seorang laki-laki menyapanya.
“Kamu mahasiswa teknik sipilkan ?” Tanya pria itu
“Iya benar, abang jugakan saya sering lihat”.
“Iya benar, abang teman baiknya bang fajar kenalkan sama fajar ?” Tanya laki-laki itu Fitri mengangguk.
Akhirnya laki-laki yang bernama arif itu mengajak Fitri untuk ngopi, Fitri ikut bersama arif. Mereka bicara mengenai fajar.
“Tidak ada yang menemukannya, semua keluarganya habis fit”. Jelas arif
Fitri sedih mendengar cerita arif
“Bukankah kalian bertetangga fit ?” Tanya pria itu
Fitri mengangguk
“Sampai akhir hidupnya fajar belum bertemu langsung dengan pemilik surat yang dikirimkan padanya”. Ucap pria itu
Fitri menjadi penasaran
“Maksud bang arif ?” Tanya Fitri makin penasaran
“Fajar itu laki-laki dengan kehidupan lurus-lurus saja, bukan pengangum perempuan yang berlebihan tapi ternyata dia juga punya sesosok gadis yang menarik hatinya”. Jelas arif
“Siapa gadis itu bang arif ?” Tanya fitri
“Entahlah fit abang juga gak tau, sepertinya dia seletting sama kamu, fajar cuma bilang gadis itu sering melihatnya diam-diam dari balik tembok di kampus teknik, sering menatap dia dari kejauhan, fajar yakin surat yang dia terima dari gadis itu, sepertinya fajar tertarik pada gadis itu, sayang dia tidak sempat mengungkapkan perasaannya pada gadis itu”. Jelas arif
Fitri terdiam nafasnya hampir saja berhenti dia teringat dengan ucapan fajar pada saat menolong dirinya dulu “Fit, terima kasih surat dari kamu abang senang membacanya”. ternyata gadis yang diceritakan arif itu dirinya, fajar tau itu dirinya. Tanpa terasa mata Fitri mulai berkaca-kaca.
“Kamu kenapa fit ?” Tanya arif melihat perubahan sikap gadis itu
“Maaf bang arif, Fitri harus pergi senang bisa bertemu dengan bang arif, kalau ada kabar baru mengenai teman-teman hubungin Fitri ya”. Ucap gadis itu memberikan nomor ponselnya dan bergegas pergi dari tempat ngopi itu.
Fitri berdiri di pantai ulee lheu, kondisi pantai itu sekarang sangat berbeda dengan kondisi sebelum tsunami, garis pantainya sekarang begitu dekat dengan jalanan. Air mata tumpah ruah dari wajah gadis itu, mendengar cerita arif ternyata dia tidak patah hati perasaannya tersampaikan pada pujaan hatinya meski mereka tidak sempat mewujudkan semua impian mereka. Allah tau apa yang terbaik buat mereka, jika ini yang terbaik untuk mereka Fitri iklas menerimanya dengan sabar, ternyata cinta sejati itu tidak pernah memilih fisik tapi hatilah yang memilih sosok sejati dan Fitri tidak salah memilih sosok insan sejatinya.
3 tahun yang lalu air laut dari pantai ini menghantam sebagian besar kota banda aceh, tapi sekarang dia beriak dengan tenang seolah peristiwa itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
Setelah menatap pantai itu beberapa menit, Fitri kembali bergegas pergi dari tempat itu.
Di tengah perjalanan pandangannya beralih kesekelompok orang yang sedang melakukan pengawasan di sekitar pembangunan pelabuhan kawasan ulee lheu.
“Bang fajar !?” teriak Fitri dalam hatinya melihat sosok itu begitu mirip dengan sosok laki-laki yang sangat dikaguminya. Fitri terbenggong menatap laki-laki itu dari kejauhan.
“Iwan !” panggil seorang pria untuk laki-laki itu.
“Iwan !?” Dalam hati Fitri mendengar pria lain memanggil nama laki-laki itu.
Fitri menertawakan dirinya, ternyata bukan bang fajar. Secepatnya Fitri kembali menancap gas motornya dan pergi bergegas dari pantai itu.
Itulah sekilas cerita tsunami, banyak sekali peristiwa yang terjadi yang sangat mengiris hati, penuh ketakjuban, rasa penasaran, kesedihan dan hikmah di balik semua peristiwa itu. Harapan hanya satu bisa memetik hikmah dari peristiwa itu, tentunya kita mengambil sisi positive dan kembali mengubah sisi negative menjadi positif hingga hidup dapat terasa lebih bermakna dan indah. Itulah hidup yang sesungguhnya. Semoga Fitri akan selalu dapat memperjuangkan ketulusan hatinya sampai kapanpun.
TAMAT